Kasus Mafia Uang Palsu dari Kampus UIN, Rudianto Lallo Minta Polisi Serius Lakukan Pengungkapan

  • Bagikan
Anggota DPR RI, Rudianto Lallo saat diwawancara wartawan, Rabu (18/12/2024).

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Anggota Komisi III DPR RI, Rudianto Lallo ikut menanggapi kasus pabrik dan peredaran uang palsu dari dalam Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, di Samata, Kabupaten Gowa. Dimana dalam pengungkapan kasus ini polisi telah menetapkan 15 orang tersangka.

Para tersangka itu mulai dari Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim, yang diketahui merupakan otak dibalik pencetakan dan pengedaran uang palsu ini. Termasuk seorang stafnya inisial MB yang diketahui membantu Andi Ibrahim dalam menjalankan operasinya.

Selanjutnya ada TA dan MMB yang merupakan ASN Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar), serta tersangka lainnya inisial IH dan WB yang merupakan karyawan wiraswasta. Keempat orang tersebut ditangkap berdasarkan pengembangan keterangan dari MB.

Keempat pelaku yakni TA, MMB, IH, dan WB itu ditangkap di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Menurut informasi, dalam kasus ini mereka berperan sebagai pengedar dan pencari pembeli uang palsu tersebut.

Dari pengembangan yang dilakukan polisi, MB menunjuk TA. Dimana TA menjual uang palsu ke seorang penjahit atau IH, yang diketahui membeli uang palsu tersebut sebesar Rp 20 juta dengan harga uang asli Rp 10 juta. Selanjutnya IH membagikan uang palsu itu ke MMB sebesar Rp 3,5 juta dan WB juga sebesar Rp 3 juta.

Selain mengamankan pelaku di wilayah Mamuju, Polisi juga mengamankan seorang pria inisial AA di wilayah Kabupaten Wajo. AA ikut ditangkap karena diduga terlibat dalam kasus pembuatan dan peredaran uang palsu ini dengan peran sebagai pembuat benang uang palsu tersebut agar terlihat seperti aslinya.

Selama beraksi, AA mendapatkan upah sebesar Rp 3 juta untuk membuat benang uang palsu tersebut. Upah itu didapat AA dari Andi Ibrahim.

Melihat kegiatan pembuatan dan peredaran uang palsu yang sangat masif ini, Rudianto Lallo mendesak Polres Gowa untuk berlaku transparan dalam pengungkapan kasus.

"Harusnya jargon Polri, Presisi, di dalamnya ada transparansi. Jadi kalau ada dalam proses ini ada ditutup-tutupi, itu tidak sesuai jargon Polri," ujar RL, akronim nama mantan ketua DPRD Makassar itu, Rabu (18/12/2024).

Dikatakan RL, jika dalam perjalanan kasus itu pihak Kepolisian betul-betul tidak transparan, maka jargon Presisi tidak diaplikasikan.

"Di situ kan Presisi transparan berkeadilan. Kalau dipandang tidak transparan, berarti tidak presisi dong kerja-kerja kawan-kawan di Polres Gowa. Kita ingatkan seperti itu," ungkapnya.

Politikus NasDem itu juga mengatakan pihak Kepolisian harusnya bekerja maksimal dalam melakukan penyelidikan sebuah kasus, sekalipun itu skala kecil.

"Harusnya ketika ada kasus, bukan hanya yang menyita perhatian publik, tapi itu menjadi perhatian masyarakat, harusnya kalau bisa tiap hari, tiap menit ada update perkembangannya," cetusnya.

Apalagi, kata RL, dalam penemuan pabrik uang palsu di Kampus II UIN Alauddin Makassar, pihak kepolisian mestinya terbuka seterang-terangnya terhadap publik.

"Kan ada bagian Humas yang bisa mengkonfirmasi, hari ini saksi siapa yang dipanggil, statusnya saksi ini apakah sudah tersangka atau tidak, sejauh mana perkembangannya," tukasnya.

"Siapa aktor intelektualnya, mengarah ke mana ini barang, apakah petinggi di UIN atau orang bankir misalkan. Itu baru presisi," sambungnya.

Tak sampai di situ, RL juga menyampaikan kasus besar itu merupakan momentum bagi Polres Gowa untuk mengungkap sampai ke akar-akarnya.

"Saya kira ini momentum bagi Polri khususnya Polres Gowa untuk membongkar, mengungkap ke akar-akarnya," sebutnya.

Ia menilai, Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak tidak boleh main-main dalam proses penyidikan yang dilakukan. Sehingga RL ikut mendesak Polres Gowa untuk mengungkap siapa aktor intelektual dan dalang dari penemuan pabrik uang palsu itu.

"Penyidik tidak main-main, bongkar, ungkap, siapa aktor intelektualnya. Siapa dalangnya?. Kok bisa lembaga tinggi pendidikan khususnya di bawah naungan Kementerian Agama di dalamnya (pabrik uang palsu)," pesannya.

Kata RL, perpustakaan merupakan simbol peradaban ilmu. Olehnya itu, ia merasa heran karena pabrik uang palsu itu ditemukan dan diketahui dioperasi dari dalam ruangan yang seharusnya menjadi gudang ilmu itu.

Bahkan uang palsu yang ditemukan dalam jumlah tidak sedikit dan juga memiliki kemiripan dengan uang asli dengan presentase hampir 100 persen.

"Ini saya kira menjadi koreksi kita bersama. Oleh karena itu kita desak penegak hukum untuk bersungguh-sungguh, jangan bermain-main. Bongkar aja siapa, soal aliran-alirannya disebut ke kiri ke kanan, bongkar alirannya ke mana. Ini tidak main-main, besar sekali jumlahnya dan, canggih katanya. Uang ini bisa dimasukkan ke dalam ATM, informasinya. Ini canggih," tutur RL.

Pelopor tagline "Anak Rakyat" itu menduga bahwa mereka yang terlibat dalam sindikat kejahatan itu bukan orang sembarangan. Untuk itu, menurutnya kasus ini tidak bisa dipandang enteng. Pihak Kepolisian harus betul-betul melakukan pengungkapan secara terang-terangan.

"Bisanya kalau kejahatan canggih, yang terlibat juga pasti orang-orang canggih. Orang-orang atas. Apalagi saya dengar lagi, ditemukan ada bankir misalkan. Ini lebih menarik lagi nih kasus. Ternyata bukan hanya orang dalam di UIN Alauddin tapi melibatkan orang luar yang kebetulan membidangi ilmunya. Ini kami minta jangan dipandang enteng, jangan main-main. Harus dieksekusi karena kejahatan ini merusak kita di Sulsel, khususnya di Makassar," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Satreskrim Polres Gowo menggeber pabrik uang palsu di dalam Kampus II UIN Alauddin Makassar. Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak saat menggelar ekspose kasus di kantornya, Senin (16/12/2024), mengatakan pihaknya telah menetapkan 15 orang tersangka.

Ia mengatakan dalam kasus ini pihaknya masih terus melakukan pengembangan. Untuk itu, Reonald tidak menepis jika kemungkinan masih ada penambahan tersangka lainnya dalam kasus pembuatan dan peredaran uang palsu ini.

"Mungkin masih ada tersangka selanjutnya. Makanya kami minta sabar dulu kerena masi kita kembangkan," ungkapnya.

Saat memberikan keterangan, Mantan Kasatreskrim Polrestabes Makassar itu turut memperlihatkan mesin pencetak uang palsu tersebut yang berhasil diamankan pihak.

"Salah satu barang buktinya ada mesin dibelakang yang masih kita cek ini, dan perkara ini terungkap atas kerjasama tim, kami berdasarkan join investigasi dan kami lakukan penyelidikan ini menggunakan teknologi scientific investigasi," sambungnya.

Sementara barang bukti uang palsu yang diamankan, Reonald mengatakan ada kurang lebih 4.467 lembar pecahan seratus. Dalam pengungkapan kasus ini, penyidik Satreskrim Polres Gowo menyebut ikut melihat labfor, pihak Bank Indonesia, BRI dan BNI untuk mengidentifikasi uang-uang palsu tersebut.

"Barang bukti kurang lebih ada sekitar 100 jenis barang bukti. Jadi awal mulai kami menyedikan perkara ini adalah ditemukannya uang palsu senilai 500 ribu, dengan emisi mata uang terbaru. Kemudian dari 500 kita kembangkan sehingga kami temukan sejumlah 446.700.000 juta (uang palsu) barang bukti yang kita temukan di dalam kampus tersebut, pecahan seratus ribu. Dan ini masih ada barang bukti lainnya," sebutnya. (Isak Pasabuan/B)

  • Bagikan