MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin bersama Shanghai Ocean University dan Guangdong Ocean University China kerja sama selenggarakan Science Education tentang pemanfaatan terumbu buatan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai konservasi maritim melalui pemanfaatan terumbu buatan dalam program penangkaran laut (sea ranching). Kegiatan berlangsung di SMKN 9 Makassar, Sabtu (25/10/2024).
Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset, dan Inovasi FIKP, Prof. Dr. Ahmad Faisal, ST, M.Si., dalam sambutannya menyampaikan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama bilateral antara Indonesia dan China di bidang kelautan dan perikanan.
“Kegiatan ini adalah bagian dari MoU antara Unhas dengan Shanghai Ocean University bersama Guangdong Ocean University," ujarnya.
Selain dalam pendidikan, kerja sama ini juga mencakup pembangunan ekologi laut.
"Dimana nantinya terumbu buatan akan ditempatkan di Pulau Bonetambung untuk mendukung ekosistem laut yang lebih sehat," jelas Prof Ahmad.
Sedangkan, Wakil Kepala Sekolah Bidang Industri SMKN 9 Makassar menyampaikan rasa syukur dan antusiasme atas kehadiran para ahli dari luar negeri, mengingat bahwa China dikenal sebagai pusat perkembangan teknologi, termasuk di bidang maritim.
"Sekolah kami memiliki lima program studi terkait maritim, sehingga kehadiran tamu dari China dan Indonesia ini sangat berkesan. Semoga kunjungan ini dapat memberikan wawasan baru dan dampak positif yang menginspirasi siswa kami untuk dapat belajar lebih jauh," katanya.
Setelah sambutan, kemudian dilanjutkan dengan sesi paparan materi dari para narasumber. Dalam sesi materi, Prof. Zou Leilei dari Shanghai Ocean University menyampaikan paparan mendalam mengenai pentingnya ekosistem laut serta potensi dan tantangan laut di Indonesia.
Menurutnya, Indonesia dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia memiliki potensi maritim yang luar biasa, tetapi juga menghadapi berbagai ancaman, seperti polusi dan kerusakan habitat.
"Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan adalah melalui pemasangan terumbu buatan yang menyediakan habitat bagi biota laut dan meningkatkan keanekaragaman hayati," tutur Prof. Leilei
Dirinya menjelaskan, beragam jenis dan material terumbu buatan yang digunakan, dari beton hingga kapal yang direhabilitasi sebagai media hidup organisme laut.
"Selain menjadi tempat berlindung ikan, terumbu buatan juga dapat berfungsi untuk pariwisata, budidaya akuakultur, dan bahkan menjadi sumber energi laut," tambahnya.
Sesi tanya jawab menutup kegiatan ini, di mana siswa menunjukkan antusiasme dengan bertanya mengenai keamanan material terumbu buatan dan bagaimana mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konservasi laut.
Prof. Zou menjawab dengan tegas bahwa material yang digunakan aman bagi lingkungan, dan terumbu buatan bisa bertahan hingga puluhan tahun tergantung material yang digunakan.
Kegiatan ini menjadi pengalaman berharga bagi siswa SMKN 9 Makassar dan diharapkan dapat menginspirasi untuk terus mendalami ilmu kelautan dan perikanan. Serta memahami pentingnya peran teknologi dan kolaborasi internasional dalam menjaga kelestarian ekosistem laut. (Yadi/A)