RAKYATSULSEL - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, memberikan pernyataan bahwa transformasi pendidikan utamanya pada “Merdeka Belajar” selama lima tahun terakhir telah menjadi kunci meningkatnya kualitas pendidikan Indonesia. Intervensi menggunakan teknologi oleh guru, kepala sekolah, dan kepala dinas pendidikan telah berhasil menyederhanakan proses administrasi dan membuat seluruh pihak dapat lebih berfokus pada penyelenggaraan pembelajaran yang mengutamakan kebutuhan murid serta membuka peluang pembelajaran yang lebih efisien.
Menurut Nadiem, Kementerian Pendidikan melakukan transformasi pendidikan melalui pengembangan teknologi, yang dirancang untuk meningkatkan dinamika pembelajaran di ruang kelas, dengan memindah alihkan beban administrasi guru dan kepala sekolah ke teknologi. Sehingga mereka dapat fokus untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi para murid.
Nadiem menambahkan, di Indonesia, salah satu langkah awal transformasi yang dilakukan adalah membangun tim teknologi yang bertugas khusus untuk mengembangkan berbagai produk teknologi guna memformulasikan kebijakan untuk mengakomodasi kebutuhan guru, kepala sekolah, murid, hingga mahasiswa.
“Setelah dua tahun kami menciptakan produk-produk ini (berbagai aplikasi pendidikan dan manajemen pendidikan), kementerian lain mulai penasaran, bertanya apa yang kami lakukan, kemudian membangun tim mereka sendiri,” kata Nadiem.
Di beberapa daerah, aplikasi pemerintah memang berhasil membantu pendidikan dan manajemen pendidikan. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Denpasar, Kadek Dwi Rustinawati, menyatakan bagaimana sekolahnya terbantu dengan berbagai aplikasi yang ada, di antaranya Rapor Pendidikan.
“Dulu, pengambilan keputusan tidak bisa cepat,” katanya di gedung SMP Negeri 3 di Denpasar, Bali. Karena pengumpulan data soal pendidikan mesti dikumpulkan dari berbagai survei dan rapat.
Namun setelah ada aplikasi, pengambilan keputusan lebih cepat dan mempermudah evaluasi program.
Tentu ada tantangan. Seperti di SMA Negeri 3, ada beberapa guru berusia lanjut yang susah mengenal teknologi. “Kolaborasi dengan guru-guru muda,” kata Kadek.
Tantangan lain juga ada, di antaranya untuk pengajar atau sekolah di daerah terpencil yang akses internet atau bahkan listrik terbatas. Beberapa upaya dilakukan. “Kami ada program Awan Penggerak,” kata Yudhistira Nugraha, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan.
Program ini memungkinkan akses ke berbagai sumber daya pembelajaran dan aplikasi secara fleksibel melalui internet. “Juga ada guru-guru yang membantu guru-guru lain,” kata Yudhistira.