MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Profesor Fadjry Djufry menyudahi masa tugasnya sebagai penjabat gubernur Sulawesi Selatan, hari ini. Selama 45 hari bertugas (dilantik 7 Januari 2025), Fadjry menorehkan sejumlah legasi positif yang cukup membanggakan. Profesor bidang pertanian ini membuat berbagai terobosan yang membuat Sulawesi Selatan menjadi daerah yang kian diperhitungkan di tingkat nasional.
Meski menjabat dalam kurun waktu singkat, Profesor Djufry tak berpangku tangan. Alih-alih hanya melanjutkan program penjabat sebelumnya, Profesor Fadjry juga fokus pada program swasembada pangan, membuka ruang-ruang investasi di Sulawesi Selatan untuk mendukung program pemerintah mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, serta menghadirkan program pendidikan untuk masyarakat.
Pada program utamanya swasembada pangan, Fadjry menargetkan Sulawesi Selatan yang selama ini berada di peringkat ke 20 keluar dari zona merah dengan melakukan peningkatan produksi pangan. Dirinya bahkan menargetkan Sulawesi Selatan menjadi nomor lima swasembada dalam hal swasembada pangan.
Dia mengatakan, target itu sangat bisa dicapai bila seluruh stakeholder bersama-sama mewujudkan program tersebut baik itu pemerintah, TNI, Polri, hingga kaum akademisi dan memahami.
"Tugas untuk mewujudkan Swasembada Pangan tentunya berat, sehingga dibutuhkan kerja sama seluruh pihak," ujar fadjry saat mengawali masa tugasnya di kampung halaman.
Untuk mencapai program tersebut, Fadjry juga merealisasikan program Menteri Pertanian Amran Sulaiman menanam jagung 10 ribu hektare di Sulsel. Jeneponto dipilih sebagai tempat program tersebut.
Tidak hanya itu, untuk mendukung program swasembada pangan, Fadjry menjadikan Sulsel yang pertama di 2025 menerapkan Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak di 24 kabupaten dan kota.
"Kita ingin masyarakat mendapatkan harga yang baik. Produsen juga mendapatkan harga yang baik. Ini saling menguntungkan, supaya petani kita semakin semangat menanam karena harga yang diberikan layak,” imbuh Fadjry.
Yang paling penting, Prof Fadjry juga memastikan ketersediaan pangan Sulsel aman hingga akhir 2025 meski dirinya tak lagi menjabat. Sebanyak 257 ton pangan Sulsel dipastikan mampu memenuhi kebutuhan beras masyarakat setahun penuh. Selain beras, Sulsel juga menjadi penghasil kakao dan komoditi hortikultura yang memiliki peluang besar meningkatkan ekonomi provinsi.
Selain itu dirinya juga memberikan bibit ternak varietas unggul ke pesantren, menggenjot sektor peternakan, memastikan ketersediaan pupuk, melaksanakan penanaman serentak agroforestri pangan pada lahan kering.
Guna merealisasikan program tersebut, Prof Fadjry juga menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk membantu masyarakat di sektor pertanian yang terkendala masalah pendanaan.
Dari sisi investasi, meski tak secara gamblang menghadirkan program, akan tetapi Prof Fadjry berhasil membuka ruang-ruang investasi di Sulawesi Selatan. Salah satunya masuknya investasi perusahaan besar asal Vietnam bernama Vin Fast Yang membuka sentra sapi perah di Sulsel. Percepatan pelayanan perizinan untuk kemudahan investasi juga terus didorong.
Selain itu, dukungan besarnya terhadap investasi adalah meminta kepastian lahan untuk investasi kepada BPN sebab Pemprov memiliki 18 hektar lahan yang bisa dimanfaatkan investor. Baru-batu ini, Prof Fadjry juga menjajaki kerja sama dengan PT Citaglobal Environment yang akan membangun pembangkit listrik green energi.
Dalam hal pendidikan, Prof Fadjry juga menjajaki kerja sama dengan New Zealand dalam hal pengembangan SDM ASN lewat beasiswa Manaaki. Dan di akhir masa jabatannya, Prof Fadjry launching program beasiswa gratis untuk anak yatim piatu, Kaum Dhuafa dan hafiz 15 Juz.
Prof Fadjry juga mengapresiasi peran penting Satgas Percepatan Investasi Daerah dalam mencapai green ekonomi. Memberi hadiah rumah ibadah dan vaksin PMK sebagai kado HUT Bulukumba yang ke 65 serta mendukung irigasi tersier yang mampu meningkatkan panen.
Di masa singkat ini pula Prof Fadjri terus mendukung program Astacita dengan menjadi pelaksana program penting pemerintah yakni makan bergizi gratis dan mensosialisasikan program efisiensi anggaran. Dirinya juga menjalankan program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG). Termasuk melanjutkan program PJ Gubernur sebelumnya dalam memenuhi hak-hal ASN meski dalam pelaksanaannya saat ini masih terkendala persetujuan Kementerian Luar Negeri.
Persoalan banjir di awal Februari sempat dihadapi Prof Fadjry di wilayah di Makassar, Maros, Gowa, dan Pangkep. Meski demikian di bawah kepemimpinannya tim sigap memberi pertolongan dan menyalurkan bantuan yang dibutuhkan.
Di masa kepemimpinannya, putra Sulsel ini mengaku belajar banyak. "Banyak hal yang saya pelajari dan saya banyak belajar dari interaksi dan diskusi. Saya rasa meskipun saya asli Sulawesi Selatan tetapi ini berbeda. Terima kasih dan penghargaan atas penerimaannya, sejak saya bertugas di Sulawesi Selatan ini, sejak 7 Januari sampai nanti pada saatnya hari Kamis secara resmi Gubernur definitif dilantik," ujar dia.
Menurut dia, meskipun Sulsel berbeda tetapi itu yang menyatukan. "Saya selalu belajar, jika ingin menjadi pimpinan yang baik, harus bisa menjadi bawahan yang baik. Tidak mungkin bisa menjadi atasan yang baik kalau tidak pernah menjadi bawahan yang baik. Jadi seorang bawahan harus memahami karakter pimpinannya, pimpinan bisa berganti siapa saja tetapi kita penduduk asli disitu jadi kita harus konsisten mengetahui karakter pimpinan kita, kita yang menyesuaikan, bukan pimpinan yang menyesuaikan kita," imbuh Fadjry.
Prof Fadjry berharap, kehadirannya di Sulsel mengawal tim transisi bisa membantu Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel terpilih dalam menjalankan program-programnya, khususnya dalam menyukseskan Asta Cita Presiden RI, Prabowo Subianto.
Dirinya juga mengingatkan, program Makan Bergizi Gratis (MBG), Pemeriksaan Kesehatan (PKG), dan target swasembada pangan merupakan hal yang wajib dilaksanakan. Meskipun, kondisi keuangan Pemerintah Provinsi Sulsel terbatas akibat adanya efisiensi anggaran.
"Yang terpenting adalah Astacita Bapak Presiden Prabowo Subianto harus dijalankan, seperti Makan Bergizi Gratis, Pemeriksaan Kesehatan Gratis, dan swasembada pangan itu menjadi wajib dijalankan bersama-sama meskipun dalam kondisi anggaran yang terbatas," tegas Fadjry.
Sejauh ini, kata dia, tim transisi juga sudah bekerja dan apa yang diharapkan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel terpilih telah diakomodasi di LKPD.
"Alhamdulillah tim transisi sudah bekerja, dan apa yang menjadi target, apa yang menjadi harapan Andi Sudirman, kita sudah akomodir di LKPD yang ada. Karena anggaran di Pemprov Sulsel maupun di Kabupaten Kota tidak seperti tahun kemarin karena adanya efisiensi anggaran," ujar dia.
Pada malam pisah sambut di Rujab Gubernur Sulsel, Senin malam, Fadjry Djufry dan Pj Ketua PPK Provinsi Sulsel Andi Indriaty Syaiful, kompak menyampaikan kesan terindah selama berada di Sulsel.
"Banyak hal yang saya pelajari dan saya banyak belajar dari interaksi dan diskusi yang kita lakukan bersama ini, dan saya rasa meskipun saya asli Sulawesi Selatan tetapi ini berbeda," kata Prof Fadjry.
Prof Fadjry menyampaikan terima kasih kepada seluruh Kepala OPD lingkup Pemprov Sulsel sudah menerima dirinya bersama istri dengan baik selama menjabat di Sulsel.
"Pertama saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas penerimaannya, sejak saya bertugas di Sulawesi Selatan ini, sejak 7 Januari sampai nanti pada saatnya hari Kamis secara resmi Gubernur definitif dilantik," lanjut Fadjry.
Secara khusus ia mengakui kelihaian Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulsel Jufri Rahman dengan sigap bisa memahami bagaimana arah dan keinginan pimpinan dan bawahan.
"Saya mengakui Pak Sekda betul-betul menguasai aturan dan hafal sampai detailnya. Alhamdulillah bersama beliau banyak hal yang diputuskan bersama," tutur dia.
Menurut Fadjry, Sulsel semua berbeda tapi itulah yang membuat semua bisa bersatu. Bagi dirinya perbedaan pendapat itu biasa saja. Bersaudara saja berbeda pendapat, apalagi orang lain. "Antara atasan dan bawahan beda pendapat itu biasa, tapi yang paling penting ada adab dan menjaga sikap dan perilaku antara satu sama lainnya," lanjut dia.
"Saya selalu belajar, jika ingin menjadi pimpinan yang baik, harus bisa menjadi bawahan yang baik. Tidak mungkin bisa menjadi atasan yang baik kalau tidak pernah menjadi bawahan yang baik. Jadi seorang bawahan harus memahami karakter pimpinannya, pimpinan bisa berganti siapa saja tetapi kita penduduk asli disitu jadi kita harus konsisten mengetahui karakter pimpinan kita, kita yang menyesuaikan, bukan pimpinan yang menyesuaikan kita," sambung Fadjry.
Sementara itu, Pj Ketua PPK Provinsi Sulsel, Andi Indriaty Syaiful mengakui tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Ketua PKK sangat berat dan berkat kerja sama dan kekompakan baik PKK, Bunda PAUD, maupun Dekranasda memberikan warna baru bagi dirinya yang keseharian sebagai dokter spesialis anak.
"Walaupun hanya sebentar tapi ternyata tugasnya sangat berat menurut saya. Terima kasih atas dukungan ibu-ibu Tim Penggerak PKK, Bunda PAUD dan Dekranasda sudah mendampingi saya dalam waktu yang sangat singkat ini. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga buat saya," imbuh dia. (hikma-nabilah/C)