MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar mengukuhkan dua guru besar masing-masing di bidang Pendidikan Fisika dan Administrasi Publik.
Dua guru besar ini yakni Prof Nurlina dan Prof Nuryanti Mustar ini disahkan menjadi Guru Besar dalam Rapat Senat Luar Biasa Unismuh, di Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah, Kampus Unismuh, Jumat (22/11/2025).
Rektor Unismuh Makassar Dr Abd Rakhim Nanda mengatakan terhitung hingga saat ini sudah ada 22 guru besar yang dilahirkan Unismuh. Menyusul Senin bakal ada lagi SK untuk pengukuhan guru besar dari teknologi pertanian. Kemudian ada beberapa juga yang tengah menyusun.
“Dalam waktu dekat kami ajukan yang sudah ada di meja kementerian, ada dua nama yang diajukan dan diperiksa ada 6 orang,” ucapnya.
Rakhim mengatakan, tak ada target khusus dalam melahirkan guru besar. Akan tetapi, Unismuh mendorong semua dosen untuk mempercepat jabatan fungsionalnya utamanya lector kepala.
“Dari lector kepala menjadi guru besar tantangannya tidak sedikit, tetapi secara kuantitas Unismuh memiliki 40 lector kepala yang sementara di persiapkan menuju guru besar,” ucapnya.
“Sebagai mana layaknya guru besar harus menjadi mahaguru dengan kemampuan lebih. Sehingga beban yang diberikan cukup besar untuk mengedukasi kampus dan masyarakat untuk mengabdikan keilmuanya,” tambahnya.
Guru Besar Bidang Pendidikan Fisika, Prof. Nurlina dalam orasi ilmiah yang berjudul "Pengembangan Perangkat Asesmen Fisika Berbasis Digital pada Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0" membahas transformasi pendidikan di tengah perkembangan teknologi.
Menurutnya, integrasi teknologi seperti AI dan IoT bukan hanya mengubah dunia kerja, tetapi juga cara pembelajaran. Ia menekankan bahwa pendidikan di era ini harus lebih adaptif, baik dalam metode pengajaran maupun dalam cara penilaian.
“Saya mengembangkan perangkat asesmen berbasis digital menggunakan platform seperti Kahoot untuk mengatasi tantangan dalam evaluasi mata kuliah Fisika Dasar,” ucapnya.
Perangkat ini memungkinkan penilaian yang lebih cepat dan akurat, serta mendorong keterlibatan aktif mahasiswa.
Guru Besar bidang Administrasi Publik, Prof. Nuryanti Mustari dalam pidato bertajuk "Menavigasi Kompleksitas Kebijakan dalam Menurunkan Prevalensi Stunting: Diskursus Evidence-Based Policy melalui Analisis Bibliometrik".
Ia membahas stunting sebagai masalah multidimensional yang mengancam kualitas sumber daya manusia. Dirinya menekankan perlunya pendekatan kebijakan berbasis bukti sebagai solusi strategis untuk mengatasi prevalensi stunting yang masih tinggi, terutama di kawasan Asia Tenggara.
“Pendekatan parsial tidak cukup dibutuhkan kebijakan yang didukung analisis data mendalam. Dengan visualisasi data yang lebih komprehensif, kebijakan bisa disusun lebih efektif dan sesuai kebutuhan masyarakat,” tutupnya. (Hikmah/A)