MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Banjir yang merendam sebagian besar wilayah Kota Makassar mengakibatkan pengungsian besar-besar dari warga yang terdampak. Pemerintah mencatat, jumlah warga yang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya mencapai 2.551 orang.
Dalam dua tahun terakhir, pengungsian besar-besaran terjadi di sejumlah titik. Itu membuktikan, bahwa belum ada solusi tepat yang telah ditempuh oleh pemerintah Kota Makassar dalam menghalau bencana serupa. Ke depan, kondisi ini dipastikan akan terus terjadi bila tak ada langkah-langkah nyata dalam menghalau air yang meluber setiap musim penghujan tiba.
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Kota Makassar pada Senin, 23 Desember 2024, pukul 17.00 wita, tercatat 2.551 jiwa atau 673 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi akibat hunian mereka terendam air. Para pengungsi tersebar di empat kecamatan dan 34 titik pengungsian. Empat kecamatan yang terdampak adalah Manggala, Biringkanaya, Panakkukang, dan Tamalanrea.
Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto, meminta pembaruan data pengungsi dilakukan setiap tiga jam untuk memastikan kesiapan logistik dan kebutuhan medis.
"Saya minta data di-update setiap tiga jam karena kita harus memastikan persediaan logistik dan obat-obatan tetap terpenuhi, terutama jika kondisi ini berlangsung lama," ujar Danny Pomanto.
Dia juga meminta kesiapan seluruh pihak untuk mengantisipasi kemungkinan situasi yang lebih buruk terjadi. "Di dunia ini tidak ada lagi yang bertanya kenapa banjir, karena semua tahu penyebabnya adalah cuaca ekstrem. Sekarang yang perlu kita fokuskan adalah bagaimana menangani banjir secara maksimal," kata Danny.
Dia menginstruksikan OPD untuk terus meningkatkan koordinasi dan mengantisipasi terhadap kemungkinan terburuk yang akan terjadi di musim penghujan.
"24 jam harus standby di musim penghujan ini, terus semangat, terus berdedikasi, dan terus memberikan pelayanan terbaik, dan terus mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk dari banjir tahun ini," imbau Danny.
Ia juga mengimbau kepada seluruh masyarakat agar terus bergotong royong, bahu membahu, tidak saling menyalahkan, dan saling membantu di tengah bencana banjir yang melanda saat ini.
"Yang penting adalah bagaimana penyelamatan keluarga, terutama anak-anak kita dan orang tua kita," ujar dia.
Sementara itu, air setinggi dada orang dewasa masih menggenangi pemukiman penduduk di Blok 8 Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, mengakibatkan warga di wilayah tersebut terpaksa mengungsi ke dataran lebih tinggi yang dinilai aman.
Di hari keempat kemarin, warga masih meninggalkan kediamannya karena tidak memungkinkan untuk tinggal di rumah yang sudah terdengar air. Utamanya di RT 2, Blok 8, Perumnas Antang, yang setiap penghujung tahun atau di musim penghujan datang terendam banjir.
Banyaknya warga yang mengungsi tak kalah banyak dengan bantuan yang masuk ke posko yang didirikan pemerintah setempat. Namun, beberapa warga yang terdampak juga mengaku belum mendapatkan bantuan sama sekali.
Seperti pengungsi di RT 2, ada kurang lebih 48 kepala keluarga (KK) memilih bertahan di lokasi pengungsian mandiri meski dihadapkan dengan kondisi sulitnya dan fasilitas seadanya. Mereka bertahan di posko yang didirikan secara sukarela di ujung jalan dengan alas terpal seadanya dikarenakan posko pengungsian yang disediakan pemerintah sudah padat.
Basir, salah seorang warga yang terdampak mengaku memilih untuk tetap di lokasi pengungsian demi membantu tetangganya. Pria 50 tahun itu menceritakan bagaimana bantuan yang datang hanya sampai ke Masjid, atau posko yang dibuat oleh pemerintah setempat.
"Ada bantuan, tapi cuma sampai di masjid. Alasannya RT bilang yang terdaftar di atas hanya delapan KK, padahal di sini ada 48 KK yang terdampak," ujar Basir.
Selain bertahan di posko mandiri tersebut, beberapa warga juga disebut ada yang mengungsi ke rumah kos. Beberapa diantaranya juga mengaku memilih bertahan di rumahnya meskipun terendam air.
Hal itu dilakukan karena adanya kekhawatiran rumah mereka dimasuki oleh pencuri. Utamanya, kendaraan-kendaraan yang terparkir di sekitar rumah. "Kalau malam, kita harus berjaga. Jangan sampai ada yang kehilangan," jelas Basir.
Dia menjelaskan, mereka yang tetap tinggal di lokasi pengungsian dengan tenda seadanya karena hanya itu satu-satunya tempat berlindung.
"Belum ada bantuan yang masuk ke sini. Sudah empat hari kami menunggu, tapi tetap tidak ada," tutur Basir.
Meski rumahnya tidak terendam, Basir merasa kasihan pada warga yang kesulitan. Ia tergerak untuk membantu sesamanya yang kesulitan. "Kalau saya punya uang, saya ingin bikin dapur umum. Tapi apa daya," ujar dia.
Dengan kondisi ini, Basir berharap pemerintah dapat melihat kondisi di RT 2 tersebut. Di tengah kekurangan bantuan, warga RT 2 terus bertahan berharap air segera surut dan kembali ke rumahnya melanjutkan aktivitasnya.
"Kami di sini juga masyarakat yang terdampak. Jangan hanya yang di Masjid yang diperhatikan. Kami juga butuh bantuan," pinta Basir.
Camat Manggala, Andi Eldi Indra Malka mengatakan saat ini kondisi pengungsi di kecamatannya diklaim sudah tertangani dengan baik berkat koordinasi baik seluruh stakeholder. Mulai dari Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, Polrestabes Makassar, Dandim, serta SKPD yang ada.
"Semuanya berbaur membantu masyarakat yang terdampak banjir di Blok 10 dan Blok 8," ujar Eldi.
Menurut dia, saat ini di wilayah Kecamatan Manggala total pengungsi akibat banjir sebanyak 1.045 orang dari 305 KK. Ribuan warga itu disebut mengungsi ke 15 tempat yang rata-rata Masjid. Mereka disebut masih mengungsikan diri ke tempat yang lebih aman dikarenakan ketinggian air yang merendam rumah mereka masih sangat tinggi, yakni mencapai satu meter lebih.
"Kalau surut ini belum ada perubahan, tetapi dengan adanya kami lihat hari ini, di Selasa itu matahari mudah-mudahan mendakan berangsur pulihnya banjir tersebut. Tapi arus air yang kami lihat di tengah pada saat kami jalan menggunakan perahu, itu masih ada. Berarti kan airnya masih masuk ke dalam wilayah kami," ujar dia.
Eldi menyampaikan seluruh kebutuhan pengungsian tertangani dengan baik, utamanya bahan makanan. Setiap pukul 12.00 wita dan pukul 18.00 wita, pihaknya mengupayakan mengecek kebutuhan pengungsi di 15 tempat.
"Termasuk juga dari tenaga kesehatan, dari dinas kesehatan itu sangat luar biasa karena mereka menempatkan (anggotanya) 24 jam di sini. Kondisi pengungsi, mereka mengeluh gatal-gatal, termasuk masuk angin dan sebagainya. Yang serius itu dua hari lalu baru kami bawa ke RS, dan hamil juga beberapa hari lalu kami antar langsung ke RS," imbuh dia.
Sementara itu, Wali Kota Makassar terpilih, Munafri Arifuddin turun langsung ke lokasi pengungsian warga sambil membawa bala bantuan. Appi didampingi istrinya, Melinda Aksa, Wakil Ketua DPRD Makassar, Andi Suharmika, dan Wakil Ketua Fraksi MULIA DPRD Makassar, Tri Sulkarnain Ahmad Mereka mengunjungi warga korban banjir di Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar.
Dalam kunjungan tersebut, Appi dan rombongan memantau kondisi pengungsi serta menyalurkan bantuan logistik untuk meringankan beban mereka.
"Tadi, bantuan kami serahkan di Kantor Lurah Katimbang, Paccerakkang, yang berada di kawasan terdampak banjir parah," ujar Appi.
Di lokasi pengungsian, tercatat 141 jiwa yang terdiri dari 32 Kepala Keluarga (KK). Secara keseluruhan, jumlah pengungsi di Kelurahan Katimbang mencapai 490 jiwa dengan 138 KK. Sebagai pemenang Pilwalkot Makassar 2024, Appi menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan persoalan banjir yang menjadi tantangan tahunan bagi warga Makassar.
Dalam program pemerintahan lima tahun ke depan, pasangan Munafri Arifuddin dan Aliyah Mustika Ilham (MULIA) telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mencegah dan mengantisipasi banjir yang sering melanda kota ini.
"Persoalan banjir ini terjadi setiap tahun, dan kami telah menyusun program konkret untuk menanggulanginya, mulai dari edukasi masyarakat hingga pembenahan drainase," ujar Appi.
Ketua Partai Golkar Makassar itu berkomitmen mengatasi masalah banjir setelah dilantik sebagai Wali Kota Makassar. Untuk sementara, Appi hanya menyampaikan imbauan agar warga tetap menjaga kesehatan selama cuaca ekstrem yang sedang berlangsung.
Appi mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, khususnya ke saluran air, untuk mencegah penyumbatan yang dapat memperparah banjir. Nantinya, Satgas akan beroperasi setiap hari untuk memastikan saluran drainase bebas dari sumbatan sepanjang tahun.
"Satgas ini akan memastikan saluran drainase selalu bersih. Bila ada masalah, mereka akan segera turun tangan untuk membersihkannya," tambah Appi.
Sementara itu, Pusat Studi Kebencanaan dari Universitas Hasanuddin melakukan open donasi untuk membantu masyarakat Sulawesi Selatan dan Kota Makassar yang terkena bencana banjir.
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas Ilham Alimuddin, mengatakan selain membentuk satgas penanggulangan bencana banjir di Kota Makassar, pihaknya juga akan melakukan aksi nyata dengan turun langsung ke lapangan guna meringankan korban yang terdampak cuaca ekstrem.
"Kami telah membuka open donasi yang selanjutnya nanti akan mengunjungi langsung titik-titik lokasi yang terdampak untuk memberikan bantuan. Saat ini sudah dana puluhan juta telah masuk ke rekening peduli bencana Sulsel-Makassar untuk kami salurkan nantinya dalam bentuk barang yang dibutuhkan korban banjir," ujar Ilham.
Kebutuhan yang mendesak bagi korban banjir adalah makanan cepat saji, minuman, kebutuhan bayi, pakaian, sarung dan selimut. (shasa-isak-suryadi/C)