Himapid Unhas Gelar Seminar Nasional, Bahas Soal TBA

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Himpunan Mahasiswa Epidemiologi (HIMAPID) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menggelar Seminar Nasional TB Care Youth Summit on Public Health.

Kegiatan itu, bertajuk “Optimalisasi Peran Kampus Sehat dalam Meningkatkan Awareness dan Menurunkan Stigma serta Diskriminasi terhadap TB di Lingkungan Kampus”. Acara ini berlangsung pada Sabtu pagi di Baruga Baharuddin Lopa Universitas Hasanuddin. 

Sesi materi dari perspektif akademisi dibawakan oleh Dr. Wahiduddin, SKM., M.Kes., yang merupakan Ketua Tim Pokja Kampus Sehat FKM Unhas.

Dalam pemaparannya, Dr. Wahiduddin menekankan bahwa tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan, namun masih menghadapi tantangan besar berupa stigma dan diskriminasi, khususnya di lingkungan kampus. 

"Kita harus bisa menghilangkan yang namanya stigma dan diskriminasi terhadap pengidap TB di lingkungan kampus," ucap dosen epidemiologi yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKM Unhas, Minggu (17/11/2024).

Ia menjelaskan bahwa mengatasi stigma memerlukan edukasi yang mengungkapkan fakta bahwa TB dapat disembuhkan dan tidak semua jenisnya menular.

"Selain itu, penerapan kebijakan anti-diskriminasi di lingkungan kampus dan pemberian dukungan psikososial bagi mahasiswa yang terdiagnosis TB menjadi langkah strategis," tuturnya.

Dalam pemaparannya, Ia menjelaskan tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Meskipun biasanya menyerang paru-paru, bakteri ini juga dapat menyerang bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Jika tidak diobati dengan tepat, TB dapat berakibat fatal. Secara global, TB masih menjadi masalah kesehatan serius, dengan data menunjukkan bahwa 10,8 juta orang terjangkit TB pada tahun lalu, dan 1,25 juta di antaranya meninggal dunia.

"Dari total kasus tersebut, 46 persen berada di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia," sebutnya.

Wahiduddin juga memaparkan tren global yang menunjukkan peningkatan kasus TB, terutama pada kelompok usia produktif 15–24 tahun. Di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kasus TB terus meningkat secara signifikan dalam lima tahun terakhir. 

Perguruan tinggi juga memiliki peran strategis dalam menangani TB melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

"Proses pendidikan di kampus harus mampu memberikan pemahaman yang benar mengenai pencegahan, deteksi, dan pengobatan TB," ungkapnya.

Menurutnya, perguruan tinggi juga berkontribusi dalam menghasilkan inovasi melalui penelitian dan program pengabdian masyarakat.

"Selain itu, Program Kampus Sehat juga  menjadi contoh layanan kesehatan terintegrasi bagi mahasiswa, yang turut berperan dalam mendukung pencegahan penyakit menular seperti TB," tukasnya.

Acara ini berhasil menjadi ruang diskusi penting bagi mahasiswa, akademisi, dan pegiat kesehatan masyarakat untuk menyatukan langkah dalam menciptakan lingkungan kampus yang sehat, inklusif, dan bebas stigma terhadap pengidap TB. 

  • Bagikan

Exit mobile version