Oleh: Babra Kamal
Akademisi Universitas Teknologi Sulawesi
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - "Wahai presiden kami yang baru, kamu harus dengar suara ini, suara yang keluar dari dalam goa, goa yang penuh lumut kebosanan, turunkan harga secepatnya, berikan kami pekerjaan. pasti ku angkat engkau menjadi manusia setengah dewa."
Itulah kurang lebih potongan lirik lagu "Manusia Setengah Dewa" ciptaan Iwan Fals menyambut setiap pergantian kepemimpinan bangsa ini.
Minggu 20 Februari 2024 pukul 10.00 Wib, bangsa Indonesia sudah punya presiden baru, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dilantik menjadi wakil presiden. Tidak seperti pelantikan presiden ke-7 yakni Jokowi-JK yang dipenuhi optimisme, kali ini dengan nada yang sedikit pesimis.
Dua Perang
Dalam Pidato perdananya sebagai presiden yang disampaikan di hadapan sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tersurat Prabowo akan mengobarkan dua perang sekaligus. Pertama, perang terhadap korupsi-hal yang sudah sejak lama ia sampaikan dalam berbagai kesempatan.
“Kita harus menghadapi kenyataan, bahwa masih terlalu banyak kebocoran penyelewengan korupsi di negara kita. Ini adalah yang membahayakan masa depan kita dan masa depan anak-anak kita dan cucu-cucu kita. Kita harus berani mengakui terlalu banyak kebocoran-kebocoran dari anggaran kita penyimpangan-penyimpangan kolusi antara para pejabat politik dan pejabat pemerintah di semua tingkatan dengan pengusaha-pengusaha yang nakal pengusaha-pengusaha yang tidak patriotik, jangan takut melihat realita ini.”
Persoalan korupsi ini juga tertera pada visi dan misi pasangan Prabowo-Gibran pada pilpres yang lalu, tidak hanya korupsi, kolusi juga sempat ia singgung di dalam pidatonya, tapi ia lupa menyinggung soal nepotisme.
Yang kedua, perang terhadap kemiskinan. “Kita masih melihat sebagian saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan. Terlalu banyak saudara-saudara kita yang berada di bawah garis kemiskinan. Terlalu banyak anak-anak yang berangkat sekolah tidak makan pagi. Terlalu banyak anak-anak kita yang tidak punya pakaian untuk berangkat sekolah.
Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? apakah kita sadar bahwa rakyat kita dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi banyak rakyat yang tidak dapat pekerjaan yang baik?”
Soal kemiskinan ini, saya kira, menjadi problem utama yang belum ada jalan keluarnya sejak Indonesia merdeka. Presiden Prabowo bahkan berambisi di bawah pemerintahannya kelak akan mampu mengentaskan kemiskinan sampai tingkat zero. Ia bahkan membentuk satu badan baru yang diberi nama Badan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di bawah pimpinan seorang mantan aktifis 98 Budiman Sudjatmiko.
Dua Swasembada
Dalam pidato yang sama, setidaknya ada beberapa agenda strategis yang akan dijalankan pihaknya kelak. Yang pertama, swasembada pangan. “Kita harus swasembada pangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”.
Ini tentu saja program yang sangat penting karena selama kita seringkali membaca berita bahwa kita masih terus mengimpor pangan atau bahan pangan dari luar negeri-bahkan beras yang menjadi bahan makanan pokok orang Indonesia. Presiden Prabowo bahkan membentuk satu kementerian koordinator yang khusus menangani persoalan pangan yang dijabat Zulkifli Hasan.
Swasembada energi. “Dalam keadaan ketegangan dan keadaan kemungkinan terjadi perang di mana-mana, kita harus siap dengan kemungkinan yang paling jelek. Negara-negara lain harus memikirkan kepentingan mereka sendiri, kalau terjadi hal yang tidak diinginkan sulit kita mendapat sumber energi dari negara lain. Oleh karena itu kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi.”
Memang beberapa waktu belakangan ini kita mengetahui program hilirisasi gencar dilakukan oleh pemerintahan Jokowi terutama nikel di pulau Sulawesi dan sepertinya akan diteruskan oleh pemerintahan mendatang, seperti ditulis lembaga think tank asing Brookings Institute yang menulis Prabowo akan melanjutkan program Jokowi, seperti hilirisasi mineral dan pembangunan IKN.
Pengelolaan Air. “Kita juga harus mengelola air dengan baik. Alhamdulillah kita punya sumber air yang cukup dan kita sudah punya teknologi menghasilkan air yang murah dan yang bisa memenuhi kebutuhan kita”.
Prabowo mengetahui 70 persen wilayah Indonesia adalah berupa air atau perairan dan negara kepulauan seperti Indonesia harusnya mampu mengelola airnya dengan baik, dengan konsep archipelago state, laut bukan pemisah tapi penghubung atau pemersatu.
Itulah beberapa poin pokok dari pidato Presiden Prabowo dan itu tentu saja sesuatu yang tidak mudah di tengah tantangan global yang semakin berat.
Terakhir ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu membangun negeri. Ia bahkan menggambarkan kabinetnya adalah kabinet yang mengakomodir semua golongan-kabinet yang oleh sebagian kalangan dikatakan kabinet "gemoy" karena jumlah menteri dan wakil menteri hampir 100 orang.
Tentu saja komposisi kementerian yang gemuk akan mengambil ongkos alias anggaran untuk membiayainya dan ongkos itu tentu saja berasal dari pajak rakyat. Publik tentu berharap ongkos yang membengkak itu berbanding lurus dengan kinerja pemerintahannya kelak untuk mewujudkan janji pertumbuhan ekonomi 8 persen dan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mari kita nantikan! (*)