Jejak Darah, Insting, dan Sherlock Holmes, Kunci Polisi Mengungkap Kasus Pembunuhan Feni Ere

  • Bagikan
Panit Resmob Polda Sulsel, Ipda Abdillah Makmur dipeluk keluarga Feni Ere setelah berhasil mengungkap kasusnya.

Dasar itulah, Abe menilai kasus ini bukan sekadar kasus orang hilang, melainkan ada sesuatu yang janggal dan harus dibuktikan. Sebulan penyelidikan berjalan, kasus Feni Ere belum juga menemukan titik terang hingga pihak Reskrim Polres Palopo meminta bantuan ke Resmob Polda Sulsel untuk turun tangan.

Dari permintaan itulah, Abe dan timnya kemudian mempelajari bukti-bukti yang ada. Insting Abe yang sudah mengungkapkan sejumlah kasus menonjol di Sulsel kian terpacu dan semakin yakin bahwa ini bukan hanya sekedar kasus orang hilang seperti pada umumnya, melainkan ada misteri dibaliknya.

"Perasaanku bilang, ini bukan sekadar orang hilang," ujar Abe mengawali cerita pengungkapan kasus Feni Ere.

Tiga bulan berlalu, tepatnya Maret 2024, kasus ini masih menjadi pembahasan hangat warga Kota Palopo. Penyelidikan pun kian dimaksimalkan dengan kembali menganalisa temuan bercak darah di kamar dan di celana dalam korban.

Saat penyelidikan itu berlangsung, kembali muncul alibi kalau korban diduga melakukan aborsi. Namun dari analisa yang mendalam, mematahkan dugaan Feni Ere aborsi. Abe bercerita, dari pengamatan posisi darah di celana korban, membantah adanya aborsi.

"Logika sederhananya kalau memang dia keguguran, kita lihat sumber darah dari apanya. Dibukalah itu sor. Harusnya kalau keguguran sumber darahnya dari depan, ini di samping," jelas Abe.

Setelah dugaan itu terbantahkan, Abe dan tim lanjut melakukan penyelidikan. Enam bulan kemudian, tepatnya pada Juli 2024, sebuah mobil minibus tak terurus ditemukan di garasi rumah kosong di Bukit Baruga Antang, Kota Makassar.

Penemuan mobil itu awalnya belum mengarah ke kasus Feni Ere. Namun setelah dilakukan pendalaman, terungkap jika mobil jenis Honda Brio tersebut milik Feni Ere.

Penemuan mobil itu semakin memacu keyakinan Abe dan tim, bahwa ini bukan secara kebetulan, melainkan ada dorongan untuk mengungkap kasus secara ini menjadi terang.

"Kami bilang, ini bukan lagi soal hukum, tapi kemanusiaan. Orang bilang Feni mungkin kabur atau aborsi lagi. Tapi instingku bilang lain," kata Abe.

Meski ada petunjuk baru dalam kasus ini, Tim Resmob Polda Sulsel dan Reskrim Polres Palopo tak langsung menetapkan tersangka. Mereka kembali melakukan pencocokan atas bukti-bukti yang ditemukan.

Enam bulan berjalan, mobil tersebut masih diparkir di Posko Resmob Polda Sulsel. Hingga akhirnya, pada February 2025, muncul bukti baru. Kerangka tubuh Feni Ere ditemukan oleh seorang warga yang mengejar ayam hutan di wilayah Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo.

Berdasarkan identifikasi dan pencocokan tes DNA keluarga Feni Ere oleh tim Polres Palopo dibantu Tim Dokpol Biddokkes Polda Sulsel, kerangka itu dipastikan Feni Ere yang dilaporkan hilang oleh keluarganya pada Januari 2024.

Dari hasil penyelidikan kerangka tubuh Feni Ere itulah, terungkap kalau dia meninggal dunia karena dibunuh. Mengingat posisi tangan dari kerangka itu terikat ke belakang dan mulut korban juga terikat. Abe dan tim pun fokus untuk mecari tahu siapa sosok pelaku pembunuh tersebut.

Seiring berjalannya waktu penyelidikan, Abe mengaku intens menjalin komunikasi dengan keluarga korban untuk mengetahui kebiasaan almarhum Feni Ere semasa hidupnya. Hubungan emosional yang terbangun membuat dirinya sudah dianggap bagian dari keluarga Feni Ere.

"Saya hampir setiap hari komunikasi dengan mereka. Mereka bilang, pak, nda ada anak laki-laki, perempuan semua. Tapi perasaanku bilang, keluarga ki pak," kenang Abe.

Walau sudah mengetahui sedikit kebiasaan Feni Ere, Abe dan tim juga belum menemukan titik terang siapa pelaku dibali kasus ini. Abe yang juga gemar membaca buku teringat dengan Sherlock Holmes, karakter fiktif detektif yang selalu berpikir kritis dan analitis dengan penalaran deduktif.

Berangkat dari itulah, Abe kemudian mempelajari cara tubuh Feni Ere diikat, termasuk lokasi tempat kerangka korban ditemukan. Abe menilai, pola ikatan pada mulut dan tangan korban mirip, sehingga berkesimpulan bahwa pola ikatan tersebut biasanya dilakukan oleh orang yang berpengalaman melakukan simpul-simpul ikatan, seperti anak Pramuka atau Pencipta Alam.

Terlebih, posisi ditemukan kerangka tubuh Feni Ere di dalam hutan, sekitar 500 meter dari jalan raya. Dugaan Abe semakin kuat bahwa orang yang melakukan pembuahan ini adalah yang mengetahui tentang tali temali juga lokasi kerangka tubuh Feni Ere ditemukan.

"Simpulnya rapi, seperti orang yang paham tali-temali. Kami pun profiling pelaku," ungkapnya.

Dari pendalaman itu, ciri-ciri pelaku juga mulai mengerucut. Abe mengaku lanjut mempelajari sosok yang mendekati fakta-fakta lapangan yang ditemukan itu. Mulai dari mempelajari lingkungan sekitar tempat tinggal Feni Ere maupun media sosialnya.

Atas penyelidikan itulah, mulai terungkap sosok pelaku, bahwa di dekat rumah korban terdapat bengkel motor yang kerap menjadi tempat tongkrongan anak-anak pencinta alam. Salah seorang yang sering di tongkrongan tersebut sinkron dengan bukti-bukti yang ada.

Namanya Achmad Yani alias Amma (35), ia merupakan anggota Forum Pecinta Lingkungan (FPL) yang juga pernah mengerjakan plafon rumah milik korban. Bukan itu saja, kecurigaan terhadap Amma bahwa dia adalah pelakunya dikarenakan tempat penemuan mobil korban di Bukit Baruga Antang, Makassar, tidak jauh dari rumah majikannya dulu, atau tempat Amma dulu bekerja sebagai sopir.

Selain itu, lokasi tempat kerangka Feni Ere ditemukan juga diketahui oleh Amma. Dimana, beberapa tahun yang lalu, Amma dan teman-temannya sesama pencinta alam pernah berkegiatan di lokasi tersebut.

"Dia kenal TKP, pernah ke lokasi penemuan mayat, dan bahkan menjadi driver orang yang tinggal dekat rumah kosong tempat mobil Feni disimpan," papar Abe.

Termasuk, kata Abe, dari pendalaman di media sosial milik korban, pelaku ternyata mengikuti dengan cara membuat sejumlah akun palsu. Amma disebut terobsesi dengan Feni Ere selama tiga tahun sebelum pembunuhan dilakukan.

"Feni sering posting di Instagram. Pelaku membuat beberapa akun palsu untuk mengikuti aktivitasnya. Setiap postingan Feni di like oleh pelaku," jelas Abe.

Dijelaskannya Abe, ruminya kasus ini diungkap karena saat itu pelaku punya banyak waktu di dalam rumah korban untuk menghilangkan jejak dan membuat seolah-olah korban melarikan diri dari rumah. Kurang lebih empat jam setelah melakukan pembunuhan dan rudapaksa, pelaku berada di dalam rumah Feni Ere.

Pelaku atau Amma juga disebut membawa korban menggunakan mobil korban beserta beberapa barang-barangnya yang diisi dalam koper. Jasad Fenny Ere dibuang pelaku di lokasi penemuan kerangkanya, setelah itu pelaku mematikan ponsel korban dan membawa mobil korban ke rumah kosong yang ada di Bukit Baruga Antang, Makassar.

"Empat jam itu, dia ikat baik-baik korban, terus dia bersihkan (darah), dipel, dirapikan tempat tidurnya. Karena waktu itu tidak ada sama sekali orang di rumah kecuali korban, sendiri tinggal," tambahnya.

Lebih lanjut, Abe menjelaskan, pelaku masuk ke dalam rumah korban dengan cara memanjat tembok bagian belakang. Pelaku mengetahui dena rumah korban karena dia pernah mengerjakan plafon rumah tersebut.

"Jadi dia (pelaku) tau itu isi rumah karena pernah kerjakan rumahnya ini Feni," terangnya.

Terungkapnya kasus ini, pihak keluarga Feni Ere tak mampu membendung air mata. Bahkan dari video yang viral di sosial media, orang tua Feni Ere sempat memeluk Abe, mengapresiasi sekaligus menyampaikan rasa terimakasihnya kasus anaknya terungkap setelah setahun lamanya menjadi misteri.

"Bagaimana di', saya tidak bisa berkata-kata, cuma saya bilang terima kasih terutama ke Pak Abe dan timnya karena sudah menangkap pelaku," ucap Fita, adik Feni Ere saat dihubungi.

"Orangtua menangis dan memeluk Pak Abe, karena orang tua merasa terkesan. Sudah lama menunggu, akhirnya terungkap siapa pelakunya," tambah Fita.

Bukan hanya karena mereka akhirnya mendapatkan jawaban, tetapi juga karena selama lebih dari satu tahun, keluarga ini hidup dalam harapan yang nyaris padam.

"Kedua orang tua menangis karena perasaannya sudah campur aduk, ada terharunya, ada rasa bersyukurnya. Selama lebih dari satu tahun ini akhirnya pelaku ditangkap," ungkapnya.

Bagi keluarga Feni, Abe dan timnya bukan sekadar aparat penegak hukum. Mereka telah menjadi bagian dari keluarga.

"Saya, keluarga, dan Pak Abe sudah seperti keluarga, karena sering juga dimintai keterangan jadi sudah seperti keluarga," tutur Fita.

Fita juga bercerita, selama proses penyelidikan kasus kakaknya berjalan, tidak ada sedikit pun biaya yang diminta pihak kepolisian.

"Selama proses berlangsung, tidak ada sama sekali yang dibayar ke polisi," tegas Fita.

Adapun pelaku Amma yang juga merupakan dudua satu anak di gelandang ke Polres Palopo, pada Jumat (21/3/2025) lalu. Kapolres Palopo, AKBP Safi'i Nafsikin, saat menggelar ekspose kasus menyebut bahwa pelaku awalnya melintas dalam keadaan mabuk di depan rumah korban.

"Pelaku masuk dengan memanjat tembok belakang dan mendapati Feni Ere tertidur mengenakan daster. Korban terbangun dan berusaha melawan, bahkan sempat keluar kamar," kata Safi'i.

Safi'i bilang, pelaku akan dijerat dengan pasal berlapis, di antaranya Pasal 340, 285, dan 338 KUHP terkait pemerkosaan dan pembunuhan berencana.

"Ancaman hukumannya adalah hukuman mati," pungkasnya. (Isak/B)

.

  • Bagikan

Exit mobile version