MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Profesor Sukri Tamma, memberikan pandangan mengenai hasil survei terbaru Pilwali Makassar 2024 yang dirilis oleh Indikator Politik Indonesia. Survei tersebut dilakukan pada 30 September hingga 8 Oktober 2024 dan dirilis pada Sabtu, 12 Oktober 2024.
Survei ini menunjukkan pasangan Appi-Aliyah unggul dengan 36,7 persen, disusul Indira-Ilham di posisi kedua dengan 25 persen, Seto-Kiki dengan 18,9 persen, dan Amri-Rahman hanya meraih 3,6 persen. Sebanyak 15,9 persen pemilih masih belum menentukan pilihan.
Sukri menyebut bahwa survei adalah gambaran kecenderungan masyarakat pada saat survei dilakukan.
“Yang mesti kita pahami, survei itu adalah proses pemetaan kondisi pada saat survei dilakukan, bukan hasil akhir,” ujar Sukri, Minggu (13/10/2024).
Ia menambahkan bahwa Pilwali Makassar 2024 masih sekitar 40 hari lagi, sehingga banyak waktu bagi para kandidat untuk mengubah posisi mereka dalam perolehan suara.
“Artinya, masih ada waktu cukup banyak untuk perubahan,” imbuh dia.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan iLmu Politik Unhas itu mengatakan, hasil survei ini menunjukkan kecenderungan umum yang ada di masyarakat Makassar saat survei dilakukan. Namun, ini bukanlah hasil yang pasti, mengingat proses kampanye masih berlangsung dan strategi dari masing-masing tim kampanye masih dapat mempengaruhi hasil akhirnya.
“Coba lihat, Appi-Aliyah unggul di posisi teratas, disusul oleh Indira-Ilham dan Seto-Kiki. Tapi ini belum tentu hasil akhir, karena masih ada 13 hingga 15 persen pemilih yang belum menentukan pilihan,” ucap Sukri.
Lebih lanjut, Sukri juga menyoroti popularitas kandidat sebagai faktor penting dalam perolehan suara. Menurutnya, pasangan Appi-Aliyah memiliki keunggulan dari sisi popularitas yang lebih tinggi dibanding kandidat lainnya.
"Appi sudah dikenal luas, maka wajar jika lebih banyak dipilih (unggul)," kata dia.
Sebaliknya, lanjut Sukri, beberapa pasangan lain masih memiliki popularitas di bawah 70 persen, yang berarti masih ada peluang bagi mereka untuk meningkatkan pengenalan di kalangan pemilih.
“Popularitas itu menjadi faktor apakah seseorang akan dipilih atau tidak,” imbuh Sukri.
Selain itu, Sukri juga mencatat bahwa persentase pemilih yang belum menentukan pilihan akan sangat memengaruhi hasil akhir.
“Dengan adanya sekitar 13 hingga 15 persen pemilih yang belum memilih, ini masih menjadi faktor yang bisa mengubah peta persaingan,” kata dia.
Sukri menilai, selisih perolehan suara antara Indira-Ilham dengan Appi-Aliyah yang hanya 6 persen masih dalam batas rasional untuk dikejar, terutama dengan sisa waktu kampanye yang ada.
“Ini adalah selisih yang masih bisa dikejar, terutama dengan pemilih yang belum menentukan pilihan,” jelas dia.
Menurut Sukri, kondisi saat ini belum sepenuhnya aman bagi kandidat mana pun. Terlebih belum ada pasangan calon yang mencapai 50 persen plus sehingga belum jelas siapa yang akan memenangkan pertarungan lima tahunan ini.
Sukri memperkirakan bahwa dalam kontestasi yang seimbang, kemenangan bisa diraih dengan perolehan suara sekitar 30 hingga 32 persen. Namun, melihat ketatnya persaingan dari empat kandidat yang ada, ia memprediksi perolehan suara tertinggi bisa mencapai 40 persen.
“Selisih antara suara tertinggi mungkin hanya tipis, bisa saja angka kemenangan menyentuh 37 atau 38 persen. Semua masih mungkin, terutama dengan 13 hingga 15 persen pemilih yang belum menentukan pilihan,” kata dia. (Isak Pasa'buan/B)