Lontong, Buras dan Ketupat  Angkat Perekonomian Masyarakat Desa BRILian Pakatto

  • Bagikan
Nurbaya Daeng Bayang (50) salah satu warga Desa BRILian Pakatto sedang membuat ketupat, Sabtu (29/3/2025).

GOWA, RAKYATSULSEL-  Puluhan panci ukuran 10 kilo gram berjajar rapi di atas perapian dari kayu di Desa Pakatto Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.

Hari ini meriah, dua hari jelang lebaran pesanan lontong, buras dan ketupat dari puluhan pedagang yang berjualan di pasar Kabupaten Gowa dan Makassar sedang kejar tayang.

Nurbaya Daeng Bayang (50) tidak mau ketinggalan, diputuskannya tiga hari jelang lebaran ia berjualan buras dan ketupat, dan hari ini dia memutuskan  membuat ketupat. Buras dijual dengan harga Rp2500 perbuah dan ketupat Rp3000 perbuah. Bagi yang ingin membeli daun ketupat yang telah dianyam saja untuk per buahnya dihargai Rp1000.

Nurbaya menjelaskan, untuk mengisi 10 buah ketupat membutuhkan beras 1 kilo gram. Beda lagi dengan buras yang membutuhkan beras dan santan untuk membuatnya. Proses memasaknya pun sangat berbeda, ketupat membutuhkan waktu memasak 4 jam , sedang buras hanya 3 jam. 

"Dalam satu kali masak sekitar 300  biji ketupat matang dalam jangka waktu 4 jam. Biasanya ketupat yang dibeli ini dijual di pasar Minasa Maupa hingga pasar pa'baeng-baeng dengan harga lebih mahal" ucapnya.

Nurbaya mengungkapkan, pekerjaan ini telah digelutinya sejak 5 tahun lalu dan telah menjadi mata pencaharian utama di keluarganya.

"Sebelumnya saya petani kangkung cabut. Hujan terik tidak di hiraukan harus tetap berkebun. Namun sejak adanya usaha ini, kami warga lorong mampu memenuhi kebutuhan hanya dengan berjualan buras, ketupat dan lontong," bebernya.

Di musim lebaran, Nurbaya mampu meraup cuan jutaan rupiah perharinya. Tidak heran, kreativitas para pembuat buras, lontong dan ketupat ini membawa desa Pakatto menjadi desa BRILian.

Dept Head Micro Ecosystem Regional Office Makassar, Ronald Roho menjelaskan desa BRILian sebenarnya program dari BRI untuk bekerja sama dengan desa yang dilombakan seluruh Indonesia dan bisa jadi pemenang. 

"Ada empat kriteria, pertama Badan Usaha Milik Desam (Bumdes) harus aktif, ada Digital pemasaran baik pemasaran dan aspek keuangan, desa bisa sustain atau ada produk asli yang dikembangkan untuk mendukung ekonomi masyarakat dan keempat ada inovasi. Semua hal yang bisa menunjang ekonomi bisa membawa menjadi desa BRILian," jelasnya.

Saat ini ratusan desa di Sulsel telah  terdaftar menjadi desa Brilian. "Jumlah desa BRILian sejak dimulai di tahun 2000 sebanyak 390 untuk pemenang yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan. Sebelumnya kami kerja sama dengan desa-desa untuk dikembangkan," tandasnya. (Hikmah/B)

  • Bagikan