Anggota DPR RI Asal Sulsel Dukung Pembatasan Medsos Pada Anak

  • Bagikan
Anggota Komisi I DPR RI, Syamsu Rizal.

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menilai pembatasan penggunaan sosial media pada anak didik.

Anggota Komisi I DPR RI, asal Sulsel, Syamsu Rizal alias Dg Ical mengatakan sangat pendukung kebijakan tersebut, oleh sebab itu perlu keterlibatan ras terkuat dimuka bumi, yakin kaum perempuan, khususnya Ibu.

"Kita dukung kebihakan embatasan medsos pada anak, harus perlu libatkan ras terkuat dimuka bumi, ya kaum perempuan, seorang ibu. Kalau tidak dilibatkan bisa tidak berjalan itu," kata Dg Ical saat dikonfirmasi ulang, Senin (20/1/2025).

Politisi PKB itu menyebutkan, peran Ibu-ibu sangat penting karena tulang punggung pembentukan karakter anak.

Hingga penting dilibatkan secara langsung dalam pembatasan medsos pada anak.

"Jadi, pembatasan medsos anak-anak akan menjadi efektif karena bisa diarahkan oleh ibu atau kakak perempuannya," kata politisi asal Selayar itu.

Menurutnya, kaum perempuan di era digital ujar Deng Ical, menjadi salah satu objek yang sangat terdampak, khususnya dalam penggunaan sosial media.

"Jika anak terkena efek negatif sosmed, maka yang pertama menderita itu jelas ibunya," tuturnya.

Disisi lain, Deng Ical yang dikenal memiliki kepedulian dan ketertarikan pada dunia pendidikan melihat kaum ibu juga menjadi korban sosmed. Dengan intensitas tinggi dalam menggunakan sosmed tanpa disadari, si Ibu kata Daeng Ical sudah terjangkit penyakit baru di era digital.

Sebutannya Brain Rot, satu kondisi yang tidak disadari terjadinya penurunan intelektualitas akibat terlalu sering nonton konten receh, hiburan durasi pendek, cuplikan atau potongan even.

"Ini yang sering terjadi di kalangan kaum perempuan, yang sukanya konten receh itu. Mereka jadi lupa kritis dan jarang menggunakan analisa," sebut mantan Wakil Wali Kota Makassar itu.

Dia menambahakan, perempuan, secara khusus kaum Ibu dimata Deng Ical adalah seorang pendidik bagi anak-anaknya.

Disebutkan, ibu kan madrasah pertamanya anak, kalau sudah terkena Brain Rot bagaimana kualitas pendidikan anak di rumah.

"Saya ingin, dalam aturan batasan sosmed itu ada tertuang bagaimana negara hadir memberikan Literasi Sosial Media khusus bagi kaum Ibu. Ini perlu dilakukan entah bagaimana formatnya, nanti kita diskusikan ke Komdigi," tukas Ical.

Terkait rencana adanya aturan dari Menkomdigi yang akan membatasi penggunaan sosial media bagi anak, dimata Deng Ical adalah sebuah keterlambatan. Salah satu buktinya, negara maju sudah melakukan sejak lama.

"Australia, Selandia Baru, bahkan negara tetangga Malaysia sudah lakukan pembatasan, kita ini agak terlambat. Dampaknya sudah nampak sekali, namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," imbuhnya.

Kasus-kasus kriminalitas seperti pembunuhan, rudapaksa , pornografi dan sebagainya diungkap Daeng Ical sudah sering terjadi di Indonesia, bahkan dengan intensitas dan mentuk yang semakin variatif.

"Hanya karena regulasinya belum ada, kita sering kecolongan banyak kasus terjadi akibat tontonan tidak mendidik di sosmed," ujarnya prihatin.

Menurut Deng Ical, sosial media juga seperti sebilah belati. Sangat tergantung pada penggunanya. Sebagai seorang politisi, Sosial Media menjadi bagian penting yang dilakukan.

"Di politik itu sulit tanpa sosial media, ini media efektif kita mengenalkan aktifitas dan perjuangan yang kita lakukan, kontennya agak berat ya," katanya. (Yadi/B)

  • Bagikan