Mendekati Tuhan

  • Bagikan
Darussalam Syamsuddin

Oleh: Darussalam Syamsuddin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Para pejalan spiritual menyebutkan bahwa jalan menuju Tuhan sebanyak nafas para pencari Tuhan. Semua peribadatan yang dilakukan manusia sebagai riyadhah atau upaya mendekatkan diri kepada Tuhan, karenanya Islam mengenal ada yang disebut ibadah mahda dan ghairu mahda.

Jenis ibadah yang pertama (mahda) yakni yang sudah ditentukan berkaitan dengan waktu, tempat, dan cara pelaksanaannya. Umat Islam ketika salat mengucapkan Allahuakbar sembari mengangkat tangan, di saat mengakhiri salat dengan salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak perlu bertanya kenapa demikian, laksanakan karena sudah ditentukan oleh syariat.

Berbeda dengan jenis ibadah yang ke dua (ghairu mahda), umat Islam boleh berkreasi atau inovasi karena tidak ditentukan oleh syariat cara pelaksanaannya. Misalnya, riwayat menyebutkan bahwa Nabi sangat senang memberi makan kepada fakir miskin dan anak yatim. Kita tidak perlu tahu jenis makanan apa yang diberikan Nabi kepada fakir miskin dan anak yatim itu, kita boleh memberinya uang atau pekerjaan supaya mereka ada penghasilan.

Pesan Nabi Muhammad saw. kepada sahabatnya, bahwa dalam kehidupan ini ada orang yang memperoleh derajat yang tinggi. Kalau orang ini meninggal dunia, Allah menggantikan dengan orang sama seperti dia. Jika orang ini berada di suatu tempat, Allah menurunkan hujan dan bumi subur karena keberadaannya, kehadiran orang ini di suatu tempat akan menghindarkan tempat itu dari tujuh puluh jenis bencana.

Tahukah kalian kenapa orang ini memperoleh derajat yang tinggi? Nabi melanjutkan, bukan karena banyak salatnya, dan hajinya berulang-ulang. Derajat yang tinggi diperoleh karena dua hal: Pertama, kedermawanan. Kedua, hatinya bersih terhadap sesama muslim.

Jika seseorang sudah dermawan, hatinya pasti bersih. Dua hal ini (dermawan dan hati bersih) tidak dapat dipisahkan, kedermawanan sebagai bukti keinginan untuk berkhidmat kepada sesama, berbagi bahagia dan kasih sayang kepada yang lain, hatinya dipenuhi dengan energi positif.

Hasil akhirnya adalah kebersamaan, keberpihakan, dan kesetiakawanan sosial. Berbeda dengan mereka yang hatinya dipenuhi dengan energi negatif, akan merusak apa dan siapa saja yang ada di sekitarnya. Karena kedengkian, iri hati, kikir, egois, dan mementingkan diri sendiri.

Para psikoterapi memperkenalkan bahwa dalam kehidupan ini kita sering mengalami keresahan, kecemasan, stres yang berkepanjangan. Hal ini berawal dari keinginan kita yang selalu mementingkan diri sendiri. Kita ingin agar orang lain berbuat seperti yang kita inginkan, kehidupan ini berjalan sesuai apa yang kita inginkan.

Kita sangat menderita jika apa yang kita inginkan tidak terjadi. Al-Qur'an mengajari agar menepis keresahan, mengatasi kecemasan, mengendalikan stres yang berkepanjangan dengan berkhidmat kepada sesama melalui infak dan sadokah. Bersamaan kita menyodorkan infak dan sadokah, Allah mengangkat penyakit hati kita berupa sifat kikir, dengki, iri hati, egois, dan mementingkan diri sendiri.

Al-Qur'an menuntun: “Sekiranya Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (agar memberikan hartamu semuanya) niscaya kamu akan kikir, dan Dia akan menampakkan kedengkianmu”. (QS. Muhammad/47 : 37). Karena itu, berkhidmat (jihad) yang paling utama dalam Islam adalah berjihad dengan harta kemudian jiwa.

Pesan Al-Qur'an senantiasa mendahulukan jihad dengan harta terlebih dahulu kemudian baru dengan jiwa. Jangan dibalik, karena dalam hidup ini banyak orang rela mengorbankan jiwa, kesehatan, demi harta. Kebajikan yang paling utama dalam hidup ini adalah memasukkan kebahagiaan ke dalam hati mereka yang menderita, dan memberi makan kepada mereka yang kelaparan. Jalan pintas menuju Tuhan dengan mendekati hamba-hamba Allah yang menderita, yang papa, yang miskin, yang terbelenggu dengan penderitaan. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version