RAKYATSULSEL - Nasib TikTok di Amerika Serikat (AS) masih terkatung-katung hingga kini, meski Presiden Donald Trump memberikan tenggat waktu 75 hari sebelum pemerintah memblokir platform tersebut jika induk perusahaannya, ByteDance, tidak melakukan divestasi.
Perintah eksekutif ini menunda penerapan regulasi Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Applications Act, yang seharusnya berlaku pada 19 Januari dan melarang distribusi serta pembaruan TikTok di AS.
Namun, Trump yang baru dilantik pada 20 Januari memilih untuk memberikan kesempatan agar perusahaan AS dapat membeli platform asal China ini. Ia bahkan mengusulkan agar AS menguasai 50 persen saham TikTok, yang kemudian menarik minat sejumlah calon pembeli. Daftar calon pembeli yang terangkum dalam beberapa waktu terakhir, yaitu ;
MrBeast
YouTuber terkenal, MrBeast (Jimmy Donaldson), secara terbuka menyatakan keseriusannya membeli TikTok agar platform ini tetap beroperasi di AS. Bersama sekelompok investor, ia berharap dapat mempertahankan aplikasi ini dan menjamin keberlanjutan 170 juta penggunanya.
Oracle
Oracle, perusahaan teknologi besar, juga dikabarkan bekerja sama dengan pemerintah AS untuk mengambil alih operasional TikTok. Dalam rencana ini, ByteDance tetap memiliki sebagian saham, tetapi pengelolaan data pengguna akan dipegang oleh Oracle.
Microsoft
Microsoft juga menjadi salah satu perusahaan yang dipertimbangkan oleh Trump sebagai calon pembeli TikTok. Meski pihak Microsoft belum memberikan tanggapan resmi, Trump mengindikasikan adanya minat besar terhadap platform ini.
Project Liberty
Pengusaha asal Kanada, Kevin O'Leary, bersama pendiri Project Liberty, Frank McCourt, memiliki rencana membeli TikTok dan merombaknya agar lebih berfokus pada privasi pengguna. Mereka bahkan ingin memberikan opsi bagi pengguna untuk mendapatkan bayaran jika memilih membagikan data mereka.
Respons ByteDance dan Pemerintah China
ByteDance awalnya menolak menjual TikTok, tetapi kini mulai mencari solusi agar tetap dapat beroperasi di AS. Pemerintah China juga menyatakan keterbukaan terhadap kemungkinan kesepakatan.
Sementara itu, Trump berharap terjadi "perang penawaran" untuk TikTok dan bahkan menginginkan pemerintah AS memiliki bagian dalam perusahaan tersebut. Namun, hasil akhir dari negosiasi ini masih belum pasti. Dengan berbagai pihak yang tertarik mengambil alih, keputusan akhir akan sangat menentukan apakah platform ini akan tetap bertahan atau menghadapi pembatasan lebih lanjut.