GOWA, RAKYATSULSEL - Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar bukan satu-satunya tempat percetakan uang palsu melainkan TKP ke tiga.
Hal tersebut diungkapkan Kapolres Gowa, AKBP Reonald T. Simanjuntak dalam sesi presconnya.
AKBP Reonald mengungkapkan produksi uang palsu yang dilakukan puluhan orang ini telah berlangsung sejak 2010. Produksinya dimulai di rumah tersangka SS yang berada di Jalan Sunu 3 blok 5 kota Makassar. Kemudian berlanjut di Jalan Yasin Limpo no 36 Sungguminasa. Kemudian pada 2024, barulah proses percetakan uang palsu di pusatkan di UIN Alauddin Makassar.
"Juni 2010 dimulai, kemudian tahun 2011-2012 salah satu tersangka sempat mencalonkan diri sebagai Walikota Makassar namun berujung apes karena Tidka mendapatkan kursi. Kemudian pada Juni hingga Juli tersangka kembali merencanakan dan mempelajari bagaimana membuat uang palsu," jelasnya.
"Jadi di tahun 2010 dalam tahap merencanakan pembuatan uang palsu, sedangkan juli 2022 telah membuat. Oktober 2022 sudah mulai membeli alat cetak dan kertas. Mei 2024 produksi. Juni pelaku pelaku bertemu dan saling bekerja sama untuk proses pembuatan uang palsu dan di viral kan di group wa untuk menarik pembeli. September 2024 para pelaku berkomunikasi dengan AI dan mengangkut peralatan kemudian melakukan produksi di TKP berikutnya (UIN)," sambungnya.
Pada prosesnya, pelaku mencetak beberapa kali dengan nilai Rp40 juta, Minggu 22 November dalam proses pencetakan uang palsu Rp150 juta, sebelum ditangkap menyerahkan Rp200 juta kemudian berhenti di November 2024.
Merasa kelakuan melanggar hukumnya terendus pihak berwajib, para pelaku sempat menyerahkan hasil cetakan uang palsu yang semula diperdagangkan, senilai Rp40 juta untuk dibakar.
"Adapun aliran uang dari MN yang beredar senilai Rp150 juta, Rp1 juta diberikan pada seseorang, ada Rp500 ribu, Rp25 juta, Rp10 juta, dan Rp8 juta. Ada juga tersangka yang sudah kita tangkap dengan uang palsu yang dikembalikan dan akan di bakar senilai Rp17,5 juta," ungkapnya.
Lebih jauh, meski kasus ini melibatkan total 20 orang dengan 3 orang DPO, AKBP Reonald menegaskan produksi uang palsu ini murni tindakan pribadi tanpa campur tangan Institusi utamanya kampus.
"Dari hasil pemeriksaan murni pribadi, menggunakan jabatannya di tempat itu dan tidak ada kaitannya dengan yang lain. Jabatannya kepala perpus," tegasnya.
Sejalan dengan itu, Rektor UIN ikut angkat bicara. Dirinya dengan tegas mencopot dua oknum yang juga pegawai UIN Alauddin Makassar dari Jabatannya.
"Kehadiran kami disini untuk mengungkap kasus ini ke akar-akarnya. Selaku pimpinan tertinggi saya marah, saya malu dan saya merasa tertampar. Setengah mati kami membangun kampus bersama pimpinan ini hadir semua warik I, II dan lll kepala biro dengan sekejap dihancurkan. Oleh karena itu jelas kedua oknum yang terlibat di kampus kami langsung kami berhentikan tidak hormat.," tegas Prof Hamdan Juhannis. (Hikmah/B)