MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Amanat Nasional Sulawesi Selatan menatap musyawarah wilayah dengan atmosfer yang berbeda. Pertarungan memperebutkan posisi menjadi ketua diprediksi bakal berlangsung sengit. Sejumlah figur "muda" potensial berpeluang maju dan menantang ketua saat ini. Butuhkah regenerasi kepemimpinan PAN Sulsel? Lantas, apakah Ashabul Kahfi mampu bertahan atau malah terdongkel dari figur yang lebih "segar" setelah lima periode menduduki kursi sebagai ketua wilayah?
Beberapa pihak telah memprediksi Muswil PAN Sulsel tahun ini akan melahirkan pemimpin baru yang siap membawa perubahan dan strategi baru bagi partai berlambang matahari tersebut. Apalagi, Ashabul Kahfi, sudah lima periode memimpin PAN Sulsel.
Kisruh internal PAN semakin menghangat seiring dengan munculnya dua nama yang disebut-sebut berpotensi menggantikan kepemimpinan Ketua Komisi VIII DPR RI tersebut. Dua nama itu yakni, Ketua DPD PAN Gowa Siti Husniah Talenrang dan Ketua DPD PAN Maros Chaidir Syam.
Secara posisi di ruang perpolitikan, keduanya memiliki pengalaman dan jaringan yang kuat. Apalagi keduanya terpilih di Pilkada Serentak 2024. Husniah Talenrang terpilih di Kabupaten Gowa, sementara Chaidir Syam kembali terpilih di Maros.
Bukan itu saja, mereka juga sama-sama pernah menduduki kursi legislatif. Malah, Chaidir Syam dua kali terpilih sebagai Bupati Maros. Ketatnya persaingan di antara kedua figur muda yang disebut-sebut akan maju itu semakin memanaskan internal PAN Sulsel.
Ketua PAN Sulsel, Ashabul Kahfi, memilih irit bicara mengenai kader PAN yang berpotensi maju sebagai calon ketua di Muswil mendatang. Anggota DPR RI itu secara singkat menegaskan bahwa di internal PAN memiliki banyak kader. Oleh sebab itu, siapa saja berpotensi maju di Muswil selahi memenuhi kriteria nantinya.
"Semua kader berhak maju, di PAN ada banyak kader. Selagi memenuhi kriteria," imbuh Kahfi, Kamis (30/1/2025).
Mengenai jadwal Muswil PAN Sulsel, kata dia, akan dilaksanakan April atau Mei tahun ini. Hanya saja, kepastian agenda itu masih menunggu keputusan DPP. "Kami tunggu saja DPP untuk menetapkan jadwal Muswil," ujar dia.
Ketua PAN Maros yang juga Bupati Maros, Chaidir Syam tak menampik bila bersiap maju di Muswil Nantinya. Apalagi, kata dia, sudah punya pengalaman memimpin PAN di Maros.
"Sebagai kader apapun amanah yang diberikan baik oleh pimpinan pusat, pimpinan wilayah dan pimpinan daerah, kami siap laksanakan," ujar Chaidir.
Sebagai Ketua PAN Maros, Chaidir berhasil mengembalikan kejayaan PAN di Turikale. PAN kembali merebut kursi Ketua DPRD Maros dan meraih 12 kursi pada Pileg 2024 lalu.
Meski begitu, maju tidaknya nanti di Muswil, kata Chaidir, tetap menunggu arahan dari DPP. "Belum ada kepastian. Tapi kami tunggu saja arahan dari pusat (DPP PAN) seperti apa," tutur dia.
Terpisah, Ketua PAN Gowa Husniah Talenrang menolak berkomentar banyak. Namun dia mengaku membuka peluang untuk maju menjadi calon di muswil.
"Sebagai kader partai, saya ikut perintah DPP PAN," imbuh bupati Gowa terpilih itu.
Husniah juga kader PAN yang berprestasi. Dia berhasil mendongkrak kursi partai dari 3 menjadi 6 kursi di DPRD Gowa. Husniah juga berhasil memenangkan Pilkada Gowa 2024 sekaligus menjadi perempuan pertama memimpin daerah itu.
Sementara itu, Wakil Ketua PAN Sulsel, Usman Lonta mengungkapkan muswil digelar tidak hanya untuk memilih ketua baru. Namun, untuk merumuskan program kerja Pengurus DPW PAN Sulsel Periode 2025-2030.
"Selain memilih ketua, muswil juga akan membahas dua agenda besar lainnya, yaitu laporan pertanggungjawaban (LPJ) pengurus periode saat ini (2020-2025)," ujar Usman.
Menurut dia, Muswil VI kali ini diharapkan dapat memberikan arahan strategis bagi partai berlambang matahari terbit dalam menghadapi tantangan politik yang semakin dinamis.
"Kemudian, menyusun program kerja lima tahun ke depan. Jadi ada tiga hal akan dibahas dalam muswil," kata dia.
Eks anggota DPRD Sulsel ini membeberkan, program kerja lima tahun ini akan menjadi landasan strategis bagi seluruh kader PAN di Sulsel. "Program ini akan mencakup prioritas-prioritas partai dalam rangka memperkuat posisi politik PAN di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota," ujar Usman.
Chaidir Lebih Unggul
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Rizal Pauzi mengatakan, pada dasarnya musyawarah wilayah setiap partai bukan sekadar ajang pergantian kepemimpinan, tetapi juga menjadi ruang evaluasi terhadap capaian partai, baik dalam pemilu, pemilihan legislatif, maupun pilkada di berbagai daerah.
Adapun kedua figur yang sedang hangat dibicarakan di internal PAN Sulsel itu, kata Rizal, sama-sama memiliki peluang besar memimpin PAN Sulsel. Apalagi keduanya memiliki pengalaman dan jaringan politik yang kuat hingga ke level nasional.
"Kedua figur ini memang punya kelebihan, sama-sama punya keunggulan. Mereka punya proses kaderisasi di PAN," ujar Rizal.
Untuk Chaidir Syam, Rizal menyebut selain kontribusinya terhadap PAN Maros selama ini, dia juga memiliki rekam jejak politik yang sangat matang. Sebagaimana diketahui, ia pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Maros selama 11 tahun, dan selanjutnya menjadi Bupati Maros kali kedua setelah dinyatakan sebagai pemenang di Pilkada 2024.
Bukan itu saja, Chaidir Syam juga diketahui sudah terjun ke dunia politik sejak usianya masih 22 tahun. Di mana sejak tahun 1999, ia sudah tercatat sebagai kader BM PAN hingga menjadi Ketua DPD PAN Maros dan Ketua BM PAN Sulsel.
Begitu juga dengan Husniah Talenrang yang memiliki rekam jejak politik yang sangat matang. Perempuan pertama yang berhasil lolos menjadi Bupati Gowa itu juga pernah duduk sebagai DPRD Gowa periode 2019-2024.
Namanya semakin populer setelah diketahui adik kandung dari Kabaharkam Polri Komjen Pol Fadil Imran.
Selain itu, keluarga Husniah Talenrang juga mencatatkan sejarah baru di perpolitikan Sulsel. Di mana dalam Pilkada Serentak 2024, ia dan saudaranya bernama Firdaus Daeng Manye sama-sama memperoleh suara terbanyak. Firdaus dinyatakan sebagai pemenang Pilkada Takalar 2024.
"Saya pikir kedua kader ini unggul, apalagi Chaidir Syam selain aktif di PAN, dia pernah jadi ketua DPRD, kemudian juga kader Muhammadiyah, jadi irisannya kuat. Husniah Talenrang juga demikian, cuman menurut saya memang masih tergolong baru dan tentu punya power dari keluarga besar sehingga itu menjadi hal yang penting apakah all out di PAN Sulsel atau tidak, itu juga menjadi pertanyaan. Tapi saya pikir kedua figur ini memiliki potensi dan kans untuk memimpin pan Sulsel," ujar Rizal.
Sementara untuk internal PAN, Rizal menerangkan dari hasil risetnya, konflik di internal partai pada level bawah menjadi penyebab menurunnya elektabilitas dan mesin partai. Untuk itu, perlunya ada regenerasi untuk kembali membangkitkan PAN Sulsel menuju kejayaannya.
"Jadi, itu yang membuat sistem partai sekarang beda-beda, lebih sederhana dalam pemilihannya. Salah satunya, evaluasi kinerja, capaian dalam pemilu. Salah satu yang paling diukur di partai adalah perolehan suara pileg. Kita melihat sekarang di DPRD Sulsel tidak ada lagi pimpinan dari PAN. Kalau dulu waktu Kahfi di periode pertama, kan, wakil ketua. Sekarang PAN tidak lagi di barisan kursi pimpinan," ujar Rizal.
Ia juga menyebut, dari catatan tersebut saat ini PAN tidak lagi masuk ke dalam jajaran lima partai pemenang di Sulsel. Hal ini dinilai penting untuk segera diselesaikan oleh internal PAN Sulsel agar tidak ketinggalan dalam perhelatan politik mendatang.
Sehingga, kata dia, mengenai figur pengganti Kahfi, PAN Sulsel harus melihat beberapa sosok yang betul-betul dianggap bisa menjadi penerus. Kedua figur yang ramai disebut itu yakni Chaidir Syam di Maros dan Husniah Talenrang di Gowa.
"Apalagi Kahfi sudah di DPR RI, pernah menjabat ketua komisi, tentu regenerasi di wilayah perlu diberi kesempatan. Ini diberi kesempatan kepada kader-kader PAN yang menang di Pilkada," imbuh dia.
"Ini semua ketua-ketua DPD PAN daerah yah, kemudian ada juga di Bulukumba. Jadi beberapa kepala daerah bisa menjadi bagian dari proses regenerasi itu," sambung Rizal.
Selain kedua nama tersebut, Rizal juga menyebut bahwa sebenarnya ada beberapa kader lain yang juga memiliki potensi sama untuk memimpin PAN Sulsel kedepannya, baik mereka yang terpilih sebagai kepala daerah maupun mereka yang duduk di DPRD Provinsi beberapa periode.
"Tapi kayaknya sekarang agak terbatas kalau PAN, periode ini karena Irwandi sudah tidak duduk, Usman Lonta sudah tidak," beber dia.
Rizal menggarisbawahi bahwa sosok pemimpin PAN Sulsel selanjutnya harus bisa menjaga hubungan harmonisnya dengan Muhammadiyah. Sebagaimana diketahui, salah satu kantong suara PAN adalah dari kader-kader Muhammadiyah.
Adapun sosok yang dinilai bisa merangkul Muhammadiyah, Rizal menjelaskan bahwa ada tiga yang paling berpotensi. Selain dua yang disebutkan tadi, muncul juga Wakil Bupati terpilih Bulukumba, Andi Edy Manaf.
"Karena tidak bisa dipungkiri basis pemilih PAN masih beririsan besar dengan pemilih Muhammadiyah, termasuk dari aspek historisnya. Kalau kita melihat kinerjanya (Andi Edy Manaf), sumbangsihnya terhadap partai, saya pikir itu juga yang cocok memimpin PAN saat ini," ucap Rizal.
Rizal menyatakan bahwa PAN Sulsel perlu melakukan penyegaran kembali untuk menjadi salah satu pemenang perhelatan politik di Sulsel dalam waktu yang akan datang.
"Tapi seperti yang saya jelaskan, PAN butuh merefresh mesinnya karena capaian dalam dua Pemilu terakhir cenderung menurun. Karena tidak ada lagi pimpinan DPRD dari PAN," kata dia.
Adapun pengamat politik Andi Lukman Irwan mengatakan Muswil PAN Sulsel kami ini diharapkan melahirkan pemimpin baru dengan visi segar dan strategi politik yang lebih adaptif. Menurut dia, pemilihan ketua DPW PAN Sulsel menjadi keputusan strategis bagi partai tersebut. Figur yang terpilih harus memiliki kapasitas kepemimpinan yang kuat, rekam jejak politik yang mumpuni, serta jaringan luas untuk memperkuat PAN di kancah politik lokal.
"Musda ini akan menentukan posisi PAN dalam Pileg dan Pilkada 2029," ujar Lukman.
Dari beberapa nama yang mencuat, menurutnya, sosok Bupati Maros sekaligus Ketua DPD PAN Maros, Chaidir Syam, disebut-sebut sebagai kandidat kuat untuk memimpin PAN Sulsel ke depan dengan berbagai pertimbangan.
Menurut Lukman, Chaidir Syam telah menunjukkan kepemimpinan yang solid. Di bawah kepemimpinannya, Maros mengalami kemajuan pesat dengan berbagai prestasi. Keberhasilannya dalam mengelola pemerintahan menjadi bukti kapasitas manajerial yang mumpuni, yang sangat diperlukan dalam mengelola partai di tingkat provinsi.
Selain itu, popularitas Chaidir Syam tidak hanya terbatas di Maros, tetapi juga di Sulawesi Selatan. Sebagai kepala daerah dan ketua partai, ia memiliki kedekatan yang erat dengan kader dan simpatisan PAN dari tingkat pusat hingga daerah.
"Jika terpilih, ia diyakini mampu membawa PAN Sulsel semakin berjaya, serta menjadi faktor coattail effect yang bisa memperkuat elektabilitas partai," sambung Lukman.
Lukman melanjutkan, salah satu kunci keberhasilan dalam memimpin partai adalah memiliki jejaring politik yang kuat. Menurutnya, Chaidir Syam dikenal memiliki hubungan harmonis dengan elite PAN di tingkat pusat maupun daerah.
"Chaidir memiliki relasi yang baik dengan tokoh politik lokal dan nasional, yang dapat menjadi modal strategis dalam memperkuat posisi PAN Sulsel," tutur dia. (suryadi-isak pasa'buan/C)