Oleh: Rusman Madjulekka
Momentum kadang membuat orang terjatuh, tapi momentum juga membuat terangkat melesat tinggi.
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - "Dulu saya maju calon wakil wali kota Makassar. Walau bukan rezeki efeknya saya rasakan sampai hari ini. Sama waktu saya pindah partai kena penggantian antar waktu. Tapi, kalau masih di Golkar, prediksi saya masih berkutat di wakil ketua, wakil sekretaris atau wakil bendahara paling tinggi. Bukan ketua partai level kota. Jadi politik itu, kan, momentum. Seorang politisi harus pandai membaca situasi.”
Yang mengucapkan itu seorang perempuan. Dengan nada sersan. Serius tapi santai. Sudah beberapa kali janjian “ngopi” di Jakarta, tapi selalu gagal. Mungkin juga belum momentum yang pas.
Perempuan itu tinggal di Makassar. Kerjanya seabrek. Jabatannya cukup mentereng. Ketua DPRD di Sulawesi Selatan, provinsi para pemberani, julukan yang pernah diberikan oleh Surya Paloh, bosnya di partai politik.
Nama perempuan pemberani itu: drg. Andi Rachmatika Dewi Yustitia Iqbal. Putri dari pasangan Andi Muhammad Iqbal Arief dan Hj Nurhayati Sirajuddin. Sehari-hari ia lebih akrab dianggil Cicu. Sudah tiga periode berturut-turut ia terpilih anggota dewan di provinsi Sulsel.
Saat Pileg 2024 lalu, suara Cicu naik hampir dua kali lipat dibanding pileg sebelumnya dengan perolehan 46.375 suara. Dan, partainya keluar sebagai pemenang dengan 17 kursi. Menggeser dominasi Golkar yang selama ini berjaya di Sulsel.
Bagaimana Cicu “membaca” momentum?
"Feeling,” jawabnya.
Cicu ‘nyemplung’ di politik boleh dikata karena momentum. Ia tak punya latarbelakang pendidikan politik. Pendidikan formalnya kedokteran gigi. Sempat bekerja sebagai penyiar radio cukup ternama di kalangan anak muda di Kota Makassar.
Saat itu lingkungan keluarga dan kawan bergaulnya banyak berkiprah di politik. Faktor itu banyak mempengaruhinya. Sebut saja di antaranya sang paman, Ilham Arief Sirajuddin. Mantan Wali Kota Makassar dua periode, politisi senior yang sekaligus salah satu mentor politiknya.
Sebelumnya, saya kira Anda sudah tahu. Perempuan kelahiran Makassar 27 Oktober 1983 yang tumbuh dan besar di Jakarta ini pernah bikin pecah rekor. Saat berusia 25 tahun dirinya terpilih sebagai anggota DPRD Kota Makassar termuda pada 2009. Saat itu ia masih di Golkar sebelum pindah ke Nasdem. Debutnya melampaui laju angka usianya.
Saat itu pula Cicu yang masih jomblo ketemu jodohnya sesama anggota dewan. A. Fadly Ferdiansyah Darwis. Jatuh cinta. Lalu memutuskan menikah. Telah dikaruniai anak laki-laki, A. Ilham Rifatridzky. Tuhan mengabulkan salah satu doa yang sering ia panjatkan di Baitullah.
Menurut koleganya di DPRD Sulsel periode lalu, Cicu politisi perempuan yang dari berbagai sisi sudah cukup matang. Pernah di DPRD Kota Makassar lalu ‘naik kelas” di DPRD provinsi dengan berbagai posisi alat kelengkapan dewan hingga wakil ketua.
Sebagai pimpinan partai politik Nasdem Makassar, lanjut koleganya, Cicu juga berprestasi. Sudah banyak ditempa pengalaman dan ditunjang pendidikan politik termasuk melalui pelatihan bertajuk Calon Pemimpin Masa Depan” yang digelar Yayasan Satu Nama Yogyakarta.
“Satu alumni saya bersama Cicu. Hanya beda angkatan. Saya tahun 2000, duluan setahun dari Cicu,” kata Selle K.S. Dalle, politisi Partai Demokrat yang sekarang bertarung di Pilkada 2024 Soppeng.
Menjelang pilkada serentak di Sulsel, Cicu jadi sibuk sebagai leader. Semuanya dikerjakan dengan serentak. Selain menjalankan tupoksi kedewanan sebagai pimpinan, ia juga harus membagi waktu sosialisasi paslon gubernur dan wakil gubernur dan juga paslon wali kota dan wakil wali kota Makassar.
Ini juga momentum. Atau bukan momentum baginya. Sekaligus menjawab pertanyaan publik terkait usungan partainya terhadap paslon yang maju di Pilkada Serentak 2024.
Cicu bisa berkata seperti ini: “Seekor burung yang duduk di atas pohon, tak pernah takut rantingnya patah. Karena kepercayaannya bukan pada cabang dahannya, tetapi pada kemampuannya untuk terbang.” (*)