RAKYATSULSEL - TikTok baru-baru ini merumahkan sekitar 700 karyawan di Malaysia dengan mayoritas dari mereka bekerja dalam moderasi konten. Meskipun TikTok mengonfirmasi adanya PHK ini tetapi jumlahnya kurang dari 500 karyawan. Sumber lain juga menyebutkan bahwa ratusan karyawan TikTok di seluruh dunia diperkirakan akan mengalami PHK.
Para pekerja yang terdampak telah menerima informasi melalui email pada 12 Oktober 2024. Langkah itu terkait dengan peningkatan penggunaan AI dalam moderasi konten. TikTok menggunakan kombinasi tenaga manusia dan teknologi otomatis untuk mengawasi konten di platformnya.
"Perubahan ini adalah bagian dari upaya memperkuat model operasi global di bidang moderasi konten," kata Juru Bicara TikTok seperti dikutip Reuters.
TikTok juga berencana melakukan PHK tambahan bulan depan sebagai bagian dari konsolidasi operasional di beberapa wilayah. ByteDance, induk TikTok, akan berinvestasi sebesar USD2 miliar sepanjang tahun ini untuk meningkatkan kepercayaan dan keamanan platform.
Di Malaysia, PHK ini juga dipengaruhi oleh tekanan regulasi yang meningkat, terutama setelah pemerintah mewajibkan platform media sosial untuk mengajukan izin operasi sejak Januari. Langkah ini diambil untuk memerangi pelanggaran di dunia maya, seiring dengan meningkatnya jumlah konten berbahaya di negara tersebut sepanjang tahun 2024.
Investasi AI
TikTok yang dimiliki ByteDance rutin membayar Microsoft senilai 20 juta dolar AS atau sekitar Rp322 miliar per bulan untuk mengakses model artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan OpenAI melalui layanan cloud Microsoft, Azure. OpenAI dan Microsoft sendiri telah bermitra sejak 2019 serta Azure menyediakan infrastruktur cloud untuk keperluan teknologi AI OpenAI. Informasi ini diungkap oleh seorang sumber industri kepada The Information minggu lalu.
Dengan demikian, TikTok dapat mengakses model AI ChatGPT milik OpenAI melalui layanan cloud Azure. Kabarnya, biaya langganan ini berkontribusi sekitar 25 persen dari pendapatan Microsoft di bidang AI. Menurut berbagai laporan, ini mungkin terkait dengan langkah TikTok untuk mengembangkan model AI baru berbasis LLM (large language model) dari OpenAI. Jika LLM TikTok terwujud, mereka tidak perlu membayar jutaan dolar AS kepada Microsoft untuk memanfaatkan AI di platform mereka.
Namun, menurut dokumen internal yang diungkap oleh TheVerge, TikTok diduga mengembangkan model AI ini secara diam-diam tanpa sepengetahuan Microsoft atau OpenAI. Hal itu menjadi masalah karena OpenAI melarang pembuatan model AI baru berdasarkan model yang sudah ada, seperti membuat model AI "X" dari GPT-4. Microsoft juga memiliki kebijakan serupa.
Namun, laporan The Information menunjukkan bahwa TikTok pernah menjadi penyumbang besar pendapatan bisnis AI Microsoft. Pendapatan bisnis AI Azure Microsoft pada kuartal keempat tahun fiskal 2024 meningkat 29 persen dari tahun sebelumnya, kemungkinan didorong oleh pembayaran dari TikTok.