Penelitian ini dilakukan sebagai respons terhadap banyaknya pemberitaan yang meragukan keamanan galon guna ulang terkait potensi migrasi BPA, terutama yang terpapar sinar matahari.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh dosen Teknik Kimia UMI, Ir Gusnawati juga membuktikan hal yang sama.
Dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Migrasi Cemaran Bisphenol-A pada Produk Air Minum dalam Kemasan Galon di Kota Makassar," Gusnawati menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis dan menemukan bahwa tidak ada migrasi BPA dari galon polikarbonat ke dalam air, baik yang disimpan di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
"BPA tidak terurai pada suhu normal, jadi tidak ada migrasi ke air," jelas Gusnawati.
Selain itu, dokter spesialis andrologi di Siloam Hospital dan Primaya Hospital Makassar, dr Rahmawati Thamrin, Sp. And, menanggapi isu dampak BPA terhadap kesuburan pria.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang konsisten yang mengaitkan konsumsi air galon dengan gangguan kesuburan.
"BPA memang bisa berpotensi menyebabkan masalah kesehatan, namun dampaknya terhadap kesuburan pria masih memerlukan penelitian lebih lanjut," ujarnya.
Penelitiannya juga menegaskan bahwa masalah kesuburan pria lebih banyak disebabkan oleh faktor lain seperti gangguan hormonal, infeksi, varikokel, serta faktor genetik.
Untuk menjaga kesuburan, dr. Rahmawati menyarankan agar pria menjaga pola hidup sehat, menghindari alkohol dan rokok, serta rutin berolahraga.
Dengan demikian, penelitian-penelitian ini memberikan keyakinan bahwa air minum dalam kemasan galon yang beredar di Makassar aman untuk dikonsumsi, dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa galon polikarbonat menyebarkan BPA dalam jumlah yang membahayakan kesehatan. (Shasa/B)