Oleh : Andi Luhur Prianto
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Beberapa tahun terakhir ini, kami sangat dekat dengan Almarhum KAK Arqam Azikin. Mungkin hitungan lebih dari 10 tahun terakhir ini, kami selalu berinteraksi hangat dengan beliau. Sebelum Kak Arqam fokus bertarung menghadapi penyakit yang di derita. Bahkan dalam keadaan sakit, beliau sempat dipapah menghadiri sebuah diskusi Pilkada di sebuah warung kopi beberapa bulan yang lalu. Luar biasa daya tahan beliau.
Bahkan oleh teman-teman dekat, kami biasa menyebut almarhum dengan panggilan KAK. KAK tanpa huruf kecil. Tanpa berdasar pada usia biologis. Sapaan KAK adalah identitas kedekatan dengan almarhum KAK Arqam Azikin. Bahkan sempat ada istilah _tiada Kak selain KAK (Kak Arqam Azikin)_. Walau Kak Seto (aktivis dan psikolog anak) sekalipun jika bertemu KAK, akan disapa Dik Seto.
Bahan teman-teman dekat beliau membuat WA Group bernama *Loyalis KAK*, sebuah group didedikasikan untuk almarhum KAK Arqam. WAG ini dihuni tokoh2 politik, media, aktivis, komisioner, pengusaha, birokrat, dokter dan akademisi berpengaruh. WAG itu biasa merespon statement2 KAK di diskusi atau di berbagai platform media. WAG ini masih bertahan sampai hari ini, termasuk mengupdate perkembangan kondisi KAK selama perawatan di rumah sakit.
Banyak hal yang menjadi legasi KAK. Sebagai junior, yang akhir-akhir ini mulai dapat kesempatan berbagi panggung dengan KAK, harus diakui KAK adalah pembicara publik, narator dan orator dengan artikulasi terbaik pada panggung diskusi di Sulawesi Selatan ini. Belum ada pembicara publik lokal yang menyamai kemampuan orasi dan retorik KAK di panggung diskusi. Terlepas dari konten atau materi yang dibicarakan, KAK selalu jadi magnitude sebuah panggung diskusi.
Kekhasan KAK yang lain adalah soal keberanian dan diferensiasi. KAK tidak terjebak dalam wacana politik dominan, selalu mencari dan mengambil peran oposisi biner atau berlawanan, atau membela yang lemah dan pasti kalah.