MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai politik pengusung dan pendukung di pemilihan gubernur Sulawesi Selatan kerap menjadi perbincangan publik, khususnya keseriusan dan soliditas dalam mendukung kandidat masing-masing.
Betapa tidak, sejumlah ketua partai kerap tidak menampakkan batang hidungnya bersama kandidat di setiap kampanye maupun sosialisasi. Hal itu memicu spekulasi bila para bos partai ini tidak maksimal bergerak. Pun, mesin partai diduga tidak serius bekerja dalam memberi sokongan.
Pasangan Danny Pomanto-Azhar Arsyad diusung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Adapun pasangan Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi disokong oleh sepuluh partai Nasdem, Gerindra, Demokrat, Golkar, PKS, PAN, PSI, Hanura, Perindo, dan Gelora.
Namun, saat kedua pasangan ini melakukan kampanye, ketua partai politik kerap tidak ikut mendampingi. Hal itu dibaca oleh publik sebagai bentuk ketidakseriusan mereka dalam memberi dukungan kepada pasangan calon. Absennya para ketua partai bisa menjadi indikasi bahwa mesin partai tidak berjalan maksimal untuk memenangkan kandidat yang mereka usung.
Menanggapi kondisi ini, pengamat politik dari Universitas Bosowa Makassar, Arif Wicaksono memberikan pandangan lain. Dia mengatakan, ada beberapa kemungkinan absennya ketua partai dalam kampanye jagongan itu, salah satunya adalah faktor teknis.
"Ada kemungkinan lainnya yang sifatnya teknis. Misalnya, kampanye tatap muka memang belum diagendakan oleh masing-masing tim untuk dihadiri ketua partai," ujar Arif, Selasa (15/10/2024).
Dosen Ilmu Sosial dan Politik itu menjelaskan bahwa kampanye tatap muka dan kampanye akbar memiliki peran yang berbeda dalam strategi kampanye. Pada tahap awal, kata dia, kandidat lebih fokus membangun kedekatan langsung dengan masyarakat, sementara keterlibatan ketua partai biasanya lebih dominan saat kampanye akbar digelar.
“Biasanya ketua partai turun ke lapangan saat kampanye akbar. Namun, bila pada kampanye akbar nanti mereka tetap tidak hadir, barulah hal itu menjadi pertanyaan besar,” imbuh Arif.
Dia juga menegaskan bahwa keterlibatan ketua partai dalam kampanye adalah bagian dari persiapan untuk menunjukkan kekuatan dukungan partai di wilayah-wilayah tempat kampanye digelar.
“Pimpinan partai butuh persiapan untuk membuktikan bahwa partai mereka memiliki banyak dukungan di daerah-daerah,” tutur dia.
Selain itu, Arief tidak menampik adanya kemungkinan lain, yaitu bahwa perhatian ketua-ketua partai terbagi karena pilkada digelar serentak di tingkat kabupaten, kota, dan provinsi. Hal ini disebut membuat fokus mereka terpecah antara kampanye di tingkat provinsi dan daerah.
Menurut dia, situasi ini sangat wajar mengingat dinamika politik di Indonesia yang kompleks, khususnya dalam pilkada serentak yang melibatkan berbagai level. Meski demikian, ia tetap berharap soliditas partai akan terlihat lebih jelas menjelang kampanye akbar digelar. Partisipasi para ketua partai dalam mendukung paslon secara terbuka juga disebut akan menjadi tolok ukur penting dalam menilai seberapa serius mesin partai bekerja untuk memenangkan kandidat yang mereka dukung.
“Bisa jadi konsentrasi mereka terbagi. Di Indonesia, kebijakan partai tidak selalu satu komando antara pusat dan daerah. Misalnya, antara provinsi dan kabupaten/kota sering kali terdapat perbedaan,” ujar dia.
Sementara itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Hasanuddin, Hasrullah ikut memberi analisa terkait fenomena ini. Menurut dia, relasi politik antara tokoh partai dan kandidat sudah terbentuk sejak awal sehingga ketidakhadiran ketua partai pengusung di lapangan tidak selalu berarti mesin partai tidak berjalan.
"Kedua tokoh tersebut sudah punya relasi politik, mereka bukan orang baru (dalam pilkada)," kata Hasrullah.
Hasrullah mengatakan, suasana politik di Sulsel mengandalkan figuritas atau kekuatan figur calon masih sangat dominan dalam mempengaruhi pemilih. Menurut dia, yang lebih penting adalah cara kandidat turun langsung ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat dalam hal ini pemilih.
"Yang dijual di situ adalah kekuatan figuritas, sehingga itu yang mempengaruhi pemilih kalau kandidat turun langsung," ucap Hasrullah.
Meski begitu, Hasrullah tidak menampik bahwa sinergitas antara kandidat dan ketua partai memang diharapkan terjadi. Kehadiran ketua partai pengusung di lapangan juga bisa memperkuat citra kandidat dan menunjukkan dukungan penuh dari partai.
"Tentu diharapkan ada sinergi antara kandidat dan ketua partai, tetapi di Sulsel, kekuatan figur itu sangat menentukan," sambung dia.
Dia mengatakan, Pilgub Sulsel 2024 ini adalah adu kekuatan figur. Setiap kandidat akan bersaing untuk mendapatkan dukungan individu dari pemilih. Ketidakhadiran ketua partai di lapangan, menurutnya, tidak selalu berdampak negatif. Hal ini tergantung pada kekuatan individu dan relasi politik yang dimiliki oleh kandidat.
"Mandat partai sudah diserahkan kepada para kandidat, sehingga merekalah yang harus turun langsung ke masyarakat," imbuh Hasrullah.
Terlebih, kata dia, pada akhirnya strategi roadshow atau safari politik di beberapa daerah yang dilakukan oleh para kandidatlah yang akan menentukan hasil akhirnya nanti.
"Kita lihat bagaimana kedua kandidat ini melakukan roadshow di mana-mana. Itu yang lebih penting (daripada kehadiran ketua partai di setiap kegiatan)," kata Hasrullah.
Wakil Ketua Partai Gerindra Sulsel, Syawaluddin Arif mengatakan, pihaknya tetap solid memenangkan pasangan Sudirman-Fatmawati. Menurut dia, Ketua Umum Prabowo Subianto telah menginstruksikan agar seluruh kader dan pengurus tak memilih kandidat.
"Wajib hukumnya bergerak memenangkan Sudirman-Fatma," kata Syawaluddin.
Dia menampik bila pengurus dan kader Gerindra tidak solid mendukung Fatmawati-Sudirman. Apalagi, sejauh ini belum ada atribut partai untuk sosialisasi pasangan nomor urut dua tersebut. Menurut Syawaluddin, kader di tingkat bawah tetap melakukan sosialisasi bersama tim dan relawan untuk door to door ke masyarakat.
"Yang sekarang kader partai dan tim pemenangan calon jalan terus. Gerindra tetap konsolidasi di berbagai daerah," tutur dia.
"Mengenai pemasangan atribut, ini figur calon, bukan partai sehingga tidak ada atribut partai yang menonjol. Kami sosialisasi atribut paslon," sambung dia.
Dia menjelaskan, Gerindra punya kepentingan besar memenangkan Sudirman-Fatma. "Maka seluruh jajaran kader tunduk dan patuh terhadap keputusan partai. Bohong besar itu kalau ada yang bilang Gerindra tidak konsolidasi memenangkan Sudirman-Fatmawati," ujar dia.
Sejak penetapan paslon pada September lalu, Partai Gerindra di tingkat provinsi belum pernah melakukan konsolidasi atau rapat koordinasi pemenangan pasangan Sudirman-Fatma.
Sementara itu, Wakil Ketua Golkar Sulsel Rahman Pina mengatakan sejauh ini partai berlambang pohon beringin ini disibukan oleh agenda lain sehingga DPD I Golkar Sulsel tidak melakukan konsolidasi internal bersama tim pemenangan Sudirman-Fatma. Tapi, Rahman mengatakan kader Golkar terus bekerja sama meskipun tidak dipublikasikan, ada bukti bahwa kader tetap menjaga soliditas bersama pasangan calon.
"Soal solid, kami yakin kader Golkar tetap menjaga komitmen. Buktinya kader di berbagai daerah tetap bersama Sudiman-Fatma saat sosialisasi atau kampanye," beber Rahman.
Ketua AMPG Golkar Sulsel itu menuturkan tidak ada keraguan bagi kader Golkar mendukung Sudirman-Fatma. Menurut dia,
Ketua Golkar Sulsel, Taufan Pawe langsung menginstruksikan kepada semua kader Golkar agar segera bekerja memenangkan Sudirman-Fatma.
Dia mengatakan, pasangan ini unggul telak dari survei terbaru yang dirilis oleh Indikator Politik Indonesia. Menurut Rahman, kepercayaan masyarakat terhadap kinerja yang ditunjukkan oleh Sudirman saat menjabat gubernur sangat tinggi. Dia juga menegaskan, tinggi kepercayaan masyarakat ini juga sebagai jawaban jika kampanye negatif, bahkan kampanye hitam yang berisi fitnah tidak mengubah persepsi masyarakat. Masyarakat Sulsel, kata dia, lebih percaya dengan karya nyata yang telah dirasakan saat Sudirman menjabat.
Dengan keunggulan survei yang sangat jauh ini, Rahman mengaku, kemenangan Sudirman-Fatma dekat. Meski demikian, pihaknya akan terus bergerak untuk memastikan kemenangan 27 November 2024.
"Tanda- tanda kemenangan Andalan- Fatma makin dekat, saya kira ini kabar baik sekaligus semakin memacu semangat kita untuk terus bergerak demi memastikan kemenangan 27 November nanti," ungkap peraih suara terbanyak di dapil Makassar B saat Pemilu 14 Februari 2024 lalu.
Ketua Badan Pemilu Partai Amanat Nasional Sulsel, Muhammad Irfan mengakui sejauh ini pengurus dan kader disibukkan agenda lain, mulai dari pelantikan anggota DPRD semua tingkatan sehingga konsolidasi belum bisa berjalan dengan baik. Ke depan, kata dia, konsolidasi akan masif.
"Kami tentu menggerakkan seluruh kadernya di 24 kabupaten/kota untuk memenangkan Sudirman-Fatmawati," kata Irfan.
Dia mengatakan, komitmen PAN akan membantu secara total dan menggerakkan mesin partai sampai level TPS. Ia berharap kepada seluruh kader untuk bekerja maksimal untuk memenangkan Andi Sudirman-Fatmawati.
"Kader PAN adalah pejuang, kami bagian dari partai pengusung. Sehingga tekad memenangkan ASS-Fatma menjadi keharusan bagi kami selaku kader di daerah," imbuh dia.
Adapun, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Sulsel, Andi Januar Jaury Dharwis menyebutkan saat ini kader partai berlambang Mercy ini sudah bergerak khususnya di kabupaten dan kota. "Seluruh kabupaten/kota bergerak serentak untuk memenangkan jagoan di Pilgub Sulsel," kata Januar.
Mantan legislator DPRD Sulsel mengatakan, seluruh partai pengusung telah sepakat menunjuk dirinya sebagai sekretaris tim pemenangan.
"Bukan hanya karena saya kebetulan ditunjuk sebagai sekretaris tim kampanye yang menjelaskan representasi Demokrat. Tapi, lebih dari itu semua jaringan Demokrat senantiasa hadir dan dampingi Sudirman-Fatma di setiap kegiatan kampanye," ujar dia.
Menurut Januar, pihaknya tunduk dan patuh atas keputusan DPP di Pilgub Sulsel. Dia mengatakan, semua hal koordinasi tegak lurus terhadap usungan Demokrat di Pilgub Sulsel.
Mengenai belum terlihatnya Ketua Demokrat Sulsel, Ni'matullah mendampingi Sudirman-Fatmawati di lapangan saat sosialisasi, kata Januar, yang sudah melakukan konsolidasi ke kader partai.
"Ketidakhadiran ketua di beberapa kesempatan karena menganggap jaringan di seluruh kabupaten/kota sudah terarahkan," beber Januar.
"Kan jauh lebih produktif jaringan Demokrat yang bekerja di seluruh jenjang darı pada tuntutan secara fisik ketua DPD. Seluruh jaringan Demokrat merepresentasikan komitmen ketua Demokrat," kata Januar.
Juru bicara Sudirman-Fatmawati, Muhammad Ramli Rahim mengatakan partai pengusung pasangan nomor urut dua itu tetap solid.
"Setiap kunjungan dan sosialisasi baik itu dilakukan Sudirman maupun Fatma selalu didampingi kader-kader partai pengusung yang ada di kabupaten/kota," kata Ramli.
Ramli mengatakan, ketua-ketua partai jarang terlihat di lapangan, namun selalu hadir saat melakukan konsolidasi internal. Menurut dia, konsolidasi internal tingkat provinsi itu bagian dari pergerakan tim yang akan dijadikan dasar bag ikader untuk menyentuh akar rumput.
"Semua terlibat khusus partai yang memiliki kursi. Jadi sebelum melakukan kunjungan, pengurus parpol sudah melakukan konsolidasi," beber dia.
Sementara itu, calon Gubernur Sulsel Danny Pomanto secara singkat mengatakan, dirinya masih tetap bersama kader partai. Dia beranggapan setiap kali dirinya atau Azhar melakukan roadshow ke daerah, disambut oleh kader partai pengusung, baik PDIP, PPP, dan PKB.
"Bagi kami kader partai pengusung tetap solid. Contohnya, sudah keliling beberapa daerah dan sosialisasi selalu ada kader partai. Itu bukti bahwa masih solid," ujar Danny.
Dia mengatakan, masih mengandalkan jaringan komunitas di 24 daerah. Selain itu dukungan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh perempuan menjadi modal bagi pasangan bertagline DIA ini.
"Kami tetap bersama jaringan komunitas. Tentu juga masyarakat umum lintas tokoh," imbuh Danny. (isak pasa'buan-suryadi-fahrullah/C)