Fani, Guru Berprestasi Wakafkan Rumah Ruang Berliterasi

  • Bagikan

Penulis: Rahmaniar

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - "Tetangga adalah tempat ternyaman dalam bergosip dari pagi hingga dini hari".

Kutipan pernyataan anonim ini dimanfaatkan secara positif oleh Fadjriani, salah seorang guru yang berdomisili di BTN Lompoe Mas, Kota Parepare. Guru penyandang predikat sebagai Juara III Lomba Guru Kreatif dan Inovatif Kota Parepare itu berinovasi mencetuskan gerakan literasi di lingkungan tetangga.

Tepat 9 tahun 4 bulan, ia telah mendirikan Teras Baca, sebuah wadah nongkrong untuk para tetangga dalam "bergosip" tanpa dibatasi waktu. Wadah "bergosip" yang dimaksud bukan menceritakan aib orang lain atau bergibah, melainkan mendiskusikan bacaan atau cerita yang mereka baca dari buku yang disiapkan Fadjriani di ruang yang awalnya berukuran 3x3 meter itu. Di antara mereka, bahkan ada yang kerap bermalam karena asyiknya membaca atau melakukan aktivitas literasi, seperti bercerita, mengaji, mendongeng, dan aktivitas literasi lainnya.

Berkat kegigihan dan keikhlasannya, guru mata pelajaran IPS yang bertugas di UPTD SMP Negeri 8 Parepare itu, telah berhasil mengumpulkan seribu buku cerita. Buku- buku itu terpajang di ruang dinamai Teras Baca Lompo'e. Kini, juga telah dapat diakses secara online (e-book),

Gaji bulanan yang biasanya habis digunakan untuk keperluan pribadi dan keluarga tidak berlaku dalam kamus kepribadian wanita berjilbab besar ini. Setelah gajian, Kak Fani sapaan karibnya menyisihkan 10 persen untuk membeli buku. Buku cerita yang dibelinya pun beragam genre, baik fiksi maupun nonfiksi.

"Alhamdulillah, kini sudah ada 2.277 buku yang terpajang di Teras Baca kami dan ada juga 3.430 berbasis digital," ujar Kak Fani yang sedang asyik menulis feature di dalam kegiatan Pemberdayaan Komunitas Penggerak Literasi di hotel Almadera, Senin, 25 November 2024. Kegiatan itu diselenggarakan Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan.

Wanita yang aktif di berbagai organisasi literasi, sosial, dan kemasyarakatan ini menceritakan latar belakang didirikannya Teras Baca. "Banyak anak-anak kalau pulang sekolah hanya bermain gawai, orang tuanya juga nongrkrong tanpa manfaat sehingga itulah yang mendorong saya mendirikan Teras Baca," papar wanita kelahiran Parepare, 26 Mei 1973 itu.

Dia menceritakan, inspirasi mendirikan Teras Baca bermula dari sebuah pemberitaan tentang guru kembar bernama Ryan dan Rossy. la mengisahkan, guru kembar tersebut mendirikan sekolah darurat Kartini untuk anak-anak kurang mampu dan termarginalkan. "Saya masih belia kala menonton kisah perjuangan mereka di TV. Kisah mereka tertanam kuat di ingatan saya untuk memiliki impian yang sama," Fani akhirnya dapat mewujudkan impian itu 25 Juni 2015.

Beberapa bulan sejak Teras Baca berdiri, wanita peraih penghargaan juara 1 lomba baca puisi mengatakan, tidak hanya tetangga, namun para komunitas, dan mahasiswa yang mengetahui keberadaan Teras Baca pun kerap ikut nongkrong di tempatnya. Kemitraan pun akhirnya terbangun dari posisi itu, hingga akhirnya Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan melirik dan mendampingi pengembangan komunitas yang kini memiliki bangunan berlantai dua itu.

Kini istri Muhammad Ramadan ini menikmati keseharian bersama tetangga. Hidup rukun, menikmati indahnya balutan ilmu dalam berliterasi. Aktivitas mereka pun menjadi magnet bagi bocil di lingkungan tersebut. Sepulang sekolah teriakan "Bunda" menggema di luar Teras Baca. Bagi ibu dari tiga anak itu, panggilan sayang tersebut menjadi peredam lelahnya rutinitas.

Kisah Fadjriani menjadi perwujudan esensi pappaseng, sebuah karya sastra lisan masyarakat Bugis yang menekankan pentingnya kerukunan dalam bertetangga "Mauni melle' mabelae teppekkua mabbali bolae". Pesan ini menyiratkan peran tetangga yang selalu sigap menolong ketika tetangganya berada di masa sulit. Seperti Fani yang berjuang untuk kesejahteraan literasi para tetangga lewat Teras Baca yang didirikan, di rumah tinggalnya. (nia/*)

  • Bagikan