Pesan FKUB Sulsel: Idulfitri dan Nyepi Jadi Momentum Perkuat Ukhuwah dan Toleransi Antarumat Beragama

  • Bagikan
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan, Muammar Bakry

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Tahun 2025, umat Islam dan umat Hindu merayakan hari besar mereka hampir bersamaan. Idulfitri dan Hari Raya Nyepi menjadi momen yang spesial, tidak hanya dalam konteks keagamaan tetapi juga dalam membangun harmoni dan toleransi antarumat beragama. 

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan, Prof. Muammar Bakry, menjelaskan bahwa meskipun cara perayaannya berbeda, pesan yang terkandung dalam Idulfitri dan Nyepi memiliki kesamaan mendasar. 

"Idulfitri dan Nyepi memang memiliki ekspresi yang kontras. Umat Islam merayakan Idulfitri dengan penuh syiar, turun ke jalan, bersilaturahmi, dan dianjurkan untuk berlebaran di tanah lapang agar syiarnya tampak luas. Sementara itu, umat Hindu dalam Nyepi justru mencari suasana hening, menjauhi hiruk-pikuk," ujar Prof. Muammar saat diwawancara.

Namun, ia menegaskan bahwa terlepas dari perbedaan ekspresi perayaan, kedua hari raya ini sama-sama bertujuan membentuk manusia yang taat kepada Tuhan dan berdampak positif bagi sesama. 

"Idulfitri adalah puncak dari ibadah puasa yang telah dijalankan selama sebulan penuh. Setelah itu, kita diwajibkan berbagi melalui zakat fitrah. Ini menegaskan bahwa ibadah dalam Islam tidak hanya tentang hubungan dengan Tuhan tetapi juga harus berdampak pada kehidupan sosial," jelasnya. 

Begitu juga dengan Nyepi yang memiliki pesan sosial dan kemanusiaan. Umat Hindu menjalankan catur brata penyepian yang mengajarkan pengendalian diri dan refleksi spiritual, yang pada akhirnya juga berdampak pada hubungan sosial mereka dengan sesama manusia. 

Prof. Muammar menekankan bahwa Idulfitri merupakan waktu yang tepat bagi umat Islam untuk memperbaiki hubungan, baik dengan keluarga, tetangga, maupun masyarakat luas. 

"Dalam budaya Islam di Indonesia, ada tradisi halal bihalal yang menjadi ajang untuk saling memaafkan dan menerima satu sama lain. Ini adalah momentum untuk memperbaiki hubungan dan menumbuhkan kembali rasa persaudaraan yang mungkin sempat renggang," ungkapnya. 

Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya memperkuat ukhuwah dalam berbagai dimensi, baik ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama Muslim, ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan dalam kebangsaan, maupun ukhuwah basyariyah atau persaudaraan sesama manusia. 

"Kita semua adalah saudara, bukan hanya dalam aspek kebangsaan tetapi juga dalam kemanusiaan. Keimanan kita boleh berbeda, tetapi kita tetap terikat oleh nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan," tambahnya. 

Menurutnya, perayaan hari besar keagamaan seharusnya tidak hanya menjadi ritual semata, tetapi juga mendorong umat beragama untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih peduli terhadap sesama. 

"Pesan utama dari Idulfitri maupun Nyepi adalah bagaimana kita menjadi manusia yang lebih baik setelahnya. Tidak hanya dalam hubungan dengan Tuhan, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat," pungkasnya. (isak pasa'buan/B)

  • Bagikan

Exit mobile version