Ia menambahkan, cuaca ekstrem seperti ini bisa terjadi kapan saja selama musim penghujan, yakni mulai akhir Desember hingga Februari 2025 mendatang.
Sementara itu, terkait kondisi pasang air laut, Danny menyebut tidak seburuk sebelumnya. “Tidak terlalu seperti kemarin, tapi lebat pagi-pagi sekali. Syukurnya, pagi itu pasang surut,” katanya.
Untuk solusi jangka panjang penanganan banjir, Danny menekankan pentingnya perbaikan drainase. “Kalau solusi jangka panjang sudah dimaksimalkan semua, yang perlu kita lakukan adalah otorisasi drainase. Kita perbaiki drainasenya,” terang Danny.
Ia menyebut upaya perbaikan drainase sudah dilakukan sejak periode pertama menjabat sebagai Wali Kota dengan membentuk satuan tugas (satgas) drainase. “Kita sudah punya satgas drainase sejak 10 tahun lalu. Jadi bukan hal yang baru kalau ada satgas drainase yang bekerja 24 jam,” bebernya.
Danny menilai satgas drainase bekerja dengan baik, terutama beberapa waktu lalu ketika Kota Makassar dikepung banjir. “Buktinya, air surut setelah puncak pasang menurun. Besoknya, sudah kering. Ini tanda satgas drainase bekerja dengan baik,” tegasnya.
Namun, Danny menekankan bahwa pembersihan kanal-kanal bukan merupakan otoritas Pemerintah Kota Makassar. Meski demikian, ia sering mendapat kecaman dan kritik melalui media sosial terkait penanganan banjir.
“Contoh Pettarani, saya dikecam. Padahal Pettarani itu otoritasnya Balai Jalan Nasional. Tapi masyarakat tidak mau tahu siapa yang punya otoritas. Mereka tidak salah. Pertanyaannya, apakah pihak balai turun? Tidak ada. Kalau kita sudah maksimal, apa lagi yang kurang sekarang?” ujar Danny.
Oleh karena itu, Danny menekankan pentingnya koordinasi antarinstansi dalam menghadapi cuaca ekstrem. “Tetap koordinasi dengan perangkat. Dinas Sosial saya telepon, camat juga saya telepon,” tutupnya. (Shasa/B)