Manifestasi Iman

  • Bagikan
Darussalam Syamsuddin

Oleh: Darussalam Syamsuddin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Iman dan amal saleh sering kali diinformasikan Al-Qur'an dalam satu rangkaian kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa iman dan amal saleh adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Jika seseorang beriman pastilah gemar melakukan amal saleh atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa amal saleh merupakan manifestasi dari keimanan seseorang.

Al-Qur'an berpesan: “Siapa saja yang mengerjakan amal saleh apakah dia laki-laki atau perempuan dan dia dalam keadaan beriman, maka baginya kehidupan yang baik. Dan Allah adalah pemberi balasan yang terbaik terhadap apa saja yang mereka kerjakan” (QS. Al-Nahl/16 : 97).

Segala sesuatu yang dikerjakan jika memenuhi dua syarat, maka dikategorikan sebagai amal saleh. Pertama, lakukan dengan ikhlas. Kedua, tidak bertentangan dengan syariat Islam. Hasil akhirnya dapat dikategorikan sebagai amal saleh. Islam tidak membatasi jenis dan jumlah yang masuk kategori amal saleh. Macam dan jenisnya tidak terhitung, berbeda dengan ibadah ritual bisa dihitung jari. Salat, puasa, zakat, haji, akikah, kurban, zikir, dan doa.

Keimanan sering kali dikaitkan dengan amal saleh, bukan pada ketaatan beribadah ritual. Meskipun agak sulit untuk membedakan mana ibadah ritual dan mana ibadah sosial. Karena setiap ibadah ritual dalam Islam mengandung aspek sosial.

Untuk membedakan antara ibadah ritual dan amal saleh adalah bahwa ibadah ritual adalah ibadah yang dilakukan dalam bentuk upacara-upacara keagamaan dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Seseorang yang berpuasa pada siang hari, salat pada malam hari. Namun menyakiti hati tetangga, teman sejawat, sahabat dengan lisannya, maka Allah tidak akan menerima ibadahnya.

Seseorang yang tertib melaksanakan ibadah ritual, tapi tidak mendorong untuk memberi makan kepada anak yatim dan orang miskin, senang mengambil hak orang lain. Dipandang sebagai pendusta-pendusta agama.

Pada beberapa kesempatan Nabi berpesan: “Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kamu yang tidur lelap karena kekenyangan, sementara tetangganya tidak dapat tidur karena lapar”.

Pesan senada banyak kita temukan ketika Nabi menginformasikan tentang manifestasi keimanan seseorang dalam kehidupan. Semakin banyak orang yang memperoleh manfaat dari kebaikan yang kita kerjakan, semakin tinggi kualitas amal saleh. Manusia yang paling baik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Perhatikan ibadah ritual yang kita laksanakan. Kenapa salat diakhiri dengan salam? Kenapa puasa diakhiri dengan zakat? Kenapa haji diakhiri dengan kurban? Agar kita memahami bahwa yang ingin dicapai Islam adalah ketakwaan komunal, ketakwaan kolektif, ketakwaan bersama.

Bukan ketakwaan perorangan, ketakwaan pribadi, ketakwaan personal. Ketika salat berjamaah, imam sering mengingatkan sebelumnya untuk mengisi barisan saf yang kosong. Islam juga menyuruh kita untuk mengisi perut-perut yang kosong.

Di saat menuju ke masjid dianjurkan untuk memakai pakaian yang bersih. Islam juga menyuruh kita untuk memberi pakaian kepada mereka yang tidak memiliki pakaian, memberi selimut kepada mereka yang kedinginan.

Islam menghendaki agar kita tidak berpikir hanya ingin masuk surga sendiri, melainkan jalan bareng bersama masuk surga. Karena itu, bagi mereka yang diberi rezeki beramal saleh dengan rezekinya. Bagi mereka yang berilmu, beramal saleh dengan ilmunya. Bagi mereka yang memiliki tenaga dan kesehatan, beramal saleh dengan tenaga dan kesehatannya.

Kalau pun semua itu sudah terbatas, maka kesempatan hidup yang Tuhan berikan sampai hari ini merupakan sarana untuk beramal saleh. Islam menuntun tidak ada kebaikan yang merugikan pelakunya, tidak ada kebaikan yang sia-sia, tidak ada kebaikan yang mengecewakan pelakunya. Kebaikan menurut Islam merupakan investasi akhirat, dan akan menghapus kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version