Petahana Tak Pernah Sukses di Torut

  • Bagikan
Ilustrasi Pilkada

MAKASSAR, RAKYATSULSEL. CO - Bupati petahana selalu gagal melanjutkan periode keduanya secara beruntun setiap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Toraja Utara. 

Kali ini dialami oleh Yohanis Bassang. Bupati petahana yang berpasangan dengan Marthen Rante Tondok ini gagal melanjutkan kekuasaannya untuk periode kedua.

Ombas sapaannya ditumbangkan oleh wakilnya Frederik Victor Palimbong alias Dedy Palimbong yang juga maju sebagai calon bupati. menggandeng Andrew Branch Silambi, Dedy Palimbong sapannya keluar sebagai pemenang.

Pada data internal tim, Dedy-Andrew unggul dengan persentase 52,27 persen. Sementara Ombas-Marthen kalah dengan hanya meraih 47,73 persen.

Kegagalan Ombas mempertahankan kekuasaannya, memperpanjang catatan buruk calon petahana yang selalu gagal untuk menuju periode keduanya. Hal ini terjadi pada dua Pilkada sebelumnya yakni 2015 dan 2020.

Pada Pilkada 2015, Frederik Batti Sorring sebagai calon bupati petahana yang berpasangan dengan Frederik Buntang Rombelayuk gagal menang. Paslon ini kalah dari penantangnya Kalatiku Paembonan-Yosia Rinto Kadang.

Pada 2020, Kalatiku yang maju sebagai calon petahana kemudian ditumbangkan oleh Ombas-Dedy Palimbong. Yosia Rinto Kadang yang juga maju saat itu, juga keok.

Kini giliran Ombas yang maju di Pilkada 2024 sebagai calon petahana, gagal melanjutkan periode keduanya. Ia ditumbangkan oleh wakilnya sendiri, Dedy Palimbong yang sudah menjadi Ketua DPC Gerindra Toraja Utara.

Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Ali Armunanto mengatakan gagalnya tiga calon petahana di Pilkada Torut, karena kesiapan mereka menghadapi para penantangnya.

"Faktor yang menyebabkan petahana kalah dari penantangnya, karena performanya kurang baik atau tidak baik selama memerintah. Nah ini yang menjadi evaluasi para pemilih untuk tidak memilih dia," katanya.

Dirinya menyebutkan petahana yang tumbang tak hanya di Torut. Melainkan juga di Takalar, Bantaeng, Luwu Timur hingga Wajo.

"Penyebabnya adalah kinerjanya tidak memuaskan, atau dianggap tidak optimal oleh masyarakat, sehingga tidak dipilih kembali," ujarnya.

Andi Ali melanjutkan, tumbangnya petahana di Torut juga karena ketidakmampuan membaca peta politik di daerahnya. Seperti Ombas yang tidak bisa mengukur kekuatan lawannya, sehingga harus berhadapan dengan wakilnya.

"Ini kan contoh blunder besar, yang bisa merusak citra politiknya. Dan juga mantan wakilnya pasti menguasai sebagian kantong suaranya, itu yang menjadi penyebab dia kalah," jelasnya. (Fahrullah/B)

  • Bagikan

Exit mobile version