MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Sejumlah lembaga survei telah memotret kekuatan calon gubernur Sulawesi Selatan menjelang hari pemilihan. Meski begitu, peta penyebaran dan basis-basis suara kandidat masih berpeluang berubah dalam 27 hari ke depan. Kerja keras dan perubahan strategi kampanye untuk merebut simpati pemilih akan sangat menentukan. Wilayah perkotaan akan menjadi arena pertarungan paling sengit.
Pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi unggul dalam semua hasil survei dari sejumlah lembaga. Dari sisi demografi, pasangan ini juga mendominasi keinginan responden. Kecuali di wilayah Toraja Raya, pasangan dengan tagline Andalan-Hati ini unggul dominan hampir di seluruh daerah.
Dalam sigi sejumlah lembaga survei, Sulaiman-Fatmawati lebih mendominasi di wilayah Kabupaten Bone dan sekitarnya, yang menjadi daerah asal. Adapun, Danny Pomanto, mantan Wali Kota Makassar yang menjabat dua periode, lebih dikenal di Kota Makassar.
Selain itu, kedua wakil dari masing-masing calon juga memiliki asal pemilihan daerah yang sama, yakni Ajatappareng yang meliputi Kabupaten Pinrang, Sidrap, Enrekang, Barru, dan Kota Parepare. Ini menjadikan wilayah tersebut sebagai area pertarungan yang krusial bagi kedua pasangan calon dalam memperebutkan dukungan.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Rizal Fauzi mengatakan ada beberapa pendekatan klaster yang dapat digunakan untuk memetakan dukungan bagi masing-masing pasangan calon. Pertama, pemilih tradisional, yang biasanya menentukan pilihan berdasarkan kesukuan atau kedaerahan.
"Sudirman kuat di wilayah Bone, Soppeng, Wajo, daerah yang umumnya berpenduduk Bugis," imbuh Rizal, Rabu (30/10/2024).
Di sisi lain, Danny Pomanto dipandang lebih dominan di Kota Makassar. Strategi kampanye sendiri berfokus pada branding “anak Makassar,” yang dinilai berhasil menarik simpati warga perkotaan.
"Danny memang lebih dikenal di Makassar dan mengusung gaya kampanye yang menampilkan identitasnya sebagai bagian dari kota ini," ujar Rizal.
Sementara pendekatan kedua adalah basis wakil. Baik Azhar maupun Fatmawati berasal dari wilayah Ajatappareng yang menjadikan daerah tersebut sebagai medan persaingan ketat. Namun menurut Rizal, Fatmawati tampak lebih unggul karena serius dalam menggarap dukungan di wilayah tersebut.
"Sementara Azhar terlihat lebih fokus meraih dukungan dari kalangan Nahdlatul Ulama dan pesantren," imbuh Rizal.
Rizal juga menyoroti peran penting partai politik dalam menentukan kekuatan calon. Dukungan partai-partai seperti NasDem, yang memiliki basis di Pinrang, Sidrap, dan Makassar, cenderung memperkuat posisi pasangan Sudirman-Fatmawati.
"Survei terakhir menunjukkan Sudirman cukup kuat di basis NasDem, sementara Danny Pomanto mendapat dukungan signifikan dari PDIP dan PKB yang berpengaruh di Toraja dan daerah pedesaan," kata Rizal.
Selain itu, Rizal juga mencatat adanya perbedaan dalam pendekatan terhadap pemilih ormas. Sudirman dinilai lebih terkait dengan kelompok Islam modern, yang membuat sebagian kalangan tradisional Islam, termasuk NU, cenderung mendukung pasangan Danny-Azhar.
"Ketiga pemetaan geopolitik ini bisa dilihat dari aspek ormas. Saya pikir memang dengan isu, misalnya Sudirman, saya melihatnya sebagai perspektif umum saja. Misalnya, yang dianggap Islam modern, kira-kira Sudirman kurang dianggap menerima Islam tradisional sehingga basis-basis seperti pesantren, NU itu lebih menerima Danny-Azhar ketimbang Sudirman-Fatma," ujar Rizal.
Pendekatan terakhir, menurut Rizal, adalah dari sisi pemilih rasional dan pemilih pragmatis. Penduduk pinggiran dianggap atau dikenal lebih fanatik dan pragmatis sehingga basis tersebut lebih dominan pada Sudirman.
"Terakhir bisa dilihat dari pemilih rasional dan pemilih pragmatis. Saya pikir pemilih rasional itu lebih banyak memilih Danny-Ashar, masyarakat perkotaan itu cenderung menerima Danny-Ashar walaupun memang di Sulsel ini masyarakat pinggiran yang cenderung fanatik dan sedikit pragmatis itu cenderung banyak ke Sudirman," tutur dia.
Meski begitu, kata Rizal, persaingan tetap akan berlangsung sengit. Terlebih dukungan dari wilayah Ajatappareng menjadi rebutan bagi kedua pasangan calon karena Fatmawati dan Azhar memiliki basis yang sama di wilayah tersebut.
Dalam kalkulasi Rizal, untuk memenangkan pemilihan gubernur, minimal harus diamankan dukungan di sejumlah kabupaten kunci. Namun, ia menilai bahwa persaingan satu lawan satu antara Danny-Azhar dan Sudirman-Fatma ini menimbulkan dinamika yang berbeda dibandingkan jika terdapat lebih dari dua calon.
"Jika terdapat tiga pasangan, maka suara akan lebih sulit untuk berpindah, tetapi dengan dua calon, perpindahan suara bisa terjadi lebih cepat, terutama jika ada blunder dalam kampanye," papar dia.
Menurut Rizal, jika Danny-Azhar ingin mengejar ketertinggalan dari survei, mereka harus mampu meraih suara di daerah pedesaan seperti Ajatappareng, Bosowa, dan Luwu Raya.
Selain itu, meski di beberapa survei menunjukkan selisih, Rizal juga mengingatkan bahwa dalam persaingan dua pasangan calon, perpindahan suara bisa sangat cepat terjadi, sehingga untuk saat ini disebut masih sangat sulit memprediksi kekuatan masing-masing calon.
"Visi Danny-Azhar saat ini terlalu fokus pada isu perkotaan. Mereka perlu mengembangkan strategi yang dapat menyasar segmen pemilih di daerah pedesaan. Tapi perpindahan suara kalau head to head itu cepat sehingga itu perlu diwaspadai (Sudirman-Fatma)," ujar dia.
Ketua tim pemenangan Danny-Azhar, Fauzi Andi Wawo menegaskan bahwa target basis suara untuk paslon DIA akan merata di 24 daerah. Menurut dia, pihaknya menargetkan suara di atas 50 persen di setiap daerah.
"Berarti basis kami hampir merata di 24 daerah dengan target di atas 50 persen. Artinya target paslon DIA menang di setiap daerah, 50 persen tambah satu, aman," ujar Fauzi.
Sedangkan khusus di Kota Makassar, kata politisi PKB itu, pasangan DIA menaruh target tinggi di Kota Makassar. Apalagi, kota ini menjadi basis atau daerah kekuasan Danny Pomanto selaku wali kota dua periode dan calon gubernur.
Dengan jabatan yang masih diemban Danny, serta penuh keyakinan, Fauzi menegaskan tim menargetkan di atas 70 persen suara dari penduduk Makassar.
"Khusus Makassar, target tim DIA sangat tinggi dari daerah lain. Tentu ini kantong suara Danny, target di atas 70 persen lebih," ujar dia.
Dia menjelaskan, hampir dua bulan Danny Pomanto berkeliling ke berbagai daerah di Sulsel untuk melakukan kampanye. Begitu pula dengan pasangannya, Azhar Arsyad yang aktif berkampanye di seluruh wilayah Sulsel. Dengan demikian, Wakil Ketua DPRD Sulsel itu meyakini basis suara di wilayah Mamminasata, Ajatappareng, Bosowa, Luwu Raya, Enrekang plus Toraja Raya, dan wilayah Jenewa Jeneponto hingga Sinjai bisa digenjot maksimal.
"Jadi, basis kantong DIA di 24 daerah. Misalnya di Bosowasi, Ajatappareng, di Luwu Raya serta Toraja Raya. Begitu juga Wilayah Selatan, strategi lewat kampanye agar meraih suara," ucap Fauzi.
Terpisah, pascadebat perdana yang diselenggarakan KPU Sulsel, Azhar Arsyad kembali tancap gas menemui warga di daerah. Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sulsel ini melakukan kampanye terbatas di Kabupaten Pangkep.
Sekretaris PKB Sulsel, Muhammad Haekal mengatakan Azhar melakukan pertemuan terbatas dengan legislatif DPRD Pangkep dari PKB. anggota legislatif (aleg) PKB.
"Setelah itu kami mengunjungi tokoh masyarakat di beberapa titik," ucap Haekal.
Penerimaan masyarakat kepada pasangan Danny-Azhar), sambung Haekal, sangat positif karena masyarakat menginginkan perubahan lebih baik untuk Sulsel. Menyinggung debat perdana, visi dan misi pasangan bertagline Save Sulsel itu memberikan gambaran yang akan terealisasi bila terpilih 27 November mendatang.
"Visi dan misi DIA lebih baik, pemerataan pembangunan kota dan desa yang digagas adalah komitmen adanya perubahan untuk kesejahteraan lebih baik ke depan," ucap Haekal.
Adapun juru bicara pasangan Sudirman-Fatmawati, Irwan mengatakan berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai lembaga survei menyebutkan pasangan ini lebih unggul dibandingkan Danny-Azhar.
"Sudirman-Fatma unggul di semua kabupaten dan kota saat ini," ujar Irwan.
Politikus Partai Gelora ini menyebutkan khusus Kota Makassar akan menjadi rebutan dua pasang kandidat. Dia mengakui, akan ada persaingan sengit mengingat lawan Sudirman-Fatma adalah Danny Pomanto yang masih berstatus sebagai wali kota.
"Memang di survei awal untuk Kota Makassar ada persaingan ketat. Tapi waktu itu undecided voters masih cukup tinggi. Tapi sekarang kami cukup percaya diri menyebutkan bahwa kami sudah unggul di Makassar," imbuh Irwan.
Walau survei Sudirman-Fatma sudah jauh meninggalkan pasangan Danny-Azhar, menurut Irwan, seluruh partai pengusung dan relawan tidak ingin terlena. Dia mengatakan, hasil akhir akan ditentukan pada 27 November nanti.
"Sejak awal Sudirman-Fatma memberikan perhatian yang sama untuk setiap daerah dan sampai sekarang pun seperti itu. Kandidat kami hanya berbagi titik kunjungan agar bisa menjangkau lebih banyak dengan waktu yang relatif tidak lama lagi," ucap dia. (isak pasa'buan-suryadi-fahrullah/C)