In Memoriam, Usman Jasad, Dari Dakwah, Kampus ke Bisnis

  • Bagikan

Ujas: Dari Dakwah, Kampus ke Bisnis, judul buku yang menggambarkan pergulatan hidupnya, lebih kepada cerita sukses meraih mimpi menjadi dosen di UIN Alauddin. Buku ini menggambarkan kiprah dan perannya sejak meniti karier akademik di UIN Alauddin hingga memilih jalan dakwah sebagai jalan hidupnya.

Pada detik-detik akhir hidupnya, Ujas masih sempat menghubungi penulis, Minggu, 5 Januari 2025. Ia menceritakan tentang istrinya Hj. Ardiana Amir dan kedua anaknya tercinta, Abyan Usman dan Raihana Baligha Usman. Ini membuktikan kecintaan Ujas terhadap keluarganya begitu besar, baik kepada istri, anak-anak, serta saudara-saudaranya di Lassang maupun kepada sahabat-sahabatnya.

Pribadi Ujas adalah pribadi pejuang, teguh memegang prinsip, selalu welas asih, dan di mana saja selalu memulai menyapa orang-orang sekelilingnya dengan senyum khasnya. Dalam bisnis umrah dan haji, Ujas tercatat sebagai Sekretaris Jenderal Asosiasi Kesatuan Pengusaha Travel Umrah dan Haji Indonesia. Sepekan sebelum wafat, Ujas masih mengikuti rapat kerja nasional Kesthuri di Bogor, mendampingi Haji Asrul Azis Taba, Sang ketua umum DPP Kesthuri.

Apa yang menarik dari pribadi Ujas? Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pribadi Ujas. Ia sosok anak muda yang da’i, dosen, dan pengusaha yang selalu menghormati orang tua. Kendatipun secara ekonomi boleh dibilang Ujas adalah pengusaha muda yang sukses di bidang jasa industri Umrah dan Haji di Sulsel, ia selalu menempatkan dirinya sebagai pribadi apa adanya. Suatu ketika, Ujas menceritakan bagaimana kemiskinan yang dialaminya tatkala diterima di SPK Takalar. Ia diwajibkan memakai celana panjang dan berbaju kemeja putih, namun kedua orang tuanya tidak bisa membeli karena keterbatasan ekonomi.

Ujas kemudian meminjam celana dan kemeja milik keluarga di Takalar. Cerita lain, Ujas semasa kuliah di IAIN Alauddin, berpindah-pindah tempat dari satu masjid ke masjid lain, dari menumpang tempat kost ke tempat kost lainnya. Pada akhirnya terpilih menjadi ketua Senat Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Alauddin, Ujas memanfaatkan salah satu toilet yang tidak terpakai di sekretariat senat Dakwah, ia kemudian menyulapnya menjadi kamar tempat tidur.

Pada sisi lain, salah satu cerita sahabat Ujas sesama dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, Dr. H. Ilham Hamid, menceritakan bahwa Ujas suka memilih fashion bermerek karena salah satu pembalasannya atas kemiskinan yang dialaminya sejak masa kecil di kampungnya. Pada saat lebaran Idul Fitri, Ujas dilarang keluar dari rumah oleh kedua orang tuanya hanya karena tidak punya baju baru.

Cerita lain, Ujas semasa kuliah di Fakultas Dakwah, pernah mengalami kelaparan. Tidak ada beras, tidak ada nasi, Ujas mengumpulkan sisa-sisa makanan di tempat sampah, memanaskan kembali sisa makanan, kemudian memakannya.

Benarlah kata-kata bahwa kemiskinan ada karena tidak hadirnya orang-orang berilmu. Hanya dengan ilmu pengetahuan yang tinggi, bisa merubah kemiskinan. Selamat jalan adinda Dr. H. Usman Jasad, M.Pd.I. Amal dan karya terbaikmu untuk umat Islam di Sulawesi Selatan tetap menjadi kenangan indah yang takkan ditelan masa.

Bacalah, bacalah, bacalah sebelum Engkau dibacakan di dinding Kuburmu. Al-Fatiha untuk K.H. Usman Jasad. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version