Pesan Damai Natal 2024: Refleksi, Persatuan, dan Harapan Pasca Pilkada 

  • Bagikan
Seluruh umat Kristen di dunia tengah merayakan Natal. (Isak/A)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Seluruh umat Kristen di dunia tengah merayakan Natal, mengingat setiap 25 Desember merupakan hari besar umat Kristiani dalam memperingati kelahiran Yesus Kristus. Untuk tahun 2024 ini, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menetapkan tema Natal Nasional yakni “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem.”

Tema ini diambil dari Injil Lukas 2:15 yang menggambarkan ajakan untuk berjumpa dengan Yesus di tempat kelahirannya, yakni Betlehem. Tema tersebut juga sebagai ajakan umat Kristiani untuk merenungkan kembali makna mendalam dari kelahiran Yesus. 

Ketua PGI Wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (Sulselbara), Pendeta Andrie O. Massie mengatakan teman natal di 2024 ini lebih pada penekanan pada seluruh umat Kristen akan pentingnya makna perjumpaan dengan Tuhan. Perayaan ini disebut menjadi kesempatan bagi setiap individu untuk merefleksikan kasih dan anugerah Tuhan yang hadir melalui Sang Juru Selamat.

Selain itu, Pendeta Andrie juga menjelaskan tema ini menginspirasi umat Kristen untuk meneladani respons para gembala dalam kisah tersebut. Dengan penuh sukacita, mereka segera pergi ke Betlehem setelah mendengar kabar baik dari malaikat, menunjukkan iman dan ketaatan yang tulus kepada Tuhan.

“Ajakan untuk pergi ke Betlehem adalah ajakan untuk bertemu dengan Yesus sebagai juru selamat. Seperti para gembala yang kembali dengan memuji dan memuliakan Tuhan, perjumpaan ini membawa perubahan dalam hidup,” ungka Pendeta Andrie saat diwawancara, Rabu (25/12/2024) petang.

Menurut Pendeta Andrie, momentum Natal ini juga dijadikan sebagai waktu untuk refleksi dalam menata kembali kehidupan. Dimana jika dalam kehidupan sebelumnya seseorang banyak berbuat kesalahan, maka di momentum Natal ini bisa dijadikan sebagai landasan untuk memperbaiki hidupnya kedepan agar lebih baik lagi.

"Jika sebelumnya hidup kita tidak baik, Natal adalah waktu untuk melakukan revolusi dan perubahan," ujarnya. 

Ia juga mengingatkan bahwa perjumpaan dengan Yesus dalam ajaran umat Kristiani adalah awal dari transformasi, seperti yang dialami para gembala dalam kisah kelahiran Yesus.  

“Para gembala itu kembali dengan penuh sukacita dan memuliakan nama Tuhan. Natal seharusnya menjadi pengingat bahwa kita dipanggil untuk hidup lebih baik dan mendekatkan diri kepada Tuhan,” sambungnya.

Tak sampai di situ, ia juga menjelaskan Natal 2024 ini membawa pesan damai yang relevan dengan situasi politik usai pelaksanaan Pilkada Serentak. Pendeta Andrie mengajak umat Kristiani untuk bersikap legowo dalam menghadapi hasil Pilkada, baik menang maupun kalah. 

Ia menambahkan, dalam ajaran Kristen, ada istilah bahwa waktu Tuhan itu indah. Jika sekarang belum waktunya menang, mungkin di masa depan ada kesempatan lain. Yang penting adalah menjaga hati tetap damai.

“Kalau kita kalah, itu berarti belum waktunya. Kalau menang, jangan sampai euforia berlebihan. Semuanya harus dikembalikan kepada Tuhan,” jelas Pendeta Andrie.

Selain refleksi, Pendeta Andrie mengatakan Natal juga sebenarnya mengajak umat Kristen untuk bersatu kembali. Ia menegaskan pentingnya menjaga kerukunan dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan sosial. 

Pesan ini dinilai relevan untuk semua lapisan masyarakat, terutama dalam konteks merajut persatuan setelah Pilkada yang sering memicu perpecahan. Natal, katanya, adalah waktu yang tepat untuk melupakan perbedaan dan membangun kehidupan yang harmonis. 

“Damai itu penting. Tanpa damai, tidak akan ada kerukunan. Tanpa kerukunan, kebahagiaan sulit tercapai,” katanya.  

Lebih lanjut, Pendeta Andrie juga mengingatkan bahwa Natal adalah momen untuk bersyukur atas anugerah Tuhan. Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan semangat Natal sebagai pedoman dalam menghadapi tantangan ke depan. 

“Kebahagiaan dan sukacita sejati hanya dapat ditemukan saat kita hidup dalam damai. Mari kita maknai Natal ini sebagai panggilan untuk hidup lebih baik dan lebih rukun,” serunya.

“Jika kita bersatu dalam damai, kehidupan kita akan lebih bahagia dan bermakna, baik sebagai individu maupun bagian dari komunitas,” tutupnya. (Isak/B)

  • Bagikan

Exit mobile version