MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas), Widitra Darwis, ketua salah satu tim di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37, berhasil meraih prestasi gemilang dengan membawa pulang dua medali emas.
Karya inovatifnya yang berjudul “Dissolving Microneedle Patch Terinkorporasi ESAT6-CFP10: Strategi Baru Diagnostik Infeksi Laten Tuberkulosis” memperoleh medali emas di dua kategori, yaitu presentasi dan poster.
"Alhamdulillah, tim kami berhasil meraih dua medali untuk kategori poster dan presentasi. Kami mengikuti skema riset eksakta dengan fokus pada tuberkulosis, khususnya infeksi laten," ujar Widitra, Senin (21/10/2024).
Widitra menjelaskan bahwa penelitian timnya bertujuan mengembangkan ESAT6-CFP10 (EC) yang diintegrasikan dalam sediaan dissolving microneedle patch (DMNP-EC). Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi diagnosis infeksi laten tuberkulosis (ILTB) dengan prosedur yang lebih praktis.
"Penelitian ini bertujuan merancang formula untuk mengidentifikasi tuberkulosis pada tahap infeksi laten," tambahnya. "Pada tahap ini, seseorang bisa terinfeksi TB, tetapi terlihat sehat."
Keberhasilan Widitra tak lepas dari dukungan dosen pembimbingnya, Prof. Dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D, Sp.MK(K), yang juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unhas.
"Prestasi ini berkat bantuan dan arahan dari pembimbing kami sejak awal Januari. Kami dapat menyusun riset dengan baik," ungkap Widitra.
Selama proses penelitian, Widitra mengakui ada suka duka yang dihadapi tim. Namun, dengan kerja sama tim yang solid dan dukungan dari dosen pembimbing, tantangan tersebut berhasil diatasi.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran ini juga mengakui bahwa riset mereka masih memiliki kelemahan. Tes diagnostik standar untuk ILTB, seperti interferon-gamma release assay (IGRA), sulit diterapkan di Indonesia karena prosedurnya yang rumit, sementara tes kulit tuberkulin (TST) sering memberikan hasil positif palsu.
Penelitian mereka dimulai dengan formulasi dan karakterisasi fisik DMNP-EC, yang kemudian dilanjutkan dengan uji in vivo. Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa durasi dua pekan adalah waktu optimal untuk pembuatan model hewan ILTB. DMNP-EC terbukti lebih akurat dengan prosedur yang lebih sederhana, sehingga dapat menjadi strategi baru dalam diagnosis ILTB.
Selain Widitra Darwis, tim Detec ini terdiri dari Azzahra Aurelya Shodan Razak (Fakultas Kedokteran), Primadona Putricia Samuel (Fakultas Kedokteran), St. Namirah (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), dan Vira Yuniarty (Fakultas Farmasi). (Yadi/A)