Adu Gagasan dalam Debat

  • Bagikan
Ema Husain Sofyan

Oleh: Ema Husain Sofyan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pesta demokrasi lima tahunan. Rakyat Indonesia di berbagai daerah yang akan memilih gubernur, wali kota/bupati dan wakil gubernur, wakil wali kota/wakil bupati. Jadi biarkan demokrasi sebagai kompetisi berjalan apa adanya. Demokrasi “one man one vote” adalah instrumen yang akan memutus siapa yang paling didukung oleh rakyat untuk memimpin lima tahun ke depan.

Tahapan pilkada saat ini memasuki masa kampanye. Bahkan sesi debat telah berlangsung hampir di semua daerah yang melaksanakan pilkada. Dengan debat pasangan calon akan memaparkan visi dan misinya jika kelak terpilih sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Banyak pihak yang menganggap debat hanya sebagai formalitas dalam kampanye. Padahal menurut penulis, debat cukup signifikan dalam mempengaruhi elektabilitas pasangan calon. Sebab, debat sesungguhnya adalah ajang komunikasi serta adu gagasan.

Makanya, sangat disayangkan kalau debat antarpasangan calon sangat datar dan “miskin” ide yang merupakan pemantik dalam sesi tanya jawab. Debat menurut KBBI adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Dalam acara debat antarpasangan calon saling memberikan wacana kepemimpinannya lima tahun ke depan, adu visi dan misi, serta adu cerdas dalam menyikapi persoalan.

Debat sebenarnya bukan satu-satunya persyaratan untuk menentukan layak tidaknya sebuah calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Ada banyak variabel yang layak menjadi persyaratan atau penentu sebuah pemimpin di daerah. Di antaranya adalah track record kontestan, partai pengusung, visi misi, dan ideologi.

Hingga kemudian pemenang debat tidak serta merta adalah pemenang pilkada pula. Namun, terkadang dalam debat ada kejadian luar biasa yang dapat seketika mengubah peta elektabilitas. Semisal, saat debat Prabowo dengan Anies serta Ganjar. Dalam sesi Anies dengan Ganjar memberikan penilaian Prabowo selaku Menteri Pertahanan dengan nilai sebelas dari seratus. Saat itu pula simpati pada Prabowo meningkat dan berpengaruh pada elektabilitasnya.

Jadi pada semua pasangan calon, mari berdebat dengan cerdas. Jangan sekadar tampil dengan gagasan yang klise dan sekadar membaca atau mengulang visi dan misi yang telah dibuat saat pendaftaran di KPU.

Pada semua tim sukses juga kritis pada calonnya untuk memberikan gagasan dan solusi yang kemungkinan akan dihadapi oleh daerah yang akan dipimpinnya. Toh, masyarakat juga yang akan menentukan siapa pemimpin yang layak untuk dipilih menakhodai daerah yang ke depannya akan kompleks tantangan yang dihadapi. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version