MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Selama dua bulan menjabat sebagai Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof. Fadjry Djufry mengemban banyak tugas penting dari pendahulunya, Prof. Zudan Arif Fakrullah. Ia memimpin di masa transisi sebelum Gubernur dan Wakil Gubernur definitif dilantik.
Meskipun masa jabatannya singkat, Prof. Fadjry tidak hanya meneruskan program sebelumnya, tetapi juga berfokus pada swasembada pangan, membuka ruang investasi, serta meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat.
Ia menargetkan Sulsel yang sebelumnya berada di peringkat ke-20 dalam swasembada pangan untuk keluar dari zona merah dan masuk lima besar secara nasional.
Menurutnya, keberhasilan program swasembada pangan bergantung pada kerja sama seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, TNI, Polri, dan akademisi. “Tugas ini berat, tetapi dengan sinergi semua pihak, swasembada pangan dapat terwujud,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, Prof. Fadjry merealisasikan program Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan menanam 10 ribu hektar jagung di Sulsel, dengan Jeneponto sebagai lokasi utama. Selain itu, Sulsel menjadi provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak di 24 kabupaten/kota pada tahun 2025.
“Kami ingin masyarakat mendapatkan harga pangan yang terjangkau, sementara petani juga memperoleh harga jual yang layak. Ini harus saling menguntungkan,” tambahnya.