MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Empat pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Makassar punya waktu yang relatif kasip untuk meningkatkan elektabilitas menuju hari pelaksanaan pemilihan pada 27 November.
Gambaran hasil sigi dari dua lembaga survei kredibel sudah cukup bagi pasangan calon dan tim pemenangan untuk berbenah di waktu yang singkat. Momentum debat kandidat sebagai salah satu tahapan kampanye dapat dimanfaatkan untuk mengerek dukungan. Bukan tidak mungkin, hasil survei berbanding terbalik dengan penghitungan akhir di tempat pemungutan suara.
Peta kekuatan empat pasangan calon kota Makassar sudah tergambar dalam potret sejumlah lembaga survei. Mulai dari yang diunggulkan, bersaing ketat, hingga posisi paling buncit. Pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham untuk saat ini unggul dalam persentase elektabilitas. Pasangan Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi berpeluang saling salip di posisi kedua dan tiga. Adapun, Amri Arsyid-Rahman Bando harus "ngos-ngosan" untuk memperbaiki angka-angka statistik dari lembaga survei.
Juru bicara pasangan Indira-Ilham (INIMI), Andi Esse mengatakan, saat ini jagoannya terus bergerak masif bertemu masyarakat serta melakukan sosialisasi program yang ditawarkan kepada masyarakat Makassar. Menurut dia, pasangan nomor urut tiga itu tak terpengaruh hasil survei yang telah keluar dalam dua pekan terakhir.
"Hasil final ada di 27 November. Kami di tim INIMI terus masif sosialisasi. Hanya dengan itu kami bisa menaikkan elektorat melalui kunjungan dan juga pertemuan kepada warga," ujar Andi Esse, Kamis (24/10/2024).
Menurut dia, tim INIMI juga telah dan akan menyasar pemilih milenial, pemilih pemula, serta kalangan perempuan dan basis di kalangan komunitas tertentu. Andi Esse mengatakan, optimistis paslon yang didukung akan menang di Pilwali 2024.
"Kami akan terus menyisir pemilih di semua kalangan untuk sosialisasi pasangan INIMI," kata Andi Esse.
Andi Esse menekankan, pengalaman beberapa kali di Pilwali Makassar, survei tak bisa dijadikan sebagai patokan. Hasil survei seringkali menjadi topik yang menarik untuk dibahas, namun tidak bisa dijadikan sebagai patokan karena hanya bersifat prediktif.
"Artinya, hasil survei hanya merupakan gambaran atau prediksi dari keadaan politik pada saat tersebut, dan dapat berubah seiring perubahan dinamika kampanye dan preferensi pemilih," tuturnya.
"Survei dalam sebuah hajatan politik memang sangat penting, namun bagi kami survei bukan patokan utama menentukan menang tidaknya seorang kandidat. Masih ada variabel lain yang juga tak kalah penting," sambung dia.
Andi Esse mengatakan, sebagai pemilih yang cerdas, harus tetap mengamati perkembangan politik, mendengarkan berbagai pandangan, dan melakukan analisis secara obyektif. "Memahami bahwa hasil survei hanya merupakan indikator sementara dan bukan jaminan kemenangan," tutur dia.
Adapun, juru bicara calon pasangan Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi, Bahtiar Maddatuang mengatakan secara statistik survei tersebut merupakan persepsi pada saat pengambilan sampel.
"Itu baru pengambilan sampel dan belum final. Yang final itu 27 November," kata Bahtiar.
Menurut dia, melihat hasil survei sejumlah lembaga, Andi Seto dan Rezki mengalami tren yang cukup baik.
"Saya optimistis Seto dan Kiki bisa terpilih karena survei Indikator itu menetapkan di urutan ketiga. Tapi, secara metodologi Seto dan Kiki trennya naik. Kami start dari 0,7 persen lalu 7,1 persen, kemudian 18,9 persen," imbuh dia.
Dirinya juga melihat beberapa survei memperlihatkan tren kandidat lain mengalami penurunan. "Jadi Survei itu persepsi karena lima tahun lalu ada kandidat tinggi surveinya tapi tidak jadi pemenang di pemilihan," tutur Bahtiar.
Dengan tren naik, kata dia, pasangan nomor urut 2 ini memiliki keyakinan bisa terpilih dan bekerja secara maksimal. Dia menilai survei ini menjadi pemicu bagi usungan NasDem, Gerindra, PAN, dan PSI untuk bekerja lebih maksimal.
"Survei ini menjadikan Seto dan Kiki bekerja lebih giat lagi. Setiap hari melakukan kunjungan di 18 sampai 20 titik setiap hari," beber Bahtiar.
Sementara itu, juru bicara tim pemenangan Amri-Rahman, Yeni Rahman mengatakan berfokus pada pendekatan langsung ke masyarakat. Mengenai hasil survei yang ada, AMAN tetap optimistis bisa bersaing dengan para kandidat lainnya.
"Kami turun langsung menyentuh hati masyarakat. Ini adalah strategi utama kami, menyapa masyarakat dari akar rumput hingga meyakinkan mereka tentang program-program unggulan AMAN," ujar Yeni.
Pendekatan ini bukan sekadar formalitas, namun berbasis substansi. Yeni menjelaskan bahwa tim AMAN tidak hanya berkunjung tanpa tujuan, tetapi juga langsung menyampaikan visi dan misi yang dimiliki pasangan AMAN kepada masyarakat atau pemilih.
"Kami bicara langsung soal program. Mengapa masyarakat harus memilih AMAN? Karena program-program kami sangat relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat Makassar," imbuh Yeni.
Yeni menekankan pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai peran seorang wali kota. Edukasi politik juga disebut menjadi bagian penting dalam strategi kampanye AMAN. Menurut Yeni, banyak masyarakat yang selama ini masih apatis terhadap proses politik dan seringkali merasa pesimis terhadap masa depan kota. Untuk itu, Tim Pemenangan AMAN berupaya mengubah cara pandang masyarakat mengenai pentingnya memilih pemimpin yang tepat.
Tim AMAN juga disebut gencar memperkenalkan program-program pro rakyat yang dianggap akan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat sehari-hari.
"Kami berusaha menghilangkan stigma bahwa siapa pun yang terpilih sebagai wali kota, tidak akan ada perubahan yang berarti. Melalui edukasi, kami mendorong masyarakat untuk memahami bahwa memilih pemimpin yang layak akan membawa perubahan nyata dan kesejahteraan bagi warga Makassar," beber dia.
Sedangkan, juru bicara Munafri-Aliyah, Andi Widya Syadzwina mengatakan, hasil dua lembaga survei menjadi bukti penerimaan masyarakat dan kesukaan terhadap pasangan ini, sangat tinggi.
"Inilah bukti bahwa masyarakat Kota Makassar menginginkan Appi dan Aliyah memimpin Makassar. Hal ini dibuktikan hasil survei Indikator dan PPI serta juga survei yang lainya," imbuh Wina.
Wina juga memberikan rasionalisasi soal survei yang menempatkan MULIA pada urutan teratas. Menurut dia, konstelasi figur di Pilwali Makassar 2024 beda jauh dengan konfigurasi di pilkada sebelum-sebelumnya. Menurut dia, Pilwali 2018 dan 2020 itu, Appi berhadapan dengan petahana, sedangkan saat ini bertarung bebas.
Wina mengatakan, posisi Appi sebagai kandidat sangat kuat karena sebagai wajah lama yang pernah bertarung sudah dikenal masyarakat luas. Sementara lawan yang akan dihadapi adalah wajah baru seperti Indira, Seto, dan Amri.
"Jadi, kami berpesan masing-masing tim seharusnya fokus saja kawal calon di Pilwali. Jangan tanggapi survei seakan menghakimi calon lain di masa lalu. Padahal perbedaan konstelasi pertarungan figur dulu tidak sama seperti figur sekarang," imbuh Wina.
Dia menyebutkan, penerimaan masyarakat kepada paslon MULIA sangat tinggi karena dari sisi elektabilitas (keterpilihan) dan popularitas (pengenalan) yang dikeluarkan berbagai lembaga survei sesuai fakta. Menurut Wina, dengan elektabilitas tinggi artinya tingkat keterpilihannya oleh masyarakat juga tinggi. Kondisi demikian akan berguna diimbangi memiliki popularitas tinggi.
"Apalagi setiap hari paslon MULIA sosialisasi tidak pernah sepi. Selalu ramai dihadiri masyarakat secara umum. Tentu ini semua berkat kerja keras tim, relawan juga partai pengusung," tutur dia.
"Kami tidak akan berpuas diri dan akan bekerja lebih keras lagi, lebih giat lagi, lebih masif lagi sehingga elektorat ini terus meningkat dan menempatkan pasangan MULIA tetap berada di puncak," kata Wina.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Rizal Pauzi mengungkapkan bahwa hasil survei yang ada tidak banyak berbeda, terutama jika dilihat dalam batas margin of error.
"Jadi terkait survei di Pilwalkot Makassar yang merilis, kan, sudah ada beberapa lembaga survei, ada Indikator dan terakhir PPI kalau tidak salah, hasilnya berada di sekitar margin of error 3 sampai 5 persen," ujar Rizal.
Dia mengatakan, bahwa meskipun margin of error relatif kecil, terdapat jarak elektabilitas yang signifikan antara kandidat. Menurut Rizal, beberapa kandidat telah menunjukkan peningkatan elektabilitas yang cukup signifikan.
Misalnya pasangan Seto-Kiki, disebut mengalami kenaikan dalam survei. Sementara pasangan Appi-Aliyah mengalami penurunan. Pasangan Indira-Ilham dinilai cenderung fluktuatif, dengan elektabilitas yang pernah tinggi kemudian turun.
"Secara umum, pergerakan suara di Makassar ini masih sangat fleksibel," kata Rizal.
Rizal menjelaskan bahwa meskipun ada jarak elektabilitas yang signifikan, tiga kandidat masih memiliki peluang besar untuk memenangkan Pilwali. "Pergerakan suara di Makassar relatif cepat, sehingga kandidat seperti MULIA, SEHATI, dan INIMI masih memiliki kesempatan besar," ujarnya.
Namun, ia juga memberikan catatan penting bagi setiap pasangan. Untuk MULIA, Rizal menekankan pentingnya menjaga basis pemilih setia mereka yang berada di sekitar 30 persen.
"MULIA harus memastikan bahwa basis-basis pemilih mereka tetap solid, sambil terus menggarap pemilih rasional yang mungkin dapat menambah suara," ujar dia.
Sementara itu, pasangan SEHATI, menurut Rizal, harus memperkuat jaringan mereka hingga tingkat RT/RW. Penerimaan pasangan ini disebut cukup signifikan, sehingga penting untuk memperkuat simpul-simpul dukungan, baik melalui jaringan partai, komunitas, maupun simpul lain yang mendukung lainnya.
Namun untuk pasangan AMAN, Rizal melihat tantangan yang lebih besar. Pergerakan AMAN disebut masih cenderung stagnan. Menurut dia, bila pasangan AMAN mampu meningkatkan elektabilitas hingga 10 persen, mereka bisa memiliki bargaining power yang cukup besar untuk mengarahkan dukungan di putaran selanjutnya. Meski demikian, secara statistik, Rizal menilai peluang AMAN untuk memenangkan Pilwali Makassar cukup berat.
"Secara ilmiah, agak sulit bagi AMAN untuk mengejar ketertinggalan elektabilitasnya," ujar dia.
Meski begitu, Rizal tetap menyebutkan bahwa di dunia politik, segala kemungkinan masih terbuka. Dengan waktu yang semakin singkat, ia juga memberikan beberapa saran strategis bagi para kandidat untuk mendongkrak elektabilitas mereka.
Menurut dia, langkah pertama adalah memastikan pengelolaan jaringan-jaringan pendukung yang ada, terutama basis-basis pemilih yang sudah solid. Jaringan-jaringan berbasis emosional seperti simpul-simpul kedaerahan dan komunitas juga harus terus dikuatkan.
"Misalnya, Seto bisa mengoptimalkan jaringan-jaringan partai pendukung. Itu lumayan sekitar 30 persen Gerindra-Nasdem. Dia juga harus mengoptimalkan simpul-simpul kedaerahan, misalnya Toraja, Sinjai, dan seterusnya. Sama dengan Appi, itu juga bisa menguatkan simpul-simpul itu. Misalnya dari Mandar dan seterusnya, itu bisa dikuatkan," tutur Rizal.
Selain itu, publikasi visi, misi, serta program unggulan dari masing-masing kandidat juga disebut harus diperkuat. Pemilih yang belum menentukan pilihan cenderung adalah pemilih rasional, sehingga kandidat perlu menggenjot publikasi dan proporsi program-program yang ditawarkan.
"Jadi yang harus dilakukan adalah bagaimana menggenjot publikasi dan proporsi terhadap visi misi dan program unggulan kandidat. Jadi itu yang utama harus dikencangkan, di sisi lain jaringan-jaringan berbasis emosional itu harus terus dikuatkan juga," imbuh dia. (suryadi-fahrullah-isak pasa'buan/C)