HM Yasin Azis Pengusaha dari Lereng Gunung, Taklukan Sulsel hingga Timor Leste

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Mencapai kesuksesan bukan perkara mudah. Butuh kerja keras, tahan mental dan berdarah-darah untuk menggapainya.

Salah satu pengusaha kenamaan Sulsel Kelahiran Barru, HM Yasin Azis menjadi salah satu yang berasaskan pahitnya merintis bisnis dari nol sebab bukan seorang pewaris. 

Lewat podcast Harian Rakyat Sulsel Jumat  (20/12), Pemilik Usaha Misi Pasar Raya sekaligus Ketua Kerukunan Keluarga Barru ini menceritakan getirnya hidup sebagai anak pelosok kampung yang memiliki mimpi besar.

Lahir disebuah lereng gunung bernama Lippana Makkawani tepatnya di Pare, Desa Lompong Tengah kecamatan Tanete Riaja, Yasin--sapaan akrabnya setiap hari harus berjalan kaki puluhan kilo meter untuk mengenyam pendidikan.

Jangan dikira medan jalannya datar datar saja, Yasin harus naik turun gunung, menyeberangi sungai tanpa alas kaki untuk bisa tiba disekolah. Tak ada pilihan lain, akses jalan dikala itu masih jauh dari aspal, dan itu jalan satu satunya yang bisa di tempuh. Namun kegigihan Yasin berhasil mengantarkannya menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang sekolah menengah. 

"Saya bukan siapa-siapa, saya lahir dikampung se kampung-kampungnya. Namun prinsip saya, saya bukan lahir sebagai orang miskin namun sebagai orang  yang memperhatikan tetapi dari situ saya harus berubah," ucapnya.

Yasin menceritakan, saking terpencilnya lereng gunung yang ia tinggali, listrik ada pipanisasi belum ada, tidak seperti  sekarang, orang mengeluh tidak ada air atau air keruh sangat gampang mengatasinya hanya dengan putar keran air.

Setelah menamatkan pendidikan di SMP, Yasin nekat merantau ke Makassar,  untuk bersekolah sambil bekerja. "SMA saya nekat ke Makassar untuk sekolah. Waktu itu saya memberitahukan orang tua, dan mereka meneteskan air mata. Saya cuma bisa mengatakan semangat dan dengan kehendak tuhan saya akan sukses," ujarnya.

Perjuangan Yasin kemudian dimulai di kota Daeng tahun 80an, dirinya bersekolah sambil menjual sepatu keliling dari asrama ke asrama yang ia ambil di pasar sentral.

" Waktu itu saya nekat ke Makassar karena dorongan hati saya sendir , saya ngin tau Makassar. Kalau di kampung saya tidak tau bisa melakukan apa," ujarnya.

"Saya di Makassar tinggal di asrama berlantai tanah, cat kapur dinding papan lapuk, plafonnya lamacca.  Itu hibah dari orang tua, Alhamdulillah saya tidak lupa, tempat itu saya jadikan yayasan panti asuhan Mattampewalie.," tambahnya.

Mengenang masa SMA, Yasin mengatakan dirinya lebih banyak berjalan kaki, kalau ada uang naik pete-pete (mobil angkutan umum), kalau tidak ada uang jalan kaki.

"Setelah SMA saya mendaftar kuliah dan itu saya jalani sebentar saja sebab saya memutuskan merantau ke Timor Leste,"

Untuk membangun jiwa pekerja kerasnya, Yasin memilih merantau ke tempat yang tak ada yang mengenalnya. "Saya merantau di tempat yang tidak ada yang kenal saya agar bisa berjuang, mandiri, sebab kita orang Bugis Makassar biasanya diselimuti faktor gengsi padahal saya  merantau mau berubah," ujarnya. 

Untuk sampai ke Timor Leste pun, Yasin melalui banyak tantangan, naik kapal elang tua sehari semalam, ditangkap di Alor karena tidak memiliki izin dan melarikan diri bersama tiga temannya. "Waktu itu saya melanggar, harusnya saya dipulangkan namun nekat jalan kaki bertiga dengan teman dan naik kelotok pengangkut hewan selama sehari semalam untuk sampai ke Timor Timor.

Disana, Yasin memulai menumpang di rumah marinir dan mencoba berbagai macam upaya seperti berjualan ikan, telur, kacang kacangan beli daerah ke kota, jual ayam hingga pakaian. 

Tiga bulan merantau, Yasin mampu melipatgandakan uang Rp85 ribu dikantonginya menjadi Rp5 juta. 

"Akhirnya saya sewa dan buka kios kecil. 2 tahun kios berkembang syg bisa toko semi permanen 20x30 berkembang dan dipercayakan supplier Surabaya.  Membangun  MD ke CV. Kemudian di tahun 95 dibuat lah Misi Pasar Raya.  Tempat perbelanjaan pertama atau supermarket pertama di Timor Timor," ungkapnya

Misi Pasar Raya sukses di Timor,-timor hingga kabar akan merdeka santer terdengar padahal kala itu Yasin sukses menyelesaikan kontrak untuk pembangunan infrastruktur dan membangun mitra strategis dengan koperasi. 

"Menjelang jejak pendapat saya mengetahui Timor Timo akan merdeka," ucapnya 

Kemudian Yasin kemudian kembali ke Sulsel membagun Misi Pasar Raya dan meninggalkan kesuksesannya di Timor-timor. 

"Saya tidak merasa berkontribusi, saya tidak meras memberikan tetapi melalui kesempatan ini saya menyatakan  bahwa satu satunya  daerah yang tidak ada modern market untuk menjaga ekonomi disana," katanya

Yasin juga berpesan agar anak muda yang ingin membangun bisnis dapat memperkuat benteng Pertahanan.  Kita ini banyak berbicara tentang peningkatan pendidikan, namun yang harus dilakukan pembangunan mentalitas sebab teori Indonesia tidak ada kurangnya.  Namun 1000 teori 1 teori itu yang diakui dunia bisnis. Anak anak itu tergantung mindset dan cara memandang sesuatu.,"jelasnya. 

'Kerja kecil tapi jiwa besar lebih saya akui daripada kerja besar jiwa kecil. Berbisnis itu susah, berubah dari tiada jadi ada itu sakit sakitan," tambahnya.

Adapun resolusi bisnis 2025 yang berarti keadaan yang sama dengan pandangan yang berbeda 

"Menurut saya yang jelasnya situasi sama namun formulasi yang diberikan dan apa yang kita lakukan berbeda. Jadi tidak harus melakukan yang luar biasa, melakukan hal berbeda saja sudah luar biasa," pungkasnya 

Yasin juga memberi selamat kepada RAKYATSULSEL yang merayakan Anniversary ke 11 tahun. 

"Ini karya nyata yang diberikan melalui informasi maka hadir komunikasi yang baik. Selamat atas perjuangannya dan semua pejuang di Rakyat Sulsel yang selalu menampilkan berita yang bagus dan luar biasa," tandasnya. (Hikmah/B)

  • Bagikan

Exit mobile version