MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Selatan tengah bersiap menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil) pada Maret atau April 2025. Sejumlah kader terbaik disebut layak bertarung dalam kontestasi ini, di antaranya Bupati Maros, Chaidir Syam; Bupati Gowa terpilih, Sitti Husniah Talenrang; serta anggota DPRD Sulsel, Irfan AB.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Risal Pauzi, menilai bahwa menjelang Pemilu 2029, partai politik harus melakukan regenerasi kelembagaan guna memperkuat elektabilitas dan efektivitas mesin partai.
"Berdasarkan hasil riset, konflik internal di tingkat bawah menjadi salah satu penyebab menurunnya elektabilitas dan kinerja partai," ujarnya, Kamis (30/1/2025).
Menurutnya, sistem pemilihan kepemimpinan di partai saat ini lebih sederhana dibanding sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap kepemimpinan terdahulu, apakah tetap dipertahankan atau perlu dilakukan regenerasi.
"Evaluasi ini meliputi kinerja dan capaian dalam pemilu, terutama dalam perolehan suara pada Pileg dan Pilkada," jelas Risal.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa PAN juga perlu melakukan regenerasi kepemimpinan, mengingat saat ini partai tersebut tidak lagi memiliki perwakilan di jajaran pimpinan DPRD Sulsel.
"Jika sebelumnya ada Pak Kahfi sebagai Wakil Ketua DPRD Sulsel pada periode pertamanya, kini PAN tidak lagi berada di posisi pimpinan," ungkapnya.
Catatan ini menunjukkan bahwa PAN tidak lagi masuk dalam lima besar partai pemenang di Sulsel, sehingga evaluasi dan regenerasi menjadi langkah yang perlu dipertimbangkan.
"Menurut saya, ini menjadi indikator penting bahwa PAN perlu melakukan regenerasi kepemimpinan," kata Risal.
Mengenai sosok pengganti Kahfi, Risal menyarankan PAN untuk melihat figur yang benar-benar memiliki kapasitas sebagai penerus kepemimpinan.
"Apalagi Pak Kahfi kini sudah di DPR RI dan pernah menjabat sebagai Ketua Komisi. Regenerasi di tingkat wilayah harus diberi kesempatan, terutama kepada kader PAN yang berhasil di Pilkada," imbuhnya.
Selain itu, Risal menekankan bahwa pemimpin PAN selanjutnya harus mampu menjaga hubungan baik dengan Muhammadiyah, mengingat basis pemilih PAN memiliki keterkaitan erat dengan organisasi tersebut, baik dari sisi ideologi maupun sejarah.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa basis pemilih PAN masih memiliki irisan besar dengan pemilih Muhammadiyah, sehingga aspek historis ini tetap harus diperhatikan," pungkasnya. (Yadi/A)