Terkait keterlambatan pengangkutan, Matriks mengakui bahwa jarak lokasi pengambilan yang berjauhan dan keterbatasan personel menjadi kendala. Untuk mengatasi hal ini, pihaknya bekerja sama dengan mitra pabrik dan pengumpul, yang wajib membeli gabah petani sesuai harga yang ditetapkan.
"Saat ini, kami sudah bekerja sama dengan Bulog Sidrap dan Bulog Soppeng yang ikut membeli gabah di Bone dengan harga minimal Rp6.500," tambahnya.
Petani Keluhkan Pemotongan Timbangan
Sementara itu, Kepala Desa Karella, Darwis M, mengungkapkan adanya oknum yang secara langsung melakukan pemotongan berat timbangan hingga 5 kilogram per dua karung gabah yang ditimbang.
"Saat gabah saya akan ditimbang, tiba-tiba ada oknum dari Bulog yang langsung mengatakan harus dipotong sekian kilogram," ungkapnya.
Darwis juga berharap agar tidak ada lagi gabah petani yang harus bermalam di sawah, karena dapat menyebabkan perubahan kualitas dan memunculkan alasan pemotongan oleh oknum Bulog.
"Bulog harus memastikan bahwa tidak ada lagi gabah yang dibiarkan bermalam di sawah, agar petani tidak dirugikan," tegasnya.
Dengan adanya rakor ini, diharapkan solusi konkret dapat diterapkan agar petani tidak dirugikan dan Bulog tetap bisa menjalankan tugasnya dalam menyerap gabah sesuai ketentuan. (Enal)