MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Angka stunting di Kota Makassar meningkat menjadi 25,6 persen pada tahun 2024. Kenaikan ini sebesar 7,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 18 persen.
Peningkatan ini menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Makassar. Penjabat (Pj) Wali Kota, Andi Arwin Aziz pun meminta semua pemangku kepentingan (stakeholder) untuk terlibat dalam menangani lonjakan kasus stunting di kota tersebut.
Arwin menyatakan perlunya intervensi yang selaras dengan program yang dijalankan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, seperti Dinas Sosial (Dinsos), Dinas Kesehatan (Dinkes), serta lembaga-lembaga lain.
“Penanganan stunting harus dilakukan secara bersama-sama, bukan hanya oleh pemerintah, tetapi semua pihak harus bergerak. Pemerintah bertugas mengakselerasi dan membangun kolaborasi agar angka stunting dapat ditekan,” ujar Arwin saat ditemui setelah memimpin rapat koordinasi di Balai Kota Makassar, Senin (14/10).
Arwin juga menegaskan pentingnya tindakan nyata berdasarkan data stunting yang ada. Ia meminta camat sebagai ujung tombak untuk aktif dalam mencatat, mengelola data, dan membangun kerja sama dengan perangkat daerah dalam upaya menurunkan angka stunting.
"Jangan sampai data stunting hanya dilihat tanpa ada tindakan. Camat harus kreatif dalam membangun kolaborasi untuk mendorong perangkat daerah menghadirkan solusi penurunan angka stunting,” tegasnya.
Arwin menambahkan bahwa keberhasilan penurunan stunting akan diukur dari seberapa baik semua pihak dapat terlibat. Ia juga meminta staf ahli dan kepala OPD untuk lebih fokus dalam menjalankan tugas dan mengoordinasikan upaya penurunan stunting di masing-masing wilayah di Kota Makassar.
“Setiap hari kita akan memantau progres kinerja perangkat daerah, terutama program-program yang berdampak langsung terhadap penurunan angka stunting,” tutup Arwin. (Shasa/B)