MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Curah hujan tinggi yang terus mengguyur Kota Makassar menyebabkan jumlah pengungsi di Kelurahan Manggala meningkat. Hingga Kamis (12/12/2024), sebanyak 61 jiwa telah mengungsi di Masjid Jabal Nur Blok 10, Manggala, Makassar.
Sebelumnya, pada 10 Desember 2024, jumlah pengungsi hanya enam orang dari dua kepala keluarga. Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Achmad Hendra Hakamuddin, merinci saat ini jumlah pengungsi terdiri dari:
- Laki-laki dewasa: 13 orang
- Perempuan dewasa: 19 orang
- Laki-laki usia anak: 7 orang
- Perempuan usia anak: 9 orang
- Balita perempuan: 4 orang
- Balita laki-laki: 5 orang
- Bayi laki-laki: 1 orang
- Bayi perempuan: 2 orang
- Ibu hamil: 1 orang
Achmad Hendra juga menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi lintas sektor, termasuk dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial, untuk memastikan bantuan segera disalurkan kepada pengungsi.
Hingga kini, terdapat dua titik pengungsian yang digunakan warga untuk menghindari dampak banjir:
- Masjid Jabal Nur, Blok 10 Manggala – Menampung 61 jiwa.
- Masjid Makkah Al-Mukarramah – Menampung 19 jiwa dari empat kepala keluarga, terdiri dari delapan laki-laki dan 11 perempuan.
“Total pengungsi saat ini mencapai 80 jiwa, terdiri dari anak-anak hingga dewasa,” ujar Achmad Hendra.
Ia juga menyebutkan bahwa hingga saat ini, Kecamatan Manggala menjadi satu-satunya wilayah di Makassar dengan pengungsi akibat cuaca buruk.
Kepala Dinas Sosial Kota Makassar, Ita Anwar, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menyerahkan bantuan kepada pengungsi. Bantuan tersebut diserahkan secara langsung oleh staf Dinas Sosial dan diterima oleh Sekretaris Lurah Manggala sebelum didistribusikan kepada pengungsi di Masjid Jabal Nur.
“Bantuan sudah kami serahkan kepada Sekretaris Lurah Manggala untuk langsung disalurkan kepada para pengungsi,” ujarnya.
Hujan deras juga berdampak pada aktivitas warga di beberapa lokasi. Di Kelurahan Mamajang dan Rappocini, warga terpaksa membuat jembatan bambu di sepanjang Jalan Inspeksi Kanal untuk memudahkan akses, terutama bagi anak-anak sekolah yang kesulitan menyeberang akibat tingginya debit air.
Situasi ini menjadi perhatian pemerintah untuk segera memberikan solusi jangka panjang agar aktivitas masyarakat tidak terganggu. (Abu/B)