Studi Baru: Sarapan Besar Bisa Jadi Kunci Turunkan Berat Badan

  • Bagikan
Ilustrasi sarapan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Sarapan memang dianggap sebagai waktu makan paling penting dalam sehari. Lalu, apakah sarapan benar-benar bisa membantu menurunkan berat badan?

Dilansir dari Healthline pada Senin (6/1), penelitian terbaru menyatakan bahwa menjadikan sarapan sebagai makanan terbesar dalam sehari bisa jadi cara efektif menurunkan berat badan, asalkan tidak berlebihan saat makan siang dan malam.

Sarapan memiliki peran penting dalam pengaturan berat badan. Studi yang baru saja diterbitkan meneliti pengaruh waktu makan terhadap perubahan indeks massa tubuh (BMI), dan hasilnya menunjukkan bahwa sarapan yang tepat bisa membantu menurunkan berat badan.

Penelitian Terbaru tentang Sarapan dan Berat Badan

Dalam penelitian yang berlangsung selama 7 tahun ini, lebih dari 50 ribu penganut Seventh Day Adventist berusia 30 tahun ke atas dilibatkan. Mereka mempelajari kebiasaan makan para peserta, termasuk jumlah makanan yang dikonsumsi per hari, durasi puasa malam, kebiasaan sarapan, dan waktu makan terbesar mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang menjadikan sarapan sebagai waktu makan terbesar, serta menghindari makan malam berat, cenderung memiliki BMI yang lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa sarapan yang sehat bisa berkontribusi pada penurunan berat badan.

Sarapan Menurunkan Risiko Obesitas

Para peneliti juga menekankan bahwa orang yang sering melewatkan sarapan memiliki risiko lebih tinggi terkena obesitas dan penyakit terkait obesitas. Makan sarapan secara teratur, dengan porsi yang pas, terbukti lebih efektif dalam menurunkan berat badan dibandingkan mereka yang melewatkan sarapan.

Studi ini mengonfirmasi bahwa kebiasaan makan sarapan bisa berdampak positif bagi pengaturan berat badan. Namun, hal ini hanya berlaku jika pola makan sepanjang hari juga seimbang, tanpa berlebihan saat makan siang dan malam.

Pengaruh Pola Makan pada Berat Badan

Meski hasil penelitian ini cukup menjanjikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dr. David Cutler, seorang dokter keluarga di California, mengingatkan bahwa populasi dalam studi ini cenderung sangat sehat, sehingga hasilnya mungkin tidak berlaku untuk semua orang.

Sebagai contoh, 93 persen peserta dalam penelitian ini sudah terbiasa sarapan. Sementara itu, pada pasien Dr. Cutler, hanya sekitar 50 persen yang memiliki kebiasaan ini. Hal ini menunjukkan bahwa pola makan sehat yang ditemukan dalam penelitian ini mungkin tidak berlaku bagi populasi yang lebih luas.

Pendekatan yang Tepat untuk Setiap Individu

Dr. Cutler juga mengungkapkan bahwa temuan ini lebih relevan bagi mereka yang sehat dan tidak memiliki masalah kesehatan tertentu. Untuk mereka yang memiliki kondisi medis seperti diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, pola makan ini mungkin perlu disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing.

  • Bagikan

Exit mobile version