Nilai Kepahlawanan

  • Bagikan
Darussalam Syamsuddin

Oleh: Darussalam Syamsuddin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Riwayat menyebutkan, pada suatu kesempatan salah seorang sahabat Nabi berkata: Wahai Rasulullah, sungguh beruntung lelaki itu sambil menunjuk kepada seorang lelaki yang tubuhnya kuat, sehat dan masih berusia muda. Sekiranya usianya yang masih muda, tubuhnya yang kuat dan sehat digunakan untuk berjihad di jalan Allah.

Rasulullah berkata: Jangan berkata begitu sahabatku. Jika lelaki itu keluar dari rumahnya untuk bekerja, agar dia tidak menjadi peminta-minta, bila dia meninggalkan rumah dengan maksud bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, kalau dia bekerja agar kebutuhan hidup keluarganya dapat terpenuhi, maka dia berjihad di jalan Allah.

Berjihad di jalan Allah tidak selamanya dimaknai dengan mengangkat senjata, seorang penuntut ilmu yang bersungguh-sungguh mencari ilmu, penegak hukum yang berusaha memperjuangkan dan menegakkan kebenaran, petugas yang mengatur lalu-lintas dengan tertib, pedagang yang memelihara kejujuran dalam transaksinya, hingga petugas kebersihan lingkungan yang menyapu jalan di pagi hingga petang hari dengan sabar, guru atau dosen yang membimbing murid dan mahasiswanya dengan tekun, dan selainnya dapat disebut mengandung nilai-nilai kepahlawanan karena adanya kesungguhan dalam mewujudkan dan meraih apa yang menjadi tujuannya.

Pasangan suami-istri yang senantiasa memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan pendidikan anak-anak dan keluarganya dapat pula disebut sebagai pejuang keluarga.

Tidak peduli profesi apa pun yang digeluti dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Apakah termasuk kategori pekerjaan halus atau kasar, dikerjakan dengan otak atau otot tidak ada bedanya. Sepanjang dapat dipertanggung jawabkan secara moral di hadapan Allah, semuanya boleh dan sah-sah saja.

Patut menjadi perhatian adalah pertama, motivasi yang mendasari pekerjaan atau profesi itu. Kedua, manfaat dari pekerjaan yang dilakukan terhadap banyak orang. Motivasi kerja yang dimaksud adalah mencari keredaan Allah. Sedang manfaat diperoleh bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk kepentingan masyarakat luas. Semakin banyak orang yang mengambil manfaat dari kebaikan yang dikerjakan, semakin tinggi kualitas kebajikan itu.

Nilai kepahlawanan yang mendasari perjuangan para pejuang bangsa dalam membela, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan patut menjadi teladan semua generasi bangsa meski tidak lagi dalam bentuk pertumpahan darah dan air mata, melainkan dengan prestasi dan kerja keras di seluruh bidang kehidupan.

Semua anak bangsa patut diberi peluang dan kesempatan yang sama dalam meraih mimpi-mimpinya di masa depan. Bermodal ilmu pengetahuan, keterampilan, profesionalisme, dan dedikasi yang tinggi yakin dapat meraih harapan yang didambakan.

Nilai kepahlawanan yang dimaksud adalah kejujuran, ketekunan, kerja keras, pantang menyerah, dan istikamah. Jika nilai kepahlawanan ini hendak disimpulkan dikaitkan dengan apa yang didambakan bangsa Indonesia saat ini jelas tergambar pada modal yang dimiliki Rasulullah dalam melakukan transformasi atau perubahan pada masanya.

Hanya dalam beberapa waktu suasana yang lazim dengan berhala, berubah menjadi mentauhidkan Allah. Modal yang dimaksud adalah: siddik (jujur), Fathonah (cerdas), Amanah (dipercaya), dan tablig (menyampaikan).

Di Indonesia tidak susah mencari orang cerdas, namun yang susah adalah mencari orang jujur. Karena itu kejujuran menjadi landasan integritas dalam melakukan perubahan. Fathonah (cerdas) yakni meliputi kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan dilengkapi dengan kapasitas yang memadai.

Sedang amanah (dipercaya) adalah basis kredibilitas merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika semua saling percaya maka akan meningkatkan ekonomi bangsa.

Karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kekuatan sosial yang didasari kepercayaan, perubahan niscaya menjadi sebuah kemestian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (*)

  • Bagikan