Mendorong Representasi Perempuan dalam Kepemimpinan
Ariella juga menyoroti pentingnya kehadiran Fatmawati Rusdi sebagai Wakil Gubernur. Menurutnya, Fatmawati bukan hanya pendamping politik, tetapi juga simbol keberpihakan pada rakyat, khususnya kaum perempuan dan minoritas.
Sebagai perempuan yang vokal dalam memperjuangkan kaum marginal dan advokasi masyarakat, Ariella percaya bahwa Fatmawati Rusdi membawa perspektif baru dalam kepemimpinan. Keberadaan Fatmawati, katanya, menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam membangun daerah. Video pernyataan Ariella yang menghimbau masyarakat Sulawesi Selatan agar mendukung Fatmawati beredar viral di berbagai media sosial meraih ratusan ribu viewers.
“Yach saya dan teman-teman dengan intense mem-broadcast video itu karena pribadi Ibu Fatmawati sangat menyenangkan dan rendah hati, Saya bisa merasakan karakter yang genuine (tidak dibuat-buat) ketika mendampingi beliau di beberapa kali pertemuan dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat, bu Fatma selalu menyimak setiap aspirasi yang disampaikan dengan tulus bahkan menitipkan nomor telepon beliau kepada para tokoh tersebut. Makanya tidak heran bila sebagian besar dari kami mendukung beliau. Sulsel ke depan memiliki Wakil Gubernur yang memiliki hati Ibu yang akan memperhatikan semua kalangan bagaikan seorang ibu yang hatinya tidak akan membedakan anak-anaknya”
Sulsel yang Inklusif
Ariella berharap kemenangan pasangan Andi-Fatmawati akan membuka jalan bagi kebijakan yang lebih ramah terhadap kelompok minoritas. Ia menyerukan perhatian khusus pada izin dan pembangunan rumah ibadah, seperti gereja, vihara, klenteng, pura.
“Ini bukan sekadar soal toleransi, tetapi tentang bagaimana kita hidup berdampingan dalam keberagaman. Sulawesi Selatan dapat menjadi contoh bagi provinsi lain dalam menerapkan harmoni antar golongan, dan saya berharap Sulawesi Selatan menjadi rumah yang lebih nyaman aman bagi semua, tempat di mana setiap orang merasa dihargai, tanpa memandang latar belakang suku ras dan agama. Mari kita bersama-sama mewujudkan masa depan Sulsel yang harmonis, adil, dan sejahtera,” tutup Ariella.
Ariella juga menyuarakan agar kebijakan seperti yang telah diterapkan di Luwu Timur, di mana anak-anak non-Muslim diperbolehkan menjalankan ibadah di sekolah saat umat Muslim melaksanakan sholat Jumat, dapat diterapkan di seluruh Sulawesi Selatan.
“Di kota Makassar ini ada hampir 2.000 siswa Kristen, dan sekitar 1.000 siswa Katolik, belum lagi yang beragama Budha, Hindu, Khong Hu Cu di SD/SMP Negeri (belum termasuk yang SMA) yang tidak mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan agamanya karena tidak ada guru agama, dan banyak keluhan yang serupa di daerah lain.”
Kebijakan atau Peraturan Daerah yang mengijinkan anak-anak non-Muslim dapat melakukan ibadah di sekolah pada saat umat Muslim melaksanakan sholat Jumat, akan sangat membantu generasi muda untuk bertumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia karena data mencatat bahwa di sekolah-sekolah negeri kekurangan guru agama sehingga anak-anak tidak mendapatkan hak pembelajaran agama sesuai dengan agamanya masing-masing.