SPORTIVITAS adalah nilai penting yang dijunjung tinggi dalam dunia olahraga seperti sepak bola dan bulu tangkis, yang seharusnya menjadi teladan dalam bidang lain, termasuk politik. Dalam kompetisi, kemenangan dan kekalahan adalah hal biasa, namun yang lebih penting adalah semangat untuk bertanding dengan menjunjung tinggi sportivitas.
Bagi atlet dan politisi, memiliki sikap sportif berarti menghormati aturan dan hasil yang ditentukan secara adil. Sportivitas berhubungan erat dengan kesehatan emosional dan kemampuan bersosialisasi, yang pada gilirannya mempengaruhi kesehatan mental individu. Ketika sikap sportif diterapkan, akan tercipta masyarakat yang lebih taat, patuh, santun, serta mampu menyelesaikan permasalahan dengan solusi yang konstruktif dan berdasarkan pada norma agama, adat, serta budaya yang ada.
Sikap sportif yang baik bukan hanya penting dalam olahraga, tetapi juga di dunia politik, dengan mempromosikan rasa hormat, keadilan, dan empati. Menghargai kemampuan lawan dalam sebuah kompetisi baik di lapangan olahraga maupun dalam arena politik, mendorong terciptanya lingkungan yang sehat dan penuh persaingan yang positif, yang pada akhirnya membantu pertumbuhan pribadi. Dalam olahraga, hal ini memperkuat rasa kebersamaan, menumbuhkan rasa hormat, dan meningkatkan kemampuan kerja sama tim.
Rasa hormat terhadap lawan di arena politik bisa menciptakan hubungan yang lebih baik, meski dalam konteks yang kompetitif. Seperti yang terlihat dalam Pilkada Gowa 2024, Amir Uskara menunjukkan sikap sportif yang tinggi dengan menerima kekalahan dalam kontestasi tersebut. Meskipun jarak suara yang terpaut hanya sekitar 7 persen, Amir Uskara memilih untuk tidak mengajukan gugatan dan menyerahkan hasil pemilihan dengan lapang dada. Ini adalah contoh nyata dari politisi yang memiliki jiwa besar dan mengutamakan persatuan serta keharmonisan masyarakat.
Pentingnya sportivitas dalam politik dapat dijadikan pedoman bagi para politisi untuk mengajarkan nilai-nilai yang sama kepada para kader mereka. Politisi yang bertarung dengan cara yang sportif dan mengakui keunggulan lawan, sejatinya adalah "petarung sejati". Dalam politik, seperti halnya dalam olahraga, lawan bukanlah musuh yang harus dihancurkan, melainkan rekan dalam upaya membangun negara dan daerah. Sikap ini harus ditularkan agar dunia politik lebih sehat dan berkelanjutan.
Di akhir, kita harus merenungkan, apakah para politisi kita siap untuk menanamkan nilai sportivitas dalam setiap langkah politik mereka, ataukah mereka hanya mengejar ambisi pribadi dan kekuasaan? Ini adalah tantangan bagi kita semua untuk menjadikan politik lebih bermartabat. (*)
Penulis
Pemerhati Pemilukada
A Tri Risky Ch Nisa
Alumni Fakultas Psikologi UNM Makassar