Oleh: Babra kamal
Akademisi UTS Makassar
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - When Life Give You Tangerines adalah serial drama Korea terbaru di Netflix yang penayangannya mungkin menemani jam-jam lengang entah sambil menunggu berbuka puasa atau setelah sahur dan salat Subuh ketika mata masih sulit terpejam selama bulan Ramadan, lalu. Drakor yang baru saja selesai tayang ini telah mendapat perhatian dari sebagian besar penonton tanah air. Series tersebut mengambil setting Korea di tahun 1950-an (season 1) di sebuah pulau bernama Jeju.
Berkisah tentang seorang anak perempuan manis nan berprestasi tapi sangat miskin bernama Ae-sun. Dia anak yang berbakat terutama pada pelajaran sastra tapi karena status sosialnya, prestasinya selalu disepelakan di sekolah, karena itu ia kerap kali memberontak.
Ae-sun punya teman lelaki yang terobsesi dan jatuh cinta kepadanya sejak mereka dibangku sekolah dasar bernama Gwan-sik, lelaki yang menjadi suaminya kelak.
Seperti kebanyakan drama romance, cinta mereka terhalang oleh status keluarga dan citra Ae-sun sebagai gandis pemberontak. Ae-sun dianggap memberi pengaruh buruk kepada Gwan-sik sehingga keluarga Gwan-sik-terutama neneknya tidak merestui cinta mereka.
Alhasil pada salah satu episode di Season Satu mereka nekat untuk kabur dan melarikan diri ke Busan-kota besar yang mereka anggap bisa memberi mereka kebebasan. Namun apa daya Busan ternyata tak seramah yang mereka kira. Pada suatu adegan Ae-sun dan Gwan-sik dituduh mencuri dan akhirnya mereka berurusan dengan polisi lalu mereka berdua dikembalikan ke Pulau Jeju karena laporan orang tua Gwan-sik bahwa kedua anak itu telah melarikan diri dari rumah.
Kisah pun memuncak ketika mereka sama-sama hampir menyerah dengan cinta mereka. Ae-Sun berencana menikah dengan seorang lelaki kaya dan Gwan-sik dipaksa kembali fokus ke cita-citanya menjadi seorang atlet.
Empat Musim Kehilangan
Serial ini cukup menguras air mata penonton termasuk saya. Bukan saja karena karakter utamanya Ae-sun-karakter miskin yang mudah mendapat simpati penonton tapi juga ketangguhan hati para karakternya dalam mengarungi perjalanan hidup yang keras.
Pada Season Satu, Ae-sun ditinggal ibunya di usia yang masih produktif karena pekerjaan yang dilakoninya sebagai nelayan pencari kerang (hanyeo) sangat berisiko. Kemalangan tidak berhenti di situ. Pada Season Dua setelah Ae-sun dan Gwan-sik menikah lalu memiliki tiga orang anak (1 putri dan 2 putra) pada suatu adegan badai melanda Pulau mereka, Ae-sun harus merelakan putra bungsunya meninggal karena tenggelam.
Season Dua ini sungguh menyisakan kepedihan yang mendalam kepada pasangan muda Ae-Sun dan Gwan-Sik karena harus kehilangan buah hati mereka seperti tergambar dalam salah satu dialog, “akan terdapat lubang besar di hati orang tua yang kehilangan anak mereka.”
Di Season Tiga, Geum-Myoung (putri sulung Ae-Seun dan Gwan-Sik) giliran yang harus merelakan kehilangan cintanya dengan membatalkan pernikahannya dengan kekasihnya Yeoung-Boem walau mereka telah menjalin hubungan selama tujuh tahun karena perbedaan kasta keluarga.
Sebelum Season Empat tayang, di media sosial para pencinta drakor ini sudah tidak sabar membuat berbagai prediksi. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa Gwan-sik akan meninggal pada Season Terakhir dan betul saja setelah tayang pada jumat lalu apa yang diprediksi penonton benar adanya. Ae-Sun kini harus hidup sendiri dan merelakan kekasih sekaligus suaminya kembali ke kepada sang Pencipta.
Ketangguhan Para Hanyeo
Latar Pulau Jeju dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan terutama hanyeo (wanita penyelam) yang ada di pulau itu cukup menarik di series itu. Terutama ketangguhan para hanyeo dalam menghidupi keluarga mereka mendapat porsi yang cukup besar di sepanjang season.
Sampai abad ke-19 di Korea Selatan, pekerjaan menyelam didominasi oleh pria sampai kemudian para perempuan mengambil alih pekerjaan menyelam tersebut (karena dianggap sebagai pekerjaan kelas rendah) para perempuan karena profesi tersebut beralih menjadi tulang punggung keluarga.
Ibu Ae-sun adalah seorang hanyeo. Mereka penyelam yang tangguh yang mampu menyelam sedalam dua puluh meter dan menahan napas lebih dari dua menit. Abalon dan kerang adalah komoditi incaran mereka yang akan dijual ke pasar.
Pada tahun 1950 terdapat sekitar tiga puluh ribu orang hanyeo di Jeju namun pada tahun 2003 bersisa 5.600 orang saja. Itu karena putri-putri hanyeo umumnya tidak mau lagi bekerja menjadi nelayan menggantikan peran ibu mereka dan memilih karier lain seperti bekerja pada sektor industri di kota-kota besar.
Saya termasuk menyukai beberapa drakor dengan genre serupa dengan setting masa lampau. Series ini juga mengingatkan saya pada warna sinematografi yang kurang lebih mirip serial Reply 1988 yang juga sukses menarik perhatian penonton beberapa tahun sebelumnya.
Film jenis realis adalah film yang menyajikan kisah hidup yang relate dengan kehidupan sehari-hari, biasanya disebut sebagai genre Slice of Life. Jenis film atau serial realisme seperti ini digunakan untuk menggambarkan realitas kehidupan apa adanya dan menciptakan keintiman cerita.
Saya kira penulis Lim Sang-choon dan sutradara Kim Won-seok ini pantas diapresiasi yang telah bekerja keras dan menghadirkan drama keluarga apik nan menggugah. Juga akting para cast terutama Lee Ji-eun dan Park Bo-gum patut diacungi jempol. (*)