TAKALAR, RAKYATSULSEL - Ainun Tri Risky Ch. Nisa, pemerhati pilkada dan alumni Psikologi UNM Makassar, menyoroti kontroversi permintaan penghapusan segmen debat antar calon wakil bupati yang diajukan oleh Jussalim Sammak, Ketua Tim Pemenangan Paslon 02 SK-Nojeng.
Jussalim berpendapat bahwa segmen debat tersebut tidak penting dan tidak memberikan dampak signifikan dalam menggali visi-misi pasangan calon. Namun, Ainun melihat hal ini sebagai sinyal kekhawatiran yang berlebihan. “Permintaan ini bisa saja menunjukkan ketidakpercayaan pada kompetensi calon yang diusung,” tegasnya.
Ainun menjelaskan bahwa debat adalah momen vital yang memperlihatkan kesiapan para calon untuk bersanding sebagai pemimpin. “Ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk menilai siapa yang benar-benar siap, bukan hanya sebagai pelengkap, tapi juga sebagai pemimpin sejati,” ungkapnya.
Menurut Ainun, kecemasan yang tidak beralasan ini berpotensi memengaruhi perilaku kandidat, yang bisa mengarah pada menarik diri dan kesulitan dalam berinteraksi. Gejala kecemasan seperti kurang percaya diri dan kesulitan mengambil keputusan juga dapat berdampak pada performa calon di masa mendatang.
Mendorong transparansi, Ainun mengajak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Takalar untuk tetap menjalankan debat sesuai aturan. “Debat adalah medium penting untuk memastikan pemilih memiliki informasi yang cukup guna membuat keputusan yang bijak,” ujarnya.
Kontroversi ini seakan mempertegas ketegangan di panggung politik menjelang pilkada, di mana keterbukaan dan komunikasi jujur antara calon dan pemilih sangat diperlukan. (Tiro)