Setelah itu, ia memaparkan tujuannya mendatangi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel. Salah satunya adalah meminta Muhammadiyah agar bersinergi dengan polisi untuk mewujudkan iklim Pilkada damai di Sulsel.
“Kami tidak akan berhasil melaksanakan tugas tanpa bantuan semua elemen masyarakat, termasuk Muhammadiyah di Sulsel. Apalagi ada perhelatan kampanye, momen ini cenderung aman. Tapi pada saat perhitungan, biasanya kan kalau ada yang kalah, kadang suka berbuat yang tidak benar. Nah di Sulsel ini, tingkat kerawanan Pemilu ini ada pada posisi keempat,” ungkap Yudhiawan.
Seperti diketahui, beberapa tahun silam, Yudhiawan juga pernah bertugas di Polrestabes Makassar. Sehingga, ia memiliki sedikit pengalaman tentang dinamika politik di Sulsel tiap hajatan lima tahunan itu, termasuk kebiasaan masyarakat.
“Karena itu, saya punya tanggung jawab besar, supaya Pemilu nanti berjalan dengan aman. Setahu saya yah, permusuhan dan pertikaian itu bukan kebiasaan masyarakat Bugis, bukan juga watak orang Indonesia, tapi watak orang yang rakus kekuasaan,” ucap dia.
“Apalagi jika lawannya hanya satu, head to head istilahnya, kecenderungannya itu, calon melakukan segala cara untuk menang. Mulai dari black campaign, membuat fitnah hingga menyebar hoax,” tambah dia.
Ia lalu mengungkapkan contoh kasus kriminal di Bantaeng yang dibalut dengan politik. Hal itu, kata Yudhiawan, bukanlah hal baru. Aktor-aktor politik, kata dia, memang suka memanfaatkan situasi untuk menarik simpati masyarakat.
“Terbaru ini ada hal buruk di Bantaeng, ada orang yang merupakan bagian dari tim sukses Paslon tertentu yang menjadi korban penikaman. Pelakunya itu sampai berani menikam hingga meninggal korbannya. Meskipun ini murni kriminal, tidak ada kaitannya dengan kontestasi Pilkada, tapi orang memelintir itu seolah-olah karena kepentingan politik, taktik adu domba masyarakat. Nah tentu hal seperti ini mesti dilawan sama-sama,” ucap dia.