Program Repelita dan Gotong Royong di Korea Selatan

  • Bagikan

Park mengalokasikan 90% APBN untuk pendidikan.

Belajar dan kerja keras, hanya itu cara memuliakan hidup.
Demikian seruan Park, sehingga berduyun-duyunlah anak-anak pergi ke sekolah walau berjalan kaki sejauh 10 km per hari.

Kesungguhan dalam pendidikan merupakan modal dasar untuk menghasilkan tenaga kerja unggul kelak kemudian hari.

Dengan pandangan dan tekad seperti itu, tahun 1962 Park menetapkan program Repelita I sebagai cetak biru pembangunan ekonomi yang menjadi prioritas utamanya.

Park tidak memiliki dana, Amerika Serikat tidak memberi dukungan karena tidak mendukung rezim militer, pelanggar HAM, dianggap tidak demokratis.

Park kemudian mengajukan pinjaman kepada Jerman Barat. Sebagai sekutu Amerika, Jerman Barat pun enggan mengucurkan bantuan.

Tetapi Jerman Barat ketika itu kekurangan tenaga kerja untuk membangun, akhirnya menerima tawaran Park yang bersedia mengirimkan tenaga kerja bidang industri, penambang serta perawat.

Rakyat Korea Selatan ramai mendaftar untuk dikirim ke Jerman Barat. Upah para pekerja disetujui Jerman Barat dibayar Park dalam mata uang won di dalam negeri. Kebutuhan pekerja di Jerman Barat dipenuhi seadanya.

Antusiasme rakyat Korea Selatan ini tidak semata didorong oleh keinginan untuk memperbaiki nasib, tetapi juga didorong oleh patriotisme dan kesediaan berkorban untuk negeri mereka.

Park memperoleh pinjaman lunak 150 juta dollar AS yang dibayar dengan pengiriman pekerja ke Jerman Barat. Park dikenal anti KKN, sehingga rakyat siap berkorban membantu Park mewujudkan mimpinya.

  • Bagikan

Exit mobile version