Suntikan Dana Fantastis

  • Bagikan
ILUSTRASI

"Dari hasil pencermatan KPU Makassar, keempat laporan LPSDK (paslon) tidak ada kekurangan sehingga tidak ada perbaikan dan itu sudah diumumkan di web resmi KPU," jelas Sri.

Untuk menjaga transparansi, Sri mengatakan laporan dana kampanye disampaikan melalui aplikasi Sikadeda atau Sistem Informasi Kampanye dan Dana Kampanye dengan dokumen pendukung yang wajib dilampirkan.

"Jadi, ada batasan sumbangan yang bisa diterima paslon. Setiap paslon hanya boleh menerima sumbangan sebesar Rp75 juta dari perseorangan dan Rp 750 juta jika sumbangan itu didapatkan dari badan hukum," ungkapnya.

Selain itu, KPU Makassar juga melakukan verifikasi sumber dana untuk memastikan tidak ada dana yang bersumber dari hasil tindak pidana atau penyumbang dari pihak asing.

"Jika ditemukan pelanggaran dalam pelaporan dana kampanye, KPU akan menolak laporan tersebut dan memberikan kewenangan ke Bawaslu untuk menindaklanjutinya," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Bawaslu Kota Makassar, Dede Arwinsyah, menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap pelaporan dana kampanye.

Pelaporan yang tidak akurat, kata dia dapat berakibat serius bagi para calon. Setiap calon diwajibkan melaporkan semua sumber dan penggunaan dana kampanye mereka.

"Ketidakpatuhan dapat mengakibatkan sanksi administratif hingga pembatalan status sebagai pasangan calon," tegas Dede.

Terpisah, Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Ali Armunanto menilai, kedua paslon padw kontestasi Pilgub Sulsel memiliki pola kampanye yang berbeda.

"Pola ini tentu bertujuan menyasar konteks pemilih yang berbeda pula. Jadi, pengeluaran dan sumbangsi berbeda-beda," katanya.

Lanjut dia, gaya kampanye yang berbeda, tentu yang disasar juga berbeda karena ini terkait strategi. Danny-Azhar lebih cenderung menyapa langsung pemilih, sehingga mereka berusaha mengurangi jarak dengan pemilih dengan menunjukkan gaya sosialisasi yang humble (rendah hati).

Gaya sosialisasi yang cenderung sederhana dengan memadankan penampilan, menurut Ali, sebagai upaya pasangan nomor urut 1 memangkas jarak sosial mereka dengan pemilih. Pola pendekatan ini tentu lebih menyasar masyarakat dengan bersentuhan langsung tanpa jarak.

"Misal saat Danny naik motor ke Seko, Rampi, terus Azhar juga biasanya cuma berjalan kaki masuk lorong. Saya rasa memang yang disasar adalah pemilihnya langsung. Dan itu akan menciptakan efek yang langsung ke pemilih bawah dan citra publik yang lebih humble," terangnya.

Berbeda dengan gaya kampanye pasangan Sudirman-Fatma, Ali mengatakan, paslon nomor urut 2 cenderung mirip pendekatan seorang pengusaha, yakni pola dengan gaya cepat dan efektif.

Misalnya terlihat dari transportasi yang digunakan, pasangan ini seringkali memilih helikopter agar bisa menjangkau beberapa titik kampanye sekaligus.

  • Bagikan