MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Peta kekuatan calon gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) masih tampak abu-abu, meski sejumlah lembaga survei menunjukkan hasil sementara yang lebih mengunggulkan pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi (Andalan Hati) dibandingkan pasangan Mohammad Ramdhan Pomanto-Azhar Arsyad (DIA).
Dalam survei tersebut, Sudirman lebih mendominasi di wilayah Kabupaten Bone dan sekitarnya, yang menjadi daerah asalnya. Di sisi lain, Danny Pomanto, mantan Wali Kota Makassar yang menjabat dua periode, lebih dikenal di Kota Makassar.
Selain itu, kedua wakil dari masing-masing calon juga memiliki asal pemilihan daerah yang sama, yakni Ajatappareng, yang mencakup Kabupaten Pinrang, Sidrap, Enrekang, Barru, dan Kota Parepare. Ini menjadikan wilayah tersebut sebagai area pertarungan yang krusial bagi kedua pasangan calon dalam memperebutkan dukungan.
Pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Rizal Fauzi mengatakan ada beberapa pendekatan kluster yang dapat digunakan untuk memetakan dukungan bagi masing-masing pasangan calon. Pertama adalah pemilih tradisional, yang biasanya menentukan pilihan berdasarkan kesukuan atau kedaerahan.
"Sudirman kuat di wilayah Bone, Soppeng, Wajo, daerah yang umumnya berpenduduk Bugis," ungkap Rizal.
Di sisi lain, Danny Pomanto dipandang lebih dominan di Kota Makassar. Strategi kampanyenya sendiri berfokus pada branding “anak Makassar,” yang dinilai berhasil menarik simpati warga perkotaan.
"Danny memang lebih dikenal di Makassar dan mengusung gaya kampanye yang menampilkan identitasnya sebagai bagian dari kota ini," jelas Rizal.
Sementara pendekatan kedua adalah basis wakil, baik Azhar maupun Fatmawati yang berasal dari wilayah Ajatappareng, yang menjadikan daerah tersebut sebagai medan persaingan ketat. Namun menurut Rizal, Fatmawati tampak lebih unggul karena serius dalam menggarap dukungan di wilayah tersebut.
Sementara Azhar lebih fokus meraih dukungan dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan pesantren.
Ketiga, Rizal juga menyoroti peran penting partai politik dalam menentukan kekuatan calon. Dukungan partai-partai seperti NasDem, yang memiliki basis di Pinrang, Sidrap, dan Makassar, cenderung memperkuat posisi pasang Andalan Hati.
"Survei terakhir menunjukkan Sudirman cukup kuat di basis NasDem, sementara Danny Pomanto mendapat dukungan signifikan dari PDIP dan PKB yang berpengaruh di Toraja dan daerah pedesaan," kata Rizal.
Selain itu, Rizal juga mencatat adanya perbedaan dalam pendekatan terhadap pemilih ormas. Sudirman dinilai lebih terkait dengan kelompok Islam modern, yang membuat sebagian kalangan tradisional Islam, termasuk NU, cenderung mendukung pasangan Danny-Azhar.
"Ketiga pemetaan geopolitik ini bisa diliat dari aspek ormas. Saya pikir memang dengan isu misalnya Sudirman, ini isu yah, saya melihatnya sebagai perspektif umum saja. Misalnya yang dianggap Islam moderen, kira-kira Sudirman kurang dianggap menerima Islam tradisionil sehingga basis-basis seperti pesantren, NU itu lebih menerima Danny-Azhar ketimbang Sudirman-Fatma," jelasnya.
Pendekatan terakhir menurut Rizal adalah dari sisi pemilih rasional dan pemilih pragmatis. Dimana penduduk pinggiran dianggap atau dikenal lebih fanatik dan pragmatis sehingga basis tersebut lebih dominan pada Sudirman.
"Terakhir bisa dilihat dari pemilih rasional dan pemilih pragmatis. Saya pikir pemilih rasional itu lebih banyak memilih Danny-Ashar, masyarakat perkotaan itu cenderung menerima Danny-Ashar walaupun memang di Sulsel ini masyarakat pinggiran yang cenderung fanatik dan sedikit prakmatis itu cenderung banyak ke Sudirman," ungkapnya.
Meski begitu, kata Rizal, persaingan tetap akan berlangsung sengit. Terlebih dukungan dari wilayah Ajatappareng menjadi rebutan bagi kedua pasangan calon karena Fatmawati dan Azhar memiliki basis yang sama di wilayah tersebut.
Dalam kalkulasi Rizal, untuk memenangkan pemilihan gubernur, minimal harus diamankan dukungan di sejumlah kabupaten kunci. Namun, ia menilai bahwa persaingan satu lawan satu antara Danny-Azhar dan Sudirman-Fatma ini menimbulkan dinamika yang berbeda dibandingkan jika terdapat lebih dari dua calon.
"Jika terdapat tiga pasangan, maka suara akan lebih sulit untuk berpindah, tetapi dengan dua calon, perpindahan suara bisa terjadi lebih cepat, terutama jika ada blunder dalam kampanye," paparnya.
Menurutnya, jika Danny-Azhar ingin mengejar ketertinggalan dari survei, mereka harus mampu meraih suara di daerah pedesaan seperti Ajatappareng, Bosowa, dan Luwu Raya.
Selain itu, meski di beberapa survei menunjukkan selisih, Rizal juga mengingatkan bahwa dalam persaingan dua pasangan calon, perpindahan suara bisa sangat cepat terjadi, sehingga untuk saat ini disebut masih sangat sulit memprediksi kekuatan masing-masing calon.
"Visi Danny-Azhar saat ini terlalu fokus pada isu perkotaan. Mereka perlu mengembangkan strategi yang dapat menyasar segmen pemilih di daerah pedesaan. Tapi perpindahan suara kalau head to head itu cepat sehingga itu perlu di waspadai (Sudirman-Fatma)," pungkasnya. (Isak/B)