MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan Wali Kota Makassar masih rawan terjadinya jual beli suara atau politik uang. Ini berdasarkan survei Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA jika masih ada sekitar 48,3 persen warga Kota Daeng ini masih terpengaruh dengan politik uang.
Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah melihat jika jelang pencoblosan ini Makassar sangat rentang terjadi khususnya pemilih menengah ke bawah.
"Sebagai orang beranggapan Makassar ini pemilih cerdas, tapi kita harus melihat pemilih cerdas bagaimana? memilih karena tawaran visi misi atau pemilih hitung-hitungan secara pragmatis. Jadi saya melihat memang Makassar sangat rawan politik uang," kata Asratillah kepada Rakyat Sulsel, Kamis (21/11/2024).
Asratillah menilai jika pemilih di Makassar cedar mencari informasi melalui media sosial, tapi saat memutuskan pilihan dia sangat praktisi. "Jadi pilihan mereka siapa yang memberikan sembako, siapa yang memberikan uang," ujarnya.
Pemilih cerdas itu kata Asratillah mereka melihat pito dan visi misi kandidat. "Seperti di Eropa dan Amerika. Mereka menentukan pilihan berdasarkan pito mereka, tawaran visi, misi dan Program mereka. Tapi di Makassar belum bisa seperti itu," tuturnya.
Tapi kata Asratillah pastinya ada juga pemilih yang menolak politik uang. Yakni kelompok menengah ke atas, atau para terpelajar. "Tapi ini jumlahnya tidak terlalu banyak, (Tolak politik uang)," jelasnya. (Fahrullah/B)