MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kota Makassar, dengan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, memiliki potensi besar dalam mengembangkan ekowisata. Sebagai ibukota Sulawesi Selatan yang memiliki jajaran perairan yang luas, wisata pantai menjadi daya tarik Kota Makassar.
Pariwisata berkelanjutan semakin kencang digaungkan untuk memaksimalkan potensi dari wisata sekaligus mengurangi dampak negatif dari lingkungan warga.
Salah satu tempat wisata menarik adalah Pantai Layar Putih, kawasan wisata pantai di kelurahan Tanjung Merdeka, Kota Makassar. Lokasi dulu dikenal sebagai tempat esek-esek bagi kalangan muda-mudi, kini akan disulap jadi wisata bisa menikmati sunset.
Inilah membuat Ketua tim Peneliti Prof. Dr. Nurlina Zubair, bersama tim Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FSIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, melakukan Focussed Group Discussion (FGD). Bertajuk "Dinamika No On Left Behind: Konsentrasi Aktor Pentahelix Dalam Tata Kelola Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Pesisir Tanjung Bunga".
FGD dilaksanakan, Kamis (26/12/2024) di Pantai Tanjung Layar Putih Makassar, melibatkan stake Holder. Dinas Pariwisata Kota Makassar, serta Kelopok Sadar Wisata (KSW) di pesisir pantai tersebut.
"Disini kami ingin mendengar saran dan masukan, baik Dinas Pariwisata, kelompok sadar wisata, serta komunita peduli lingkungan. Apa persoalan dan tantangan pengembangkan wisata pantai Layar Putih ini," singkat Ketua tim Peneliti Prof. Dr. Nurlina Zubair, M.Si.
Menurutnya, lokasi tersebut sangat layak dikembangkan sebagai icon wisata menarik bagi pengunjung di Kota ini. Apalagi, ekowisata berkelanjutan yang terus memperhitungkan sepenuhnya dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan baik untuk saat ini maupun masa mendatang.
"Paradigma tersebut tetap dibarengi dengan memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat setempat. Maka wisata berkelanjutan meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif," jelasnya.
Sedangkan, Kepala Bidang Pengembagan Destinasi dan Industri Pariwisata (Dispar) Makassar, Safaruddin mengatakan, pihak sudah menyusun Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Makassar untuk periode tahun 2023-2025.
"Kami sudah punya perda rencana induk pariwisata 2023 sampai 2025. Fi dalamnya pengembangan wisata pantai dan pesisi serta pulau," katanya.
Pihaknya juga akan mengembangkan Wisata Berbasis CBT (Community-Based Tourism), salah satu sektor ekonomi yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wisata setempat.
"Kami harapkan CBT, libatkan masyarakat setempat. Artinya daya tarik wisata berikan ekonomi pada masyarakat pesisir. Termasuk kepulauan di wisata kita kembangkan," jelasnya.
Menurutnya, komunitas masyarakat Kelompok sadar wisata (KSW) sebagai garda terdepan, karena mereka tokoh masyarakat di area psissir pantai masing-masing. Mereka tau apa dilakukan dan kendala.
"Contoh pantai layar putih baru-baru kita lakukan pemberdayaan. Dulu pantai ini kesan tidak baik (lokasi tempat muda-mudi), sekarsng kita ubah stigma itu, sehingga bisa memberikan dampak positif," tuturnya.
Pada kesempatan ini, Akademisi Unismuh Makassar, Dr. Andi Luhur Prianto menyampaikan beberapa pokok pikiran terkait kegiatan dilakukan bersama peneliti Prof Nurlina.
"Kami cari lokasi berbasis komunitas, kami ingin tau peran semua pihak dari pentahelix. Terkait apa diberikan sebagai konstribusi dalam membantu wisata disini layar putih. Tentu kita mau bandingkan antara wisata disini dengan tempat lain seperti Pantai Akkarena dan pantai Bosowa," jelasnya.
Menurutnya, kendala- kendala yang dihadapi dalam pengembangan Pariwisata pasti ada, seperti akses masuk serta spot menjadi icon. Belum lagi soal persampahan dan problem lainya.
"Tantangan kedepan, bagaiaman pengelolaan wisata pantai seperti apa dan manfaat bagi kita semua. Hal ini nantinya memberikan gambaran dan solusi apa kita lakukan nantinya," tuturnya.
Konsep pembangunan berkelanjutan. Artinya jangan ada pihak merasa ditinggalkan. Dimana jika melihat wisata pantai dikelola pihak swasta tampak baik, bagaiaman peran pemerintah membantu masyarakat dalam pengelolaan ekowitasa di lokasi ini.
"Tentu, butuh sentuhan pemerintah Kota, kedepan campur tangan pemerintah kota memberikan solusi kepada komunitas KSW disini. Ini tanggungjawab bersama," tukasnya. (Suryadi/A)